Mistikus Cinta

0
Jombang dikenal sebagai tempat belajar santri-santri dari berbagai pelosok Indonesia. Di kabupaten ini paling tidak ada dua pondok pesantren yang dijadikan rujukan oleh pesantren-pesantren salaf di Indonesia, yakni Pondok Pesantren Darul Ulum (didirikan oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah) dan Pesantren Tebuireng (didirikan oleh KH. Hasjim Asy’ari.). Tak heran jika kota Jombang, menjadi rujukan kunjungan tamu-tamu baik ulama’ maupun auliya’ dari berbagai belahan dunia. Mereka berkunjung untuk bertukar ilmu dan sambil menyebarkan dakwah.

Salah satunya adalah Habib Husain bin Muhammad Al-Haddad. Ia dilahirkan di kota Geydoon, Hadramaut, Yaman Selatan pada 1302 H. Sedari kecil ia telah dididik oleh ayah dan kakeknya, dalam lingkungan yang sarat religius, penuh ketakwaan dan kebajikan.

Kegemarannya menuntut ilmu berlanjut hingga usia remaja, di mana ia selalu menghadiri majelis-majelis ta’lim ulama-ulama. Tentu saja ulama-ulama yang ia datangi untuk menimba ilmu, terutama dari ulama-ulama yang suka beramal dan para wali yang saleh. Termasuk saat menunaikan haji dan berziarah ke makam datuknya, Nabi Muhammad SAW di Madinah, ia memanfaatkan kesempatan itu untuk bertemu muka dengan ulama-ulama terkenal dan ia banyak mengambil manfaat dan keutamaan dari mereka.

Pada tahun 1329 H, ia pergi ke Indonesia untuk bertemu dengan sang ayahanda tercinta yakni Habib Muhammad bin Thohir Al-Haddad (Tegal). Selain itu, ia juga berguru dengan banyak ulama yang ada di tanah Jawa ini, diantaranya Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad (kakak kandungnya), Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi (Surabaya), Habib Abdullah bin Muhsin Alattas (Bogor), Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muchdor (Bondowoso), Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya, Habib Abdullah bin Ali Al-Haddad (Bangil), Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf (Gresik) dan Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alattas (Pekalongan).

Ia selalu mengikuti majelis taklim dan mendengarkan fatwa-fatwa mereka, sehingga mereka pun sangat senang melihat, memperhatikan bahkan mencintainya.Guru yang banyak berperan membentuk karakter dan kepribadian Habib Husain adalah Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi dan Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad. Hubungan diantara Husain dan kakaknya memang tergolong sangat istimewa. Mereka berdua dikenal memiliki hubungan yang sangat erat, masing-masing dari mereka menampakan sifat tawadhu’ dan saling menghormati. Puncak dari akhlak dari Habib Husain adalah apabila pulang dari majelis taklim yang diasuh oleh kakaknya, ia berjalan mundur tidak membelakangi punggungnya.

Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf (Gresik) pernah berkata, ”Saya belum pernah melihat dua bersaudara seperti Alwi dan Husain. Sesungguhnya salah satu dari mereka memperhatikan lebih banyak urusan saudaranya dari pada dirinya sendiri, sehingga bila salah satu dari mereka meminta doa dari orang lain, maka dimintakan untuk saudaranya dan tidak menyebut dirinya sendiri.”

Pernah suatu hari Habib Husain berada di kota Bogor dan bermalam di rumah Habib Alwi. Saat akan tidur, ia memilih tidur di lantai bawah dan menolak tidur di atas, takut kalau-kalau kakaknya bangun dan menunaikan shalat tahajjud, di mana ia berada di atas sedangkan kakaknya sedang sujud di lantai bawah. Inilah batasan tertinggi dari adab kesopanan dan pengormatan Habib Husain terhadap kakaknya.

Habib Husain pertama kali berkunjung ke Indonesia di kota Tuban. Namun di kota Tuban, tidak lama, ia kemudian pindah lagi dan banyak menetap di kota Jombang. Kedua kota ini menjadi saksi sebagai tempat tujuan para tamu dari seluruh pelosok negeri. Ia dikenal ramah dan suka menolong pada orang lain, terutama kaum fakir miskin. Bahkan tamu yang keluar masuk, siang dan malam selalu diterima dengan senyuman muka, sambutan penuh cinta dan kasih. Ia pun selalu memberi nasehat kepada mereka, oleh karenanya para tamu yang hadir ke rumahnya sangat gembira dengan penghormatan dan nasehat yang bermanfaat.

Dalam menghadapi tamu, khususnya kaum muda dan remaja, ia selalu menasehatkan agar selalu berbakti pada kedua orang tua (birul walidaian). Ia selalu menceritakan akan kedudukan dan kebesaran yang tinggi di mata Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ”Ridha Allah itu tergantung dari ridha orang tua dan murka Allah juga tergantung keduanya.”

Habib Husain menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW juga memberikan ancaman kepada anak-anak yang durhaka kepada kedua orangtuanya, seperti hadits. ”Tiga macam dosa yang surga diharamkan oleh Allah SWT untuk dimasukinya yaitu orang yang selalu minum khamer, orang yang durhaka kepada kedua orang tua, dan dayyuth (orang yang sengaja memelihara pelacur atau orang yang membiarkan isterinya melacur).

Daya pikirnya sangat luas. Ini terpancar dari kata-kata yang senantiasa terpancar penuh hikmah dan ilmu.

Habib Husain sangat menghormati tamu-tamunya. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saat melayani dan menghormati tamu, menimba air untuk mengisi kamar mandi di tengah malam sebelum shalat malam, semuanya ia lakukan sendiri bahkan melarang orang lain untuk melakukan hal itu.

Ia juga sangat memperhatikan keadaan kaum muslimin dengan sungguh-sungguh. Apabila ia mendengar kabar yang menyenangkan dari mereka, ia sangat gembira. Tetapi sebaliknya, jika mendengar berita yang tidak baik dan menyusahkan, ia sangat sedih namun ia langsung mendoakanya semoga kaum muslimin dijauhkan dari bala dan bencana.

Selain itu, ia dikenal sangat memperhatikan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan kemauannya untuk membantu sekolah-sekolah Islam….Perasaan gembira dan senang akan timbul bila mendengar berita akan kemajuan pendidikan agama mereka, tetapi ia akan marah dan menyesal bila mereka tidak mengindahkan dan menomorsatukan pendidikan umum (duniawiyah), yang mana nantinya mereka akan menangis darah dan menyesal selamanya jika menyaksikan putra-putri mereka jauh dari agama Islam dan bahasa Arab.

Puncak ketekunan dalam beribadah adalah istiqamah dan ikhlas. Kebiasaan yang tidak pernah ia tinggalkan yaitu bangun tengah malam untuk bertahajud dan munajat kehadhirat Allah SWT.

Kejadian yang luar biasa pada seorang wali Allah, atau karamah dan yang mengherankan serta mengejutkan ini juga terjadi pada Habib Husain. Walaupun ia tidak suka mengatakan dan menyebutkannya. Ia memiliki sifat kasyaf (menyingkap hati seseorang) atas izin Allah.

Pernah terjadi pada orang yang sangat dekat dengannnya. Ketika itu sahabatnya sedang menunaikan ibadah haji dan saat melaksanakan thawaf ia terjatuh. Saat terjatuh itulah, pertolongan Allah datang, dan ia mendapati dirinya didekat Habib Husain. Setelah sadar, orang tersebut mendapati Habib Husain berada disampingnya dan mengatakan bahwa dialah yang telah membantu kecelakaan itu.

Amaliyah ibadahnya, diantaranya bertafakur (merenungkan segala ciptaan Allah dengan memperhatikan segala rahasia dan keajaiban yang terkandung di dalamnya). Berdzikir, dimana lisannya tidak pernah bosan dan kering akan menyebut asma Allah. Setiap detik waktunya, selalu dimanfaatkan untuk mendekatkan diri dengan ketaatan dan ibadah. Praktis, setiap orang yang datang ke Jombang akan mendapatkan banyak faedah dari majelis taklimnya.

Habib Husain sangat disukai oleh segenap lapisan masyarakat yang umum maupun yang khusus dengan penghormatan yang sempurna. Ia sering menasehati orang-orang kaya agar membantu kaum fakir miskin dan mengingatkan akan ancaman kepada yang bakhil dan kikir. Bagi mereka yang menuruti nasehatnya, maka majulah perdagangannya, tapi sebaliknya, bagi yang bakhil dan kikir, harta benda mereka tertimpa kemusnahan, kehancuran dan kepailitan.

Habib Husain banyak mempunyai andil dalam pembangunan masjid-masjid dan madrasah diniyah diantaranya seperti masjid Araudhoh di kota Jombang dan Madrasah Islamiyah di Gresik.

Sesungguhnya bila diamati, pada hakekatnya Habib Husain terkenal dengan akhlaq, amal perbuatan serta sifat-sifat baik beliau mengisi kehidupannya antara ibadah kepada Allah dan memberi faedah kepada hamba-hamba-Nya. Memanfaatkan waktu dan umurnya serta membelanjakan harta di jalan Allah sampai akhir hayatnya.

Habib Husain wafat pada malam ahad tanggal 21 Jumadil Tsani 1376 H di kota Jombang. Masyarakat dari seluruh pelosok dalam dan luar kota berduyun-duyun bertakziyah, mereka dalam keadaan sedih dan kerugian yang amat besar karena harus berpisah dengan seorang wali Allah.

Jenazahnya kemudian dishalatkan dan bertindak sebagai imam adalah Habib Ahmad bin Gholib Al-Hamid dan sesuai wasiatnya, jasadnya kemudian dibawa ke kota Tegal, pada hari kedua untuk dimakamkan di dekat ayahnya. Bertindak sebagai imam shalat jenazah Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi. Adapun haulnya biasa diadakan tiap Jumadil Akhir Sabtu ketiga di Ampel, Kota Surabaya.


Kisah Ketawadhukan Al Habib Husain Bin Muhammad Bin Thohir Al Haddad (Jombang)


Suatu ketika al-Habib Husein bin Muhammad bin Thohir al-Haddad (Jombang) menerima surat dari anaknya bernama al-Habib Idrus bin Husein bin Muhammad al-Haddad di Solo yang bertuliskan di awal surat itu: “Ila Hadhrah al-Walid al-‘Arif Billah Husein bin Muhammad al-Haddad”.

Tujuan Al-Habib Idrus menuliskan kalimat itu tiada lain wujud hormatnya pada ayahanda. Lantas dipanggillah Al-Habib Idrus menemui ayahnya di Jombang.

Al-Habib Idrus datang, ditanyalah beliau sama ayahnya: “Dari mana kamu tahu kalau ana Arif Billah? Kamu kira tulisanmu ini tidak dipertanggungjawabkan di hadapan Allah nanti di hari kiamat? Ente tidak tahu, kemudian ente melantik orang biasa jadi Wali. Tak benar ente. Karena famili ente, abah ente, terus ente angkat jadi Wali. Omongan kamu, tulisan kamu itu harus dipertanggungjawabkan nanti di hari kiamat, tidak gampang! Menisbatkan diri jadi Wali atau al-‘Arif Billah?!”

Itulah sikap tawadhu’nya Al-Habib Husain bin Muhammad bin Thohir al-Haddad, berbeda dengan sekarang yang kalau disebut Wali senang, padahal dirinya bukan Wali. Termasuk pula: “Walladzina yuhibbuuna an yuhmadu maa lam yuf’alu” (Orang-orang yang senang kalau dipuji, padahal tidak melakukan apa-apa).

Sumber:
http://zulfanioey.blogspot.co.id/2010/07/habib-husein-bin-muhammad-bin-thohir-al.html
http://desabebel.com/arif-billah.aspx

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Al Habib Husain Bin Muhammad Bin Thohir Al Haddad (Jombang) | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top