Hasan al-Basri sewaktu remajanya, sebelum menjadi alim lagi wali yang zuhud, adalah seorang yang tampan dan sentiasa memakai pakaian yang mahal. Beliau sering kesana sini didalam kota seperti anak-anak muda yang lain bermondar-mandir tanpa tujuan hidup yang teguh.
Suatu hari ketika berjalan-jalan di kota Basrah, dia memandang seorang perempuan cantik dengan sepasang mata yang sangat menarik.
Datanglah rasa ghairahnya sehingga tanpa sadar kakinya terus mengikuti si cantik itu. Perempuan itu sadar ada orang mengikutinya, lalu menoleh kepadanya; "Tuan terus mengikuti saya, apakah tuan tidak malu?"
Hasan pun menoleh kiri dan kanan dan mendapati tiada siapa pun di situ. "Hendak malu pada siapa? Bukan ada orang melihat." katanya.
"Sekalipun pada Allah yang Maha Mengetahui khianatnya mata dan apa yang tersembunyi di sebalik dada." kata perempuan itu.
Hasan tersedu mendengarnya tetapi karena tak mampu melawan nafsunya, dia tetap mengikuti perempuan itu.
"Mengapa tuan masih mengikuti saya?"
"Saya tertarik dengan dua matamu yang cantik"
"Baik, tuan tunggulah di sini. Biarlah saya pulang dahulu dan akan saya hantarkan apa yang tuan mau" kata perempuan itu.
Hasan pun menunggu dengan rasa berdebar-debar.
Tidak lama kemudian, datang seorang pembantu perempuan tadi mengulurkan suatu kotak berbalut sapu tangan.
"Tuan, ini tuan saya kirimkan untuk tuan."
Dengan rasa amat gembira, Hasan pun membuka kotak itu.
Alangkah terkejutnya apabila di dapati dua biji mata yang berlumuran darah.
"Perempuan yang tuan ikuti tadi ialah majikan saya. Dia berpesan, dia tidak mau memiliki mata yang membawa fitnah atas orang lelaki. Dia mengirim mata ini agar tuan boleh menikmati dan terbebas dari godaan itu. Ambillah tuan.
"Menggigil tubuh Hasan al-Basri dengan peristiwa menyayat hati ini. Semalaman dia menangis bertaubat kepada Allah.
Keesokan harinya, Hasan pun pergi ke rumah perempuan tadi untuk meminta maaf tetapi menurut tetangga yang berdekatan, perempuan itu telah meninggal karena terlalu sedih akan dosanya.
Tergetar-getar Hasan mendengarnya, rasa bagaikan hendak tumbang.
Menangislah dia selama tiga hari di rumahnya. Pada akhir malam yang ketiga itu, Hassan telah bermimpi melihat perempuan tersebut sedang duduk di taman syurga.
"Wahai tuan, dari dulu saya telah memaafkan perbuatan tuan yang tak senonoh itu, karena dari perbuatan tuan saya akhirnya duduk mulia di hadapan Allah."
Jawab Hassan "Kalau benar engkau maafkan saya, berilah saya nasihat agar saya menjadi orang soleh."
"Bertaubatlah waktu tuan sedang bersendirian atau ketika banyak orang. Ingat ALLAH dan berzikirlah bersungguh-sungguh pagi dan petang, beristighfarlah."
Hasan Al-Basri pun mengamalkan nasihat itu. Beliau akhirnya dikenali sebagai wali yang zuhud, taat dan termasyur karena memiliki budi pekerti yang mulia.
Begitulah sejarah menorehkan kehebatan wanita yang beriman. Begitu takut menampakkan kecantikan dirinya kepada lelaki yang bukan muhrim yang mampu mengundang seribu fitnah.
Lebih-lebih lagi pada zaman yang penuh kerusakan ini. Takut dengan murka ALLAH, maka sanggup di
leraikan dunia yang membawa fitnah ke atas kaum lelaki.
Benarlah ayat ALLAH......
Tundukkanlah pandanganmu terhadap yang bukan muhrim karena sering berlaku "panahan syaitan" di mata.
Wahai salik yang bertekad menempuh suluk jalan fana` dengan tekad yang kuat, dalam tekadmu ini engkau terlebih dulu harus menjernihkan sirr dan isi kalbumu dari segala bentuk tawajuh kepada yang selain al-Haqq. Engkau juga harus menjadikan tuntutan dan maksudmu hanyalah untuk tenggelam (istighrâq) dan fana (fana`) di dalam Lautan Keesaan.
Semua ini sama sekali tidaklah mudah bagimu, kecuali jika kau berhasil menghancurkan bahtera dirimu yang batil. Tapi untuk menghancurkannya pun tidaklah mudah bagimu, kecuali jika kau melakukan riyadhah yang berat, dalam bentuk lapar, haus, mengurangi tidur, pemutusan semua kelezatan inderawi dan syahwat nafsu untuk kemudian beralih kepada kelezatan cinta, fana, sabar terhadap bala, dan ridha atas semua ketetapan Allah yang kau alami. Jika kau berhasil mewujudkan semua ini di dalam dirimu, niscaya dirimu akan melemah dan bahteramu akan melamban. Pada saat itu, engkau akan mudah untuk menghancurkannya, cukup dengan kau berdiri di atasnya.
Post a Comment Blogger Disqus