Datu Nuraya (Syekh Abdul Mu'in / Syekh Abdul Jabbar / Syekh Addurra'uf) adalah seorang yang terkenal di daerah Rantau, Kalimantan Selatan.
Datu Nuraya memiliki makam terpanjang didunia yang mengalahkan makam Siti Hawa dengan panjang kurang lebih 60 meter dan lebar kurang lebih 6 meter.
Dahulu menurut legenda dan misterinya ada seorang guru yang miskin tetapi tinggi dan sangat dalam ilmu tasawufnya serta dikenal sebagai seseorang yang kasyaf, bernama Datu Suban (Datu Syai-ban). Pada saat lebaran, Datu Suban kedatangan 12 tamu yang merupakan murid dari Datu Suban, ke-12 tamu tersebut bernama Datu Murkat, Datu Tarming Karsa, Datu Niang Thalib, Datu Karipis, Datu Ganun, Datu Argih, Datu Ungku, Datu Labai Duliman, Datu Harun, Datu Arsayana, Datu Rangga dan Datu Galuh Diang Bulan.
Ketika para Datu sedang asyik menikmati makanan yang disediakan Datu Suban dan istrinya tiba-tiba datang seseorang yang bertubuh sangat besar. Para Datu terkejut dan segera mengambil tombak dan parang untuk menghadang orang besar tadi.
Orang besar tersebut memberikan salam kepada para Datu, para Datu pun membalas salam orang bertubuh besar tersebut. Menurut Datu Suban jika orang yang datang memberi salam dengan mengucapkan "Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh" insyaAllah akan berniat baik dan tidak membahayakan orang lain.
Datu Suban berulang-ulang kali bertanya pada orang yang bertubuh besar tersebut kira-kira pertanyaan Datu Suban seperti ini "Maaf siapa saudara yang datang dan dari mana asal saudara serta apa maksud saudara?". Hingga pertanyaan ketujuh kali, tujuh kali pula orang bertubuh besar tersebut menjawab dengan zikir "La Ilaha illa ilallah". Setelah menjawab pertanyaan ketujuh tiba-tiba saja orang besar tersebut ambruk, dan ternyata setelah diperiksa orang bertubuh besar tersebut meninggal dunia.
Para Datu mendapat permasalahan karena meninggalnya orang bertubuh besar tersebut, ke-13 Datu bingung bagaimana cara memandikan, mengangkat dan mengubur orang tersebut, apalagi pada saat itu sedang dilanda musim kemarau yang sangat panjang, dan biasanya tanah kering dan sulit untuk digali.
Ditengah kebingungan para Datu, tiba-tiba saja hujan lebat turun dan juga pada saat para Datu mencoba mengangkat orang bertubuh besar tersebut dengan sekuat tenaga ternyata berat orang besar tersebut sangat ringan hanya seperti segumpal kapas.
Pada saat memandikan jasad orang tersebut Datu Suban menemukan sebuah tas dari dalam pakaiannya dan dalam tas tersebut terdapat sebuah kitab, kitab tersebut diberi nama Kitab Barencong. Kitab tersebut berisi kandungan khasiat bermacam-macam ilmu, mencakup ilmu keduniaan dan ilmu untuk akhirat.
Orang besar itu diberi nama dengan NURAYA, karena arti Nur atau cahaya orang tersebut memberikan cahaya pada masyarakat dan arti Raya adalah orang besar tersebut datang tepat pada hari raya, wafatnya pun hari raya, dan sesuai dengan badan orang tersebut yang tinggi dan besar seperti Raya.
Setelah para Datu meninggal tidak ada yang mengetahui dimana letak makam Datu Nuraya, namun beberapa tahun kemudian penduduk Munggu Tayuh Tatakan, ketika malam hari sering melihat cahaya yang memancar dari tanah di sekitar Benteng Munggu Tayuh naik ke atas langit. Salah seorang penduduk yang penasaran, berusaha mencari asal sumber cahaya tersebut, dan orang itu menemukan 2 batu yang besar dengan jarak 45 meter lebih, dan persis seperti batu nisan yang menghadap ke arah kiblat. Penduduk tersebut bernama Baseran yang bergelar Utuh Karikit.
Sekarang banyak orang yang berkunjung pada makam Datu Nuraya, dengan berbagai keinginan, karena banyak cerita jika berziarah ke makam Datu Nuraya maka keinginannya insyaAllah akan terkabul. Wallaahu 'A'lam.
Datu Nuraya memiliki makam terpanjang didunia yang mengalahkan makam Siti Hawa dengan panjang kurang lebih 60 meter dan lebar kurang lebih 6 meter.
Dahulu menurut legenda dan misterinya ada seorang guru yang miskin tetapi tinggi dan sangat dalam ilmu tasawufnya serta dikenal sebagai seseorang yang kasyaf, bernama Datu Suban (Datu Syai-ban). Pada saat lebaran, Datu Suban kedatangan 12 tamu yang merupakan murid dari Datu Suban, ke-12 tamu tersebut bernama Datu Murkat, Datu Tarming Karsa, Datu Niang Thalib, Datu Karipis, Datu Ganun, Datu Argih, Datu Ungku, Datu Labai Duliman, Datu Harun, Datu Arsayana, Datu Rangga dan Datu Galuh Diang Bulan.
Ketika para Datu sedang asyik menikmati makanan yang disediakan Datu Suban dan istrinya tiba-tiba datang seseorang yang bertubuh sangat besar. Para Datu terkejut dan segera mengambil tombak dan parang untuk menghadang orang besar tadi.
Orang besar tersebut memberikan salam kepada para Datu, para Datu pun membalas salam orang bertubuh besar tersebut. Menurut Datu Suban jika orang yang datang memberi salam dengan mengucapkan "Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh" insyaAllah akan berniat baik dan tidak membahayakan orang lain.
Datu Suban berulang-ulang kali bertanya pada orang yang bertubuh besar tersebut kira-kira pertanyaan Datu Suban seperti ini "Maaf siapa saudara yang datang dan dari mana asal saudara serta apa maksud saudara?". Hingga pertanyaan ketujuh kali, tujuh kali pula orang bertubuh besar tersebut menjawab dengan zikir "La Ilaha illa ilallah". Setelah menjawab pertanyaan ketujuh tiba-tiba saja orang besar tersebut ambruk, dan ternyata setelah diperiksa orang bertubuh besar tersebut meninggal dunia.
Para Datu mendapat permasalahan karena meninggalnya orang bertubuh besar tersebut, ke-13 Datu bingung bagaimana cara memandikan, mengangkat dan mengubur orang tersebut, apalagi pada saat itu sedang dilanda musim kemarau yang sangat panjang, dan biasanya tanah kering dan sulit untuk digali.
Ditengah kebingungan para Datu, tiba-tiba saja hujan lebat turun dan juga pada saat para Datu mencoba mengangkat orang bertubuh besar tersebut dengan sekuat tenaga ternyata berat orang besar tersebut sangat ringan hanya seperti segumpal kapas.
Pada saat memandikan jasad orang tersebut Datu Suban menemukan sebuah tas dari dalam pakaiannya dan dalam tas tersebut terdapat sebuah kitab, kitab tersebut diberi nama Kitab Barencong. Kitab tersebut berisi kandungan khasiat bermacam-macam ilmu, mencakup ilmu keduniaan dan ilmu untuk akhirat.
Orang besar itu diberi nama dengan NURAYA, karena arti Nur atau cahaya orang tersebut memberikan cahaya pada masyarakat dan arti Raya adalah orang besar tersebut datang tepat pada hari raya, wafatnya pun hari raya, dan sesuai dengan badan orang tersebut yang tinggi dan besar seperti Raya.
Setelah para Datu meninggal tidak ada yang mengetahui dimana letak makam Datu Nuraya, namun beberapa tahun kemudian penduduk Munggu Tayuh Tatakan, ketika malam hari sering melihat cahaya yang memancar dari tanah di sekitar Benteng Munggu Tayuh naik ke atas langit. Salah seorang penduduk yang penasaran, berusaha mencari asal sumber cahaya tersebut, dan orang itu menemukan 2 batu yang besar dengan jarak 45 meter lebih, dan persis seperti batu nisan yang menghadap ke arah kiblat. Penduduk tersebut bernama Baseran yang bergelar Utuh Karikit.
Sekarang banyak orang yang berkunjung pada makam Datu Nuraya, dengan berbagai keinginan, karena banyak cerita jika berziarah ke makam Datu Nuraya maka keinginannya insyaAllah akan terkabul. Wallaahu 'A'lam.
Sumber:
- Manakib Datu Suban
- Manakib Datu Sanggul
- Riwayat Datu Datu Kalimantan Selatan
Post a Comment Blogger Disqus