Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS
A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin
Seorang Syekh mengamati murid yang meminta di-bay’at dalam Tarekat Naqsybandi tanpa pemberitahuan yang bersangkutan. Beliau juga mengutus 40 alim amil, ulama-ulama yang tulus dan setia yang akan bergerak sesuai apa yang mereka mampu selama 40 hari, mengamati seluruh perilaku murid yang bersangkutan secara rahasia. Harus tidak ditemukan kesalahan sekecil apa pun, baik dari tindakan ataupun di dalam hatinya. Bila mereka menjadi saksi akan semua itu, mereka akan datang pada Syekh dan mengatakan, “Kami menyaksikan bahwa dia berperilaku baik dan tidak pernah melakukan sesuatu yang sia-sia.”
Misalnya, segala perilaku pada tubuh kita. Jika tubuh kalian melakukan sesuatu yang sia-sia berarti kalian melakukan sesuatu yang salah. Jika kalian memegang sebuah apel dan memainkannya, itu berarti tindakan kekanak-kanakan. Hal itu membuat pengamatan dihentikan. Namun bila pengamatan itu dilalui dengan baik, para saksi akan mengatakan pada Syekh bahwa pengikut yang bernama ini atau itu adalah “bersih”. Maka kemudian Syekh memberikan bay’at.
Saat ini, bay’at amat murah tidak seperti dahulu yang amat sulit. Murid-murid zaman sekarang yang mengambil bay’at dari Syekh tidak merasakan nilai dari bay’at itu. Mereka ingin segalanya mudah, padahal spiritualitas bukan sesuatu yang muncul dengan mudah. Lihatlah para nabi, bagaimana penderitaan mereka! Aktharukum bala’ al anbiya’ yang menjalani masalah terberat di antara kalian adalah para nabi, tsumma-l amtal fi-l-amtal – lalu para sahabat Allah SWT, kemudian mereka yang paling terhormat karena kebaikannya.
Mawlana pernah bercerita, suatu ketika Sayyidina Jamaluddin Ghumuqi al-Husayni QS sedang duduk bersama murid-muridnya di dalam masjid. Ada sebuah mangkuk buah di hadapan beliau. Beliau ambil dua buah apel dan melemparnya ke atas, satu apel dilempar kemudian disusul apel yang lain. Murid-murid bertanya di dalam hati, “Apa yang terjadi, Syekh melakukan sesuatu yang buruk dan kekanak-kanakan!” Dalam tarekat tidak diizinkan melakukan sesuatu yang kekanak-kanakan. Saya katakan pada orang-orang Amerika agar tidak membuat suara atau gerakan pada tubuhnya ketika sesuatu terjadi, ma la ya’ni – sia-sia, tidak berguna. Tidak perlu mengucapkan “ah!” ketika kalian gusar akan sesuatu. Jika kalian manusia dewasa, kalian harus selalu tenang, sabar dalam segala perilaku, waspada akan apa yang sedang kalian lakukan.
Ketika Sayyidina Jamaluddin QS melakukan hal itu, beberapa murid meragukan beliau. Tindakan meragukan Syekh itu lebih berdosa di mata Syekh daripada bila kalian melakukan tindakan asusila, karena beliau bisa menanggung dosa itu dan membersihkan kalian, lain dengan prasangka buruk yang susah untuk dibersihkan dari hati kalian. “Janganlah kalian berburuk sangka. Setelah 2 atau 3 jam seseorang akan datang dari desa lain dan akan memberitahu apa yang baru saja aku lakukan.” Ketika mereka mendengar hal ini, murid-murid menjadi takut telah melakukan hal yang salah dan Syekh mengetahuinya.
Seorang Syekh mengetahui bila kalian melakukan hal yang salah, namun tidak mengatakannya. Hal itu disimpan beliau, namun bila diperlukan demi melakukan irsyad (bimbingan) beliau akan menyampaikannya. Setelah 2 jam, seseorang datang dari desa lain dan mengatakan, “Oh Syekh, ayahku telah meninggal.” Ketika kabar itu datang, Syekh pun menjelaskan, “Sekarang aku akan mengatakan pada kalian mengapa aku melempar dua apel itu. Sayyidina Izrail AS datang untuk mengambil nyawa orang itu, muridku dengan hukuman. Karena dia muridku, aku tidak terima Izrail AS datang dengan penampakan seperti itu. Maka kuambil sebuah apel dan melemparnya agar dia kembali ke asalnya dan dengan apel yang satunya aku mengubahnya agar dia muncul dengan sifat penuh kasih sayang.”
Menurut pandangan sempit orang-orang, tindakan melempar apel adalah sikap kekanak-kanakan. Namun bagi para awliya, itu adalah bantuan besar bagi murid. Kalian tidak tahu pelayanan apa yang sedang diperbuat Syekh dalam tindakan beliau yang tidak bisa kalian terima. Jangan sampai kalian punya prasangka buruk akan Syekh. Apa pun yang kalian lihat, kalian harus menerima segalanya menurut pemahaman yang berharga – mahmal sahih. Jika kalian melihat Syekh datang dengan seorang wanita dan memeluknya (kisah tentang wanita Inggris-penerj.), misalnya; itu karena Syekh sedang memberi dia sebuah rahasia. Jangan pernah menyerang Syekh, walaupun di dalam hati kalian. Itulah cara para awliya dapat mengirim cahaya-cahaya mereka. Mereka memilih beberapa orang berkualitas tinggi, bukannya disimpan untuk mereka sendiri, namun agar disebarkan untuk menarik banyak orang ke dalam ajaran Syekh, ajaran cinta kasih Nabi SAW.
Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al- Fatiha.
Post a Comment Blogger Disqus