Mistikus Cinta

0
Mursyid Ke 7
Syekh Abul Hassan `Ali ibn Ja`far al-Kharqani qaddasa-l-Lahu sirrah

"Engkau berkenan menjadi manis dan biarkan hidup menjadi pahit!
Jika perihal Engkau, apa yang penting pria itu marah.
Biarkan segalanya di antara aku dan Engkau dibudidayakan,
Antara aku dan dunia membiarkan semuanya menjadi gurun!
Jika cinta-Mu terjamin, semua itu mudah,
Untuk segala sesuatu di bumi hanyalah bumi."

Anonim.

Beliau adalah seorang Ghawts di zamannya dan unik dalam maqamnya. Beliau adalah kiblat para pengikutnya dan Samudra Ilmu yang memancarkan gelombang cahaya dan ilmu spiritual bagi para awliya lainnya.

Beliau mengosongkan dirinya dari segala sesuatu kecuali Keesaan Allah, menolak semua gelar dan aspirasi bagi dirinya. Beliau tidak dikenal sebagai pengikut ilmu tertentu, bahkan ilmu spiritual, dan beliau berkata, “Aku bukan seorang rahib. Aku bukan seorang zahid. Aku bukan seorang penceramah. Aku bukan seorang Sufi. Ya Allah, Engkau adalah Esa, dan aku satu di dalam Keesaan-Mu.”

Mengenai ilmu dan praktik, beliau berkata:

Ulama dan hamba di dunia ini banyak tetapi mereka tidak bermanfaat bagimu, kecuali engkau terlibat di dalam meraih rida Allah, dan sejak pagi hingga malam menyibukkan diri dengan perbuatan-perbuatan yang Allah terima.

Mengenai menjadi seorang Sufi, beliau berkata,

Sufi bukanlah orang yang selalu membawa sajadah, dan bukan pula orang yang memakai pakaian bertambal, bukan pula orang yang membuat kebiasaan dan penampilan tertentu; tetapi Sufi adalah orang di mana fokus semua orang tertuju padanya, walaupun ia menyembunyikan dirinya.

Sufi adalah orang yang di siang hari tidak memerlukan matahari dan di malam hari tidak memerlukan bulan. Esensi Sufisme adalah non eksistensi multak yang tidak memerlukan eksistensi karena tidak ada eksistensi selain eksistensi Allah.

Beliau ditanya mengenai Shiddiq. Beliau berkata, “Shiddiq adalah berbicara dengan hati nuranimu.”

Mengenai Bayazid beliau berkata,

Ketika Abu Yazid berkata, “Aku tidak menginginkan apa-apa’ sesungguhnya itu adalah keinginan yang nyata (iradah).

Beliau ditanya, “Siapakah orang yang tepat untuk berbicara mengenai fana’ dan baqa’?” Beliau menjawab, “Itu adalah ilmu untuk orang yang seolah-olah tergantung pada sehelai benang sutra dari langit ke bumi kemudian datang angin puting beliung yang membawa semua pohon, rumah, dan gunung-gunung lalu melemparkannya ke dalam lautan hingga memenuhinya. Jika angin puting beliung itu tidak dapat menggerakkan orang yang tergantung pada benang sutra itu, maka ia adalah orang yang dapat berbicara mengenai fana’ dan baqa’.”

Suatu ketika Sultan Mahmoud al-Ghazi mengunjungi Abul Hassan (q) dan meminta pendapatnya mengenai Bayazid al-Bisthami (q). Beliau berkata, “Siapa pun yang mengikuti Bayazid, ia akan terbimbing. Dan siapa pun yang melihatnya atau merasakan cinta padanya di dalam hatinya, ia akan meraih khusnul khatimah.

Pada saat itu Sultan Mahmoud berkata, “Bagaimana hal itu mungkin, Abu Jahl saja yang melihat Nabi (s) tidak dapat meraih khusnul khatimah dan malah berakhir dalam penderitaan?” Beliau menjawab, “Hal itu karena Abu Jahl tidak melihat Nabi (s) melainkan ia melihat Muhammad bin `Abdullah. Bila ia melihat Rasulullah (s), ia akan diangkat dari penderitaannya dan meraih kebahagiaan. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan kamu melihatnya memandang kamu tetapi tanpa penglihatan yang jernih.” [7:198]. Beliau lalu melanjutkan dengan perkataan yang sudah dikutip sebelumnya, “Penglihatan dengan mata kepala…”

Perkataan lainnya dari beliau,

“Mintalah kesulitan agar air mata keluar dari matamu, karena Allah mencintai orang-orang yang menangis,” merujuk pada nasihat Nabi (s) untuk banyak menangis.

Dalam berbagai cara kalian meminta sesuatu kepada Allah, tetap saja Qur’an adalah yang terbaik. Jangan meminta kepada Allah keculai melalui al-Qur’an.

Pewaris Nabi (s) adalah orang yang mengikuti jejaknya dan tidak pernah meninggalkan tanda hitam di dalam Catatan Amalnya.


Wafatnya

Abul Hasan al-Kharqani (q) wafat pada hari Selasa, tanggal 10 Muharam 425 H./1033 M. Beliau dimakamkan di Kharqan, sebuah desa di kota Bistham, Iran. Beliau meneruskan rahasia Silsilah Keemasan kepada Abu Ali al-Fadl ibn Muhammad al-Farmadi at-Tusi (q). (http://www.naqshbandi.org/golden-chain/the-chain/abul-hassan-ali-al-kharqani-qaddasa-l-lahu-sirrah/)

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Abul Hassan `Ali ibn Ja`far al-Kharqani | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top