Mistikus Cinta

0
Pada masa khalifah Sayyidina Harun Al-Rasyid, musuh menyerbu Baghdad dalam jumlah yang amat banyak hingga tak ada pasukan yang mampu mengalahkan mereka. Mereka adalah kaum kuffar yang tak beriman. Pada masa itu, sebelum pertempuran kedua belah pasukan mengirimkan 'Ulama mereka untuk berdebat, dan kaum cendekiawan dari kelompok kuffar ini mengirimkan sebuah pesan kepada Harun Ar Rasyid, "Kami datang, maka kirimkanlah "ulamamu untuk berdebat dengan kami." Para cendekiawan kuffar ini sangat cerdas, pandai, dan terlatih sehingga Harun ar-Rasyid ketakutan, kemudian dia pun mengambil wudu' dan tidur. Dalam tidurnya ia bermimpi Nabi SAW berkata kepadanya, "Yaa waladii, wahai anakku, janganlah takut. Pergilah ke masjid besar di Baghdad dan kamu akan menemukan seseorang yang sedang membaca Qur'an. Katakan kepadanya untuk menyelesaikan masalah ini."

Permasalahannya pada saat itu adalah bahwa setiap orang yang datang ke masjid itu dan mengaku, "Saya adalah murid dari Syaikh Abdul-Qadir Jailani," tak seorang pun akan mendaftarkannya untuk menjadi tentara atau berharap apa pun darinya. Kebanyakan dari mereka hanya bersantai di rumah mereka dan tak seorang pun tertinggal untuk pergi berperang. Jadi, Harun ar-Rasyid pun pergi ke masjid dan kaum kuffar tadi datang, mempersiapkan suatu panggung besar dimana mereka duduk menunggu seorang yang 'alim untuk hadir dan mendebat mereka. Ketika seorang anak laki-laki muda berusia tujuh tahun datang, mereka berpikir dia adalah anak dari salah satu 'Ulama.

Pemimpin mereka melihat kepadanya dan berkata, "Apa yang akan kamu lakukan di sini?"

Anak laki-laki tersebut menjawab, "Berdebat dengan anda."

Cendekiawan lainnya berkata, "OK, debatlah saya! Apakah ayahmu mengirimmu?"

Anak laki-laki tersebut menjawab, "Tidak. Baghdad ini adalah suatu samudera 'Ulama yang mengajarkan berbagai ilmu, dan saya telah belajar dengan mereka semua, jadi debatlah saya."

Merasa takjub, sang penantang itu pun berkata, "Bagaimana saya dapat mendebat kamu padahal kamu sangat muda?"

Anak laki-laki tersebut menjawab, "Apa hubungannya usiaku dengan ini, ilmu adalah ilmu! Bahkan pada usia tiga tahun, saya telah mampu menghafal Al Qur'an suci! Anda berkata tentang 'ilmu dan Allah memberikan kepada orang-orang beriman ilmu pengetahuan yang tidak Dia berikan kepada siapa pun yang lain, jadi debatlah saya!"

Cendekiawan kuffar tersebut tidak mempercayai anak laki-laki tersebut, namun dia tetap diam karena al-harbu khuda'a, perang adalah strategi.

Anak laki-laki tersebut berkata, "Ulama Baghdad memanggil saya menghadap mereka tadi malam dan memerintahkan saya untuk mendebat Anda, yang berarti Anda tidak pantas untuk mendebat salah satu dari 'Ulama kami. Anda berusia 70 tahun, saya berusia 7 tahun, jika anda ada sesuatu untuk diperdebatkan, katakanlah kepada saya di sini."

Anak laki-laki tersebut merenung dan cendekiawan kuffar itu berkata, "Mari kita mulai."

Anak laki-laki tersebut menanggapi, "Kita tunggu dulu 10 menit lagi, karena saya mendengar penjual susu menuju kemari. Tunggu dia, baru kemudian saya akan berdebat dengan Anda."

Cendekiawan kuffar itu berkata, "Saya tidak mempercayaimu," namun mereka tetap menunggu.

Dalam waktu sepuluh menit, seorang laki-laki dengan keledai datang menjual susu. Itulah kasyaf [1].

Anak laki-laki tersebut bertanya, "Adakah air di dalam susu ini?"

Kaum kuffar tersebut menjawab, "Ya, biasanya ada air di dalam susu."

Anak laki-laki tersebut bertanya kembali, "Apakah ada keju di dalam susu ini?"

Cendekiawan kuffar tersebut menjawab, "Ya."

Anak laki-laki tersebut bertanya, kembali, "Adakah mentega di dalam susu ini?"

Para cendekiawan kuffar itupun berkata, "Ya."

Kemudian anak laki-laki tersebut berkata, "OK. Kalau begitu tunjukkan kepada kami bahwa ada air, keju, dan mentega di dalam susu ini."

Para cendekiawan kuffar itupun berkata, "Hal itu memerlukan suatu proses untuk memperlihatkannya."

Anak laki-laki tersebut berkata, “Amati belanga itu,” kemudian dia pun mengucapkan, “Bismillahi ‘r-Rahmani ‘r-Rahiim,” dan seketika itu pula belanga tadi mulai berguncang. Dia berkata, “Bismillahi ‘r-Rahmani ‘r-Rahiim,” dan air pun muncul, kemudian dia berkata, “Bismillahi ‘r-Rahmani ‘r-Rahiim,” dan mentega muncul, dan dia berkata, “Bismillahi ‘r-Rahmani ‘r-Rahiim,” dan keju muncul.

Dengan terperangah, kaum kuffar itu pun bertanya, “Bagaimana kamu dapat melakukannya dengan matamu? Dapatkah saya menjadi seperti kamu?”

Anak laki-laki tersebut berkata, “Ya, Anda pun dapat melakukannya, namun Anda tidak memiliki mata seperti saya dan dengan demikian tidak dapat melakukan apa yang saya lakukan, karena saya memiliki keimanan.”

Dialah Imam Syafi`i di masa kanak-kanaknya! Kita semua berbuat dosa siang dan malam; kita melakukan sesuatu yang seharusnya tidak kita lakukan. Ada tujuh ratus karakter buruk dalam manusia, dan semua itu akan ditanya pada Hari Perhitungan. Kita semua memerlukan apa yang diperlukan oleh para cendekiawan kuffar: untuk menjadi seperti Imam Syafi'i. Kita perlu Awliyaullah untuk datang menyelamatkan kita! Dan Awliyaullah juga memohon kepada Nabi untuk meyelamatkan mereka!

Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

Catatan
[1] Kasyaf: terbukanya mata hati untuk dapat melihat hal-hal yang secara normal tertutup ruang atau waktu.

____
FB: Naqshbandi Haqqani
Telegram: https://t.me/nazimiyya
Twitter: @IDNazimiyya

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Kisah Imam Syafi'i yang Dikisahkan Maulana Syekh Hisyam Kabbani | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top