Suatu waktu Grandsyaikh ‘Abdullah al-Fa’iz ad-Daghestani (ق ) berkata bahwa jika kalian ingin mengetahui apakah seseorang adalah seorang Mursyid yang benar, pertama-tama amatilah apakah ia telah menyempurnakan adab luarnya.
Jika kalian melihat bahwa ia masih belum sempurna dalam adab perilaku luarnya, itu berarti ia memiliki cacat dalam hatinya. Jangan ikuti dia. Apapun dalam diri seorang Guru Tasawwuf, dan kita sekarang berbicara tentang Tasawwuf bukan tentang yang lainnya, yang tidak sesuai dengan pakaian dan perilaku luar seorang Guru sejati, menunjukkan adanya suatu cacat. Grandsyaikh berkata, “Jika kalian memiliki sebuah jam tangan dan jam tangan itu bekerja di dalamnya secara sempurna seratus persen, tetapi ia tidak memiliki jarum-jarum yang menunjuk ke angka jam dan menit, maka jam tangan itu tidak dapat menunjukkan waktu bagimu, jadi ia tidak memberikan manfaat. Juga seandainya sebuah jam tangan memiliki dua jarum, tetapi mekanik di dalamnya tidak bekerja seratus persen, ia pun tidak dapat menunjukkan pada kalian waktu yang benar. Jadi baik aspek di luar maupun di dalam keduanya haruslah benar secara sempurna bagi seseorang untuk menjadi seorang mursyid sejati.”
Kita tidak sedang berbicara tentang diri kita sendiri. Kita mengikuti Mursyid kita. Beliaulah pembimbing kita. Beliau bekerja seratus persen baik pada aspek luar yang nampak maupun aspek batiniah. Sedangkan diri kita, kita hanya berusaha untuk menirunya. Karena itulah ketika kita ingin mengamati seseorang untuk bertanya, “Apakah orang ini seorang Guru Pembimbing sejati?” kalian mesti pastikan bahwa ia telah menyempurnakan aspek-aspek akhlaq zahir (luar) tanpa ada cacat. Jika ada sesuatu yang hilang, maka janganlah kalian mengikutinya. Artinya, jika ia tidak memiliki sesuatu aspek akhlaq zahir yang nampak, maka pastilah lebih banyak lagi akhlaq batin dalam dirinya yang ia tidak miliki, karena di situlah tempat di mana orang-orang tak dapat melihatnya. Kalian tentu akan berpakaian baik bila kalian tahu bahwa orang-orang akan melihat kalian.
Sedangkan bila menyangkut hal-hal yang orang lain tidak melihatnya, kalian berkata, “Tak mengapa. Tak seorang pun akan melihatnya.” Jika pakaian luar yang dilihat oleh banyak orang pada diri kalian saja sudah kehilangan banyak hal, itu berarti ‘pakaian dalam’ kalian yang tidak dilihat orang, kehilangan lebih banyak hal lagi. Orang seperti itu bukanlah seorang Mursyid yang haqq (benar). Dia adalah seorang mursyid yang terputus. Mungkin ia dapat membawamu hingga suatu level tertentu dalam kehidupan ruhaniahmu, tetapi ia terputus dari tingkatan-tingkatan yang lebih jauh. Seorang Pembimbing (Mursyid) yang sejati mestilah telah menyempurnakan segala aspek zahir yang nampak dari diri mereka tanpa kehilangan satu hal pun.
Inilah langkah pertama, yang dikatakan Grandsyaikh, untuk mengetahui apakah seseorang adalah mursyid sejati atau mursyid palsu. Jika kalian melihat bahwa ia telah sempurna dalam segenap aspek zahirnya, maka kalian dapat berkata, “Ia telah lulus,” bukan lulus tes pertama tetapi lulus “kriteria pertama.”
Sekarang kita berpikir untuk mengamati aspek akhlaq batin seorang Mursyid. Bagaimana kalian dapat menentukan aspek batin seseorang? Gransyaikh berkata, “Kalian mesti melihat bahwa orang tersebut memiliki rasa hormat kepada setiap orang, tanpa sedikit pun membeda-bedakan manusia mana pun, tanpa melihat agama mereka, karena mereka semua adalah hamba-hamba dari Tuhan yang satu, Tuhan yang sama, dan dalam pandangan hatinya Tuhan tidak membeda-bedakan siapa pun secara diskriminatif. Bukan urusannya untuk menghakimi siapapun, karena seluruh manusia adalah hamba-hamba Tuhan. Seorang mursyid mesti memiliki sikap dan rasa hormat pada mereka semua, pertama, karena mereka semua adalah ciptaan Tuhan dan memiliki Cahaya dalam diri mereka.
Sebagai tambahan pada rasa hormat tersebut, sang mursyid sejati mestilah memiliki cinta bagi mereka. Mendambakan bagi mereka apa-apa yang ia dambakan bagi dirinya dan anak-anaknya sendiri, untuk mewakili mereka dan beramal atas nama mereka, sekalipun mereka masih belum menjadi muridnya, masih orang-orang awam kebanyakan. Jadi, ia mesti menunjukkan rasa hormat dan cinta pada mereka. Yang ketiga, ia mesti menunjukkan kerendahhatian pada mereka. Ia tak dapat mengatakan bahwa dirinya lebih tinggi daripada mereka. Tak seorangpun yang tinggi kecuali Allah. Jika ia menganggap dirinya lebih tinggi daripada mereka, maka ia menjadi seperti syaithan yang memandang dirinya lebih tinggi dan lebih baik daripada Adam.”
Tiga kriteria ini adalah “perhiasan-perhiasan batin” seorang mursyid sejati. Dari aspek luar, ia mestilah memiliki pakaian sempurna sebagai seorang Syaikh Tasawwuf. Jika Syaikh kalian seperti itu, maka ia adalah seorang Mursyid Pembimbing sejati. Ikuti dia. Bersama dirinya, kalian akan menemukan kepuasan dan menemukan segala sesuatu yang hilang dari diri kalian.
Jika kalian tidak dapat menemukan seseorang seperti itu, maka lanjutkanlah mencari. Kalian akan menemukannya, karena Tuhan Maha Penyayang. Jika kalian mencari, Tuhan akan memberi. Jika kalian tidak mencari, Tuhan tidak akan memberi. Jika kalian benar-benar memohon, mohonlah dari hati kalian, dan kalian akan menemukannya. Pada saat itulah, ia akan memberikan kepada kalian kunci hati kalian. Jika kalian tidak betul-betul meminta dari hati, hanya sekedar meminta dengan lisan, mungkin kalian akan menemukannya, mungkin pula tidak.
Mawlana Syaikh Hisham Kabbani
Post a Comment Blogger Disqus