Lensa terbesar di dunia adalah Teleskop Hubble. Salah satu di antara orang-orang yang membangunnya mengatakan kepada saya bahwa lensa yang dibutuhkan (diameternya) adalah sepanjang jarak antara San Francisco ke New York, tetapi karena terus-menerus dipoles dan dipoles lensa lebar sepanjang tiga kakinya dapat menjangkau begitu jauh. Jika kita semua memoles qalbu kita, kita akan menjadi seperti Teleskop Hubble dan dapat melihat apa yang tidak bisa dilihat orang, mendengar apa yang tidak bisa didengar orang, karena pada saat itu qalbu kita terhubung dengan sangat baik kepada Syekh kita, sehingga mulai melihat penglihatan spiritual dan mimpi-mimpi. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh salah satu Awliya yang Agung, Sayyidina Muhiyyidin ibn `Arabi (q), "Ketika Allah ingin melihat pada Ciptaan-Nya, Dia tidak melihatnya secara langsung, melainkan melihat pada Sayyidina Muhammad (saw), sang cermin!
Antara Ciptaan dengan Pencipta adalah Sayyidina Muhammad (saw): itulah sebabnya nama beliau diangkat, agar seluruh makhluk mengetahui Hakikat tersebut. Laa ilaaha illa-Llah Muhammadun Rasuulullah: bagian akhir dari ‘laa ilaaha illa-Llah’ adalah Allah dan haa di sana artinya tersembunyi, Qul Huw Allahu Ahad. Laa ilaaha illa-Llah ilaa Huw, bagian akhir dari ‘Allah’ adalah Huw, yang merupakan Ghayban Mutlaaq, Ghaib Mutlak, tak seorang pun dapat melihatnya, tetapi:
“Katakanlah, yaa Muhammad, ‘Qul Huw Allahu Ahad.’ Dia adalah Yang Tidak Bisa Dilihat, Dia adalah Yang Maha Unik, Sang Pencipta, Dia adalah Segalanya!” Ketika Allah ingin melihat pada hamba-hamba-Nya ketika mereka dikirim ke Surga Pertama, Dia melihat mereka melalui cerminnya Nabi (saw), karena apa pun yang mereka lakukan akan terpantul pada cerminnya Nabi (saw), dan dari sana ia akan sampai pada Alastu bi-rabbikum qaaluu balaa:
أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَىٰ
[Allah bertanya] “Bukankah Aku Tuhanmu?" Mereka berkata, “Ya!” (Surat al-A'raaf, 7:172)
[Allah bertanya] “Bukankah Aku Tuhanmu?" Mereka berkata, “Ya!” (Surat al-A'raaf, 7:172)
Awliyaullah sangat hati-hati dalam mengarahkan pandangan mata mereka. Seorang Wali, sejak kelahirannya... karena sebagian mereka tidak terhijab, mereka dapat melihat segalanya, bahkan al-Lawh al-Mahfuuzh, apakah orang suka atau tidak. Nabi (saw) adalah orang yang Allah beri kewenangan atas seluruh manusia, bukankah begitu?
Awliyaullah mengamati para pengikutnya untuk membawa mereka ke Jalan yang Benar; mereka mengetahui apa yang dikerjakan oleh murid-muridnya untuk mendukung mereka agar terlihat pada cerminnya Nabi (saw). Ketika seorang Wali ingin melihat muridnya, ia melihatnya pada qalbu Nabi (saw), yang memantulkan apa yang dikerjakan oleh murid tersebut, apakah itu baik atau buruk:
تعرض علي أعمالكم
Aku mengamati amal umatku. (al-Bazzaar di dalam Musnadnya)
Beliau (saw) melihat kita dan beliau mempersembahkan kita kepada Allah (swt) dalam keadaan suci, dan itu merupakan kehormatan bagi kita. Semoga Allah (swt) senantiasa menjaga kita di dalam jalan yang benar, yang tersambung dengan Nabi (saw), yang merupakan mesin utama bagi dunia dan seluruh Ciptaan. Allah menciptakan Ciptaan dan tidak memandangnya, Dia hanya melihat pada Nabi (saw)! Dari Cahaya yang Allah berikan kepadanya setiap `abd muncul dan ketika Cahaya itu diambil, kalian tidak tampak lagi kepada mereka. Jika amal kalian baik, kalian akan diberi Surga, dan setiap orang yang diberikan Surga di dalam hidupnya, ia tidak akan menjadi buta, matanya selalu dapat melihat segala sesuatu. Mari kita membuat mata kita dapat melihat segala sesuatu dengan merefleksikan Kalimat at-Tawhiid karena itu merupakan Miftah al-Jannah, Kunci ke Surga.
Mawlana Shaykh Hisham Kabbani
Post a Comment Blogger Disqus