Oleh: Syeikh Muhyiddin Abdul Qadir Al Jailani
Kaum yang sesat atau kaum Sufi dan yang mendakwa ahli hakikat, ahli makrifat, yang palsu yang terdiri dari berbagai golongan. Mereka ini adalah kaum yang sesat di zaman ini.
Banyak golongan orang-orang yang sesat yang mengaku Sufi (palsu) antara lain:
1. Golongan Hululiyyah
Ciri-cirinya:
Mereka berpendapat adalah halal melihat badan orang yang bukan mahram, yang menggiurkan nafsu, dan paras yang cantik yang dapat mendorong kepada zina, baik lelaki atau perempuan, siapa pun baik anak atau isteri orang.
Mereka berbaur antara lelaki dan perempuan dan menari bersama-sama. Hal ini jelas sekali berlawanan dengan ajaran dan prinsip Islam.
2. Golongan Haliyyah
Ciri-cirinya:
Mereka ini gemar menyanyi, menari, memekik, menjerit dan menepuk tangan. Konon, dalam keadaan demikian mereka dapat mengatasi dan melampaui hukum-hukum syari’at Islam.
Tidak perlu lagi bersyari’at karena telah melampaui peringkat l ini jelas sesat karena Nabi Muhammad Saw. sendiri pun mengikuti syari’at, walaupun ia kekasih Allah Swt.
3. Golongan Auliaiyyah
Ciri-cirinya:
Mereka ini mendakwakan diri dekat dengan Allah. Dengan kata lain telah mencapai peringkat Aulia Allah. Apabila telah jadi Waliullah tidak perlu lagi shalat, puasa, haji, dan beribadah lainnya.
Mereka ini mendakwakan diri dekat dengan Allah. Dengan kata lain telah mencapai peringkat Aulia Allah. Apabila telah jadi Waliullah tidak perlu lagi shalat, puasa, haji, dan beribadah lainnya.
Mereka berpendapat bahwa seseorang Wali menjadi anak Allah dan dengan itu mereka lebih tinggi derajatnya dari Nabi. Mereka mengatakan bahwa ilmu atau wahyu sampai kepada Nabi melalui malaikat Jibril, tetapi Waliyullah menerima ilham atau hikmah langsung dari Allah. Itulah dakwaan mereka. Pendapat mereka ini adalah silap atau salah dan sesat yang akan membawa mereka kepada kebinasaan dan akan menjerumuskan mereka ke lembah bid’ah dan kafir.
4. Golongan Syamuraniyyah
Ciri-cirinya:
Mereka percaya kalam (perkataan) adalah kekal dan barangsiapa menyebut kalam yang kekal (kalam Allah) itu tidak terikat dengan hukum atau syari’at agama.
Mereka tidak peduli dengan hukum halal atau haram. Dalam upacara ibadah mereka menggunakan alat musik. Perempuan dan lelaki berbaur menjadi satu. Tidak ada hijab lelaki dengan perempuan. Ini sudah jelas sesat dan menyimpang jauh dari ajaran al-Qur’an.
5. Golongan Hubbiyyah
Ciri-cirinya:
Golongan ini berkata bahwa apabila seseorang sampai ke peringkat cinta, mereka tidak lagi berada di bawah hukum syari’at.
Mereka tidak peduli dengan pakaian. Kadang-kadang mereka bertelanjang bugil. Tidak ada lagi perasaan malu pada diri mereka.
Inilah ajaran sesat dan menyesatkan.
6. Golongan Huriyyah
Ciri-cirinya:
Mereka senang berteriak-teriak, memekik-mekik, menyanyi, dan bertepuk tangan, konon katanya untuk mendapatkan Dzauq (ekstasi).
Mereka mendakwa bahwa dalam keadaan Dzauq itu mereka bersenggama atau bersetubuh dengan bidadari. Setelah mereka keluar dari keadaan Dzauq, mereka pun mandi hadas. Mereka ini tertipu oleh nafsu mereka sendiri. Sesatlah mereka.
7. Golongan lbahiyyah
Ciri-cirinya:
Mereka ini tidak menyuruh berbuat baik dan tidak melarang berbuat jahat. Sebaliknya mereka menghalalkan yang haram. Zina pun dihalalkan. Bagi mereka, semua wanita halal untuk semua lelaki. Inilah golongan yang sesat dan miskin yang meminta sedekah dari rumah ke rumah.
Mereka beranggapan bahwa mereka menerima azab Allah yang hina.
8. Golongan Mutakasiliyyah
Ciri-cirinya:
Mereka mengamalkan prinsip bermalas-malasan dalam mencari nafkah. Mereka telah meninggalkan dunia dan keduniaan. Maka musnahlah mereka dalam kemalasan mereka sendiri.
9. Golongan Mutajahiliyyah
Ciri-cirinya:
Mereka berpura-pura bodoh dan berpakaian tidak senonoh dan bersikap seperti orang kafir.
Padahal Allah berfirman:
“Janganlah kamu cenderung meniru orang-orang yang zalim, kelak kamu akan di sentuh (dijilat) api neraka” (QS. Hud: 113).
Nabi pun pernah bersabda:
“Barangsiapa mencoba menyerupai sesuatu kaum, maka mereka dikira sebagai ahli kaum itu.“
10. Golongan Wafiqiyyah
Ciri-cirinya:
Mereka berpendapat bahwa Allah yang mampu mengenal Allah. Dengan itu mereka tidak mau berusaha mencari hakikat atau kebenaran. Karena kebodohan mereka itu, mereka terseret ke jurang kerusakan dan kesesatan.
11. Golongan Ilhamiyyah
Ciri-cirinya:
Mereka ini mementingkan ilham. Tidak mau menuntut ilmu dan tidak mau belajar.
Mereka berkata bahwa al-Qur’an adalah hijab bagi mereka.
Mereka menggunakan puisi karangan mereka sebagai ganti al-Qur’an.
Mereka membuang al-Qur’an dan meninggalkan ibadah shalat, dan lain-lain.
Mereka mengajarkan anak-anak mereka berpuisi sebagai ganti al-Qur’an. Maka sesatlah mereka.
Mereka berkata bahwa al-Qur’an adalah hijab bagi mereka.
Mereka menggunakan puisi karangan mereka sebagai ganti al-Qur’an.
Mereka membuang al-Qur’an dan meninggalkan ibadah shalat, dan lain-lain.
Mereka mengajarkan anak-anak mereka berpuisi sebagai ganti al-Qur’an. Maka sesatlah mereka.
Demikian banyak ajaran-ajaran sesat dari guru Sufi palsu di zaman ini, kata Syeikh Abdul Qadir al-Jailani.
Sufi yang Benar dan Sufi Palsu/ahli hakikat palsu dan benar
Sebenarnya golongan sesat dari kaum yang mengaku dirinya Sufi itu akan terus ada di setiap masa, baik dari golongan kaum Muslimin yang menyimpang dari jalan yang benar maupun dari golongan kaum kafir juga.
Adapun kaum kafir, sejak semula mereka telah tersesat dalam belenggu kekufuran. Meskipun mereka bertabiat seperti seorang Sufi, dan mereka menahan diri dari segala macam tuntutan hawa nafsu untuk bertaqarrub, namun dasar kepercayaan mereka sendiri itu telah salah dan menyimpang dari jalan Allah yang sebenarnya.
Sayang sekali jerih payah mereka dalam mengendalikan diri dari hawa nafsu dunia itu ditujukan untuk kepercayaan yang sesat, bukan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Allah berfirman:
“Dan siapa yang memohon kepada tuhan yang selain Allah, dia tidak mempunyai alasan apa pun tentang kepercayaannya itu, maka sesungguhnya perhitungannya nanti di sisi Tuhannya jua, sesungguhnya tiadalah beruntung orang-orang yang tidak beriman itu” (QS. Al-Mu’minun: 117).
Sungguh menyedihkan keadaan mereka. Mereka telah bersusah payah menahan segala kenikmatan di dunia, tetapi tidak mampu memetik hasil dari jerih payahnya itu, karena apa yang mereka lakukan adalah sia-sia belaka. Sementara di akhirat mereka pun akan mendapat hukuman, siksa di dalam api neraka untuk selama-lamanya karena tidak mengikuti petunjuk yang benar.
Bagaimana dengan orang-orang yang beriman, tetapi kemudian yang tersesat jalan? Mungkin pada awalnya mereka melangkah di jalan yang benar atau berniat baik untuk tujuan Sufi. Tetapi tidak mustahil, mereka bisa tertipu dalam perjalanan kesufiannya itu, karena terpengaruh oleh hawa nafsu.
Nafsu yang akan ditentangnya ternyata berbalik muka menjadi gejala yang menentangnya. Orang yang menentang hawa nafsu itu bertujuan menghadapkan wajahnya kepada Tuhan yang dicari-Nya agar dikenali-Nya. Perlakuannya di dalam kesufian itu bukanlah bertujuan untuk mencari pangkat atau memperoleh pujian dan nama dalam masyarakat pengikutnya.
Apabila dilihatnya dirinya dihormati, para pengikutnya berkerumun mengelilinginya, dan terharulah hatinya, ia sangat senang dengan keadaan ini. Padahal, inilah penyakit, yang dalam istilah kesufian disebut Istidraj, yakni perkara-perkara yang datang sebagai cobaan dan ujian kepada seorang Sufi.
Orang yang semacam ini, memang syaitan senang sekali berdampingan dengannya. Dia malah lebih senang menempelkan dirinya dengan Sufi palsu ini daripada orang yang bodoh dari liku-liku urusan agamanya. Memang mudah orang yang ‘bodoh’ itu dapat dipengaruhi dan diperdayakan oleh setan, tetapi hasilnya hanya seorang saja. Berbanding dengan Sufi palsu ini, dia mempunyai pengikut yang banyak, kalau dapat diperdayakan oleh syaitan satu orang Sufi, maka Sufi itu dapat menghantar keterperdayaan itu kepada semua pengikutnya, kecuali orang yang diselamatkan Allah.
Syaitan akan berbisik kepada si Sufi palsu itu: Engkau seorang besar! Pengaruhmu sungguh mengagumkan! Sebab para pengikutmu banyak sekali, karena itu engkau jangan bimbang! Mereka tidak akan menyia-nyiakanmu. Engkaulah orang Sufi yang benar! Engkau wali, dan bukankah wali itu orang kesayangan Tuhan! Apa pedulimu kepada orang-orang bodoh yang merendahkan derajatmu. Mereka itu tidak mengerti. Masih jahil. Jahil murakkab. Engkau begini, dan begitu, dan seterusnya. Bisikan itu tidak ada akhirnya. Diberikan kepadanya Khatir-khatir, yakni lintasan-lintasan hati yang semuanya palsu dan keliru, sedang dia termakan semua umpan yang dipasangkan di dalam perangkapnya.
Itulah dia Istidraj yang selalu menimpa orang yang mengangan-angankan diri menjadi sheikh Sufi ahli hakikat makrifat sebelum waktunya. llham yang diterimanya bukan ilham dari Allah Swt., tetapi ilham dari syaitan, sedang dirinya tidak tahu.
Orang Sufi ahli hakikat makrifat palsu ini sungguh berbahaya kepada umat Islam. Dia lebih berbahaya daripada sang Sufi sesat, yang perjalanannya benar, tetapi kepercayaannya salah dan sesat. Sebab orang Sufi sesat itu, semua orang Islam telah mengenalinya dan mudah dikenali. Namun sang Sufi palsu itu akan membawa kekeliruan kepada khalayak ramai yang tidak mengerti, atau orang yang mudah terpengaruh dengan hal-hal yang tidak asli atau tiruan. Lalu bukan saja dia yang sesat, malah dia akan menyesatkan banyak orang yang tidak berdosa, hanya salahnya karena terpengaruh dengan yang salah yang digambarkan sebagai benar.
Post a Comment Blogger Disqus