Mistikus Cinta

1
CIRI KHAS KAUM SUFI DARI ETIKA, KEADAAN DAN ILMU YANG MEMBEDAKAN MEREKA DARI ULAMA YANG LAIN

Syeikh Abu Nashr as-Sarraj rahimahullah berkata: Hal pertama yang merupakan ciri khas kaum Sufi yang membedakannya dari Ulama yang lain setelah mereka boleh melakukan semua kewajiban dan meninggalkan larangan, adalah meninggalkan hal-hal yang tidak dianggap perlu dan penting, memutus semua hubungan yang hanya akan menghambat/menghalangi antara mereka dengan apa yang diinginkan dan dituju. Sebab yang menjadi maksud dan tujuannya tidak lain adalah al-Haq, Allah Azza Wa Jalla.

Mereka memiliki adab (etika) dan keadaan spiritual yang beragam. Diantaranya adalah, merasa puas (qana`ah) dengan sedikit kebendaan (duniawi), sehingga tidak perlu yang banyak, mencukupkan diri dengan memenuhi keperluan makanan hanya untuk hidup. Sangat sederhana dalam keperluan hidup yang tidak mungkin ditinggalkan, seperti pakaian, tempat tidur, makanan dan lain-lain. Mereka lebih memilih miskin (tidak salah menjadi kaya asalkan dapat memajukan sesama umat Islam) daripada kaya.

Mereka bergelut dengan kesederhanaan dan menjauhi kemewahan (kemewahan yang dimaksudkan adalah kemewahan yang tidak disyukuri). Lebih memilih lapar daripada kenyang, sesuatu yang sedikit daripada banyak. Mereka meninggalkan kedudukan dan pangkat terhormat (dimata manusia). Mereka korbankan pangkat dan kedudukan. Mereka curahkan kasih sayang kepada semua makhluk, ramah, sopan dan rendah hati kepada yang muda maupun tua. Mengutamakan orang lain meskipun saat itu dia memerlukannya. Mereka tidak pernah iri hati dan dengki serta tidak peduli terhadap mereka yang memiliki harta melimpah. 

Dirinya selalu berprasangka baik kepada Allah, ikhlas ketika bersaing / melawan dalam melakukan ketaatan dan kebaikan. Dirinya selalu menghadapkan diri kepada Allah dan mencurahkan segalanya hanya untuk-Nya. Selalu bertahan dalam menghadapi cobaan dan bencana yang diberikan-Nya, rela (ridha) akan ketentuan (qadha’)-Nya, bersabar dalam berjuang dan menggempur hawa nafsunya.

Selalu menghindari kesukaan-kesukaan nafsu dan selalu menentangnya. Karena Allah telah menjelaskan, bahwa nafsu akan selalu memerintah melakukan keburukan (ammarah bis-su’), dan melihatnya sebagai musuh terbesar yang selalu berdampingan dengan anda, sebagaimana sabda Nabi “Musuh engkau yang paling besar adalah hawa nafsu yang ada dalam dirimu sendiri.” (HR. al-Baihaqi).

Dan diantara etika (adab) dan perilaku mereka adalah selalu menjaga rahsia-rahsia hatinya dan selalu muraqabah (menjaga hak-hak Tuhan yang Maha Agung). Senantiasa menjaga hatinya, dengan membersihkannya dari bisikan-bisikan jahat, menenangkan fikiran-fikiran yang sibuk, dimana hanya Allah Yang mengetahuinya. Sehingga mereka menyembah Allah dengan penuh khusyuk (hati yang hadir), tekad yang menyatu, niat yang murni  dan maksud yang tulus. Sebab Allah swt, tidak menerima perbuatan-perbuatan hambaNya yang tidak ditujukan murni untukNya. Allah befirman, “Ingatlah!! Hanya kepunyaan Allah agama yang bersih (dari syirik).” (QS. az-Zumar: 3)

Diantara adab, perilaku dan ciri khas mereka yang lain, adalah mengikuti jalan-jalan para wali-Nya, menerjunkan diri dalam pelbagai kedudukan orang-orang pilihan-Nya dan melakukan hakikat berbagai kebenaran, dengan mengorbankan jiwa dan menghancurkan nafsu. Mereka lebih mengutamakan mati daripada hidup, lebih memilih kerendahan  daripada keagungan dan lebih mementingkan hal-hal yang berat daripada yang mudah (meninggalkan rukhsah). Karena keinginan kuatnya untuk “sampai” (wushul) kepada al-Haq yang menjadi tujuan utamanya, ia tidak menginginkan yang lain selain apa yang dikehendaki-Nya.

Ini hanyalah awal sesuatu yang dilihat dari berbagai hakikat yang muncul dan hakikat suatu kebenaran, apakah anda tidak melihat, bahwa Nabi pernah bertanya kepada Haritsah r.a. “setiap kebenaran (Haq) tentu memiliki hakikat. Lalu apa hakikat keimananmu?” apa jawapan Haritsah? Ia menjawabnya, “Aku berusaha menjauhkan diri dari dunia, tidak tidur di malam hari, haus disiang hari. Seakan-akan aku melihat ‘Arasy Tuhanku yang begitu terang dan jelas, dan seakan-akan aku melihat ahli syurga, bagaimana mereka saling berkunjung dan melihat ahli neraka, bagaimana mereka saling menolong.” Lalu Rasulullah saw bersabda, ‘Berarti engkau telah tahu, maka tetaplah pada jalan ini.” (HR. al-Bazzar dengan sanad dha’if). Atau sebagaimana diriwayatkan dalam Hadis, dan hanya Allah Yang Maha Mengetahui.


Al-Luma’ (Syekh Abu Nashr as-Sarraj)

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Ciri Khas Kaum Sufi | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top