Kunjungan penuh hikmah kemulian-Nya, Al Mursyid Kammil Mukammil Thariqah Naqsyabandi Al-Haqqani, As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif Billah As Syaikh Muhammad Nazim Adil al Qubrusi al-Haqqani & Khalifahnya As Syaikh Muhammad Hisyam Al-Kabbani bersilaturahim kepada Al Mursyid Kammil Mukammil As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah As Syaikh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin (Abah Anom) sebagai Mursyid Thariqah Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah yang berada di Pondok Pesantren Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah, Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia.
Suhbah Mawlana Syeikh Nazim Adil al-Haqqani, Mursyid Thoriqah Naqsybandi Haqqani di Pondok Pesantren Suryalaya tanggal 05 Mei 2001:
“Banyak para alim ulama dan para cendikiawan muslim memberikan pengetahuan agama kepada umat, pengetahuan itu bagaikan lilin-lilin, apalah artinya lilin-lilin yang banyak meskipun lilin-lilin itu sebesar pohon kelapa kalau lilin-lilin itu tidak bercahaya. Dan cahaya itu salah satunya berada dalam kalbunya beliau (Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin).
Saya tidak tahu apakah Nur Ilahi yang dibawanya akan putus sampai pada beliau saja, atau masih akan berlanjut pada orang lain. Tapi saya yakin dan berharap, sesudah beliau nanti masih akan ada orang lain yang menjadi pembawa Nur Ilahi itu. Siapakah orangnya, saya tidak tahu.
Maka Anda sekalian para hadirin, ambillah Nur Ilahi itu dari beliau saat ini. Mumpung beliau masih ada, mumpung beliau masih hadir di tengah kita, sulutkan Nur Ilahi dari kalbu beliau kepada kalbu anda masing-masing. Sekali lagi, dapatkanlah Nur Ilahi dari orang-orang seperti Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin.
Dari kalbu beliau terpancar pesan-pesan kepada kalbu saya. Saya berbicara dan menyampaikan semua pesan ini bukan dari isi kalbu saya sendiri. Saya mengambilnya dari kalbu beliau. Di hadapan beliau saya terlalu malu untuk tidak mengambil apa yang ada pada kalbu beliau. Saya malu untuk berbicara hanya dengan apa yang ada pada kalbu saya sendiri.”
**Suhbah Mawlana Syeikh Nazim diatas juga pernah dimuat di Majalah Sufi “Lilin-lilin tapi tidak bercahaya”
Ketika Mawlana Syeikh Nazim berkunjungan ke Abah, selepas mengucapkan selamat tinggal kepada Abah yang berkursi roda di dalam madrasah ketika itu, Mawlana Syeikh Nazim beserta rombangan meninggalkan madrasah keluar ke mobil-mobil masing-masing untuk berangkat pulang, anehnya apabila semua sudah berada di dalam kendaraan masing-masing, Mawlana Syeikh Nazim masih belum menaiki mobilnya, beliau seolah-olah tidak berdaya untuk naik kendaraannya, beliau putuskan kembali masuk ke madrasah mengucapkan selamat jalan untuk kedua kalinya kepada Abah. Ini berulang hingga 3 kali, masuk madrasah keluar kembali, masuk madrasah keluar kembali,..... Mawlana Syeikh Nazim 'tidak berdaya menaiki kendaraannya 'mungkin' oleh karena perasaan cinta dan kasih yang amat sangat mencegah beliau untuk berpisah dengan Abah.
Abah mengesankan perasaan yang menyelimuti Mawlana Syeikh Nazim, Abah meminta para pembantunya agar beliau di bawa keluar dari madrasah sehingga mengiringi para tetamu di lapangan perpisahan di hadapan kendaraan mereka masing-masing. Ketika itu Mawlana Syeikh Nazim berjumpa sekali lagi dengan Abah Anom mengucapkan 'Selamat Jalan' yang terakhir. Pada waktu itu, Abah mengeluarkan dari sakunya sebentuk cincin permata merah di hadiahkan kepada Mawlana Syeikh Nazim. Barulah Mawlana Syeikh Nazim kelihatan kuat untuk meninggalkan tempat itu.
Sebagian dari karomah Abah yang masyhur, apabila ingin memberi sesuatu kepada orang-orang yang di sayangi, cukup dengan memasukkan ke sakunya, maka keluarlah cincin atau tasbih atau apa saja yang di tentukan Allah SWT untuk ketika itu.
Sumber:
- Status Wahyu Pratama di FB Pemuda TQN Suryalaya
- Dokumen Pemuda TQN, Pidato dan kunjungan Syekh Nazim Adil
- Wadah Cinta dan Kehambaan, Pidato As Syaikh Muhammad Nazim Adil
Post a Comment Blogger Disqus