Cerita Sufi Dari Timur
Di mana seorang Raja ini mengalami gejolak pertikaian batiniyah didalamnya. Karena Raja ini sebentar lagi Akan sampai pada titik maqam Fana Billah.
Pada suatu masa Raja ini ingin membuktikan kalimat kata-kata dari guru spiritualnya. Beliau tidak percaya begitu saja kalimat gurunya bahwa Allah itu selalu memberi makan pada makhluk-makhluknya dengan tendensi Sifat Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim yaitu Maha Pengasih dan Maha Penyayang pada seluruh makhluk-makhluknya Raja ini ingin membuktikan kalimat guru tersebut.
Di suatu hari Raja ini meninggalkan istana dengan seorang diri tanpa di ketahui oleh orang-orang istana beliau menyamar keluar dari istana dengan berpakaian ala prajurit biasa.
Beliau berjalan menuju hutan rimba di mana hutan itu sangat jauh jaraknya dengan menunggang kuda sejauh-jauhnya kedalam hutan hingga bekas tapak manusia sudah tak nampak lagi.
Beliau semakin masuk ke dalam hutan mencari tempat yang sangat tersembunyi sekiranya tak ada lagi manusia yang bisa menjangkau tempàt itu, beliau mencari gua yang sangat tersembunyi di balik lembah jurang yang sangat tersembunyi raja itu masuk kedalam gua itu dengan perasaan bahwa tak mungkin ada orang yang bisa masuk dalam gua ini.
Karena gua ini berada di tempat yang sulit di jangkau manusia dan hanya bunyi binatang kecil saja yang terdengar.
Raja itu masuk kedalam gua lalu gua itu di tutupnya dengan rumput semak belukar sehingga gua itu tiada nampak dari sisi luar karena telah tertutup oleh semak belukar.
Raja itu duduk termenung di dalam gua sambil merenungi kata-kata gurunya benarkah Allah akan memberi makan aku. Dengan cara apa kiranya Allah memberi makan aku sedang di sini tak ada makanan apapun.
Raja itu duduk dalam diam tiada terasa dia sudah satu pekan dalam gua itu sehingga tubuhnya mulai gemetar lunglai karena isi dalam perutnya sudah benar-benar kosong.
Raja itu tetap bertahan sehingga tak terasa tubuh beliau sudah tidak mampu lagi di gerakkan matanya pun hampir kabur tak nampak hanya telinga saja yang masih bisa mendengar, dalam pertegahan sekarat menahan lapar. Tiba-tiba di luar hujan sangat deras terdengar dari telinga sang raja.
Ada sedikit terdengar suara seperti suara manusia yang sedang bercakap-cakap dengan temannya.
Rupanya saat hujan lebat itu ada dua pemburu yang tersesat kedalam gua itu karena pemburu itu tak ada lagi tempat berteduh dari air hujan sehingga pemburu itu masuk dalam semak belukar itu.
Pemburu itu masuk ke dalam dan melihat sang raja itu dalam keadaan terkapar sekarat.
Pemburu itu lalu membakar hewan hasil buruannya yang ia dapat seekor kijang lalu di bakarnya daging kijang itu lalu mereka berdua makan bersama. Pemburu itu melihat sang raja masih berdetak jantung nya.
Lalu dengan rasa iba pemburu itu memberi seteguk air minum pada mulut sang raja yang sedang sekarat itu kemudian dengan rasa keperimanusiaannya dua pemburu itu menyuapi potongan daging kijang itu pada sang raja sehingga raja itu pulih dan perutnya mulai merasa terisi dan tubuh sang raja itu mulai segar kembali.
Menangislah sang raja itu dan beliau merasa yakin bahwa tak ada yang tak mungkin bagi Allah dan tiada daya bagi makhluknya kecuali mengikuti titah dan perintah dari Allah sesuai dengan kodrat dan irodatnya.
Lalu sang raja itu balik ke istananya dan menjadi seorang raja yang Arifbillah. (Rahsa Sufi)
Post a Comment Blogger Disqus