Bayangkan Indonesia sebagai Negara Madinah
Seorang ulama Sunni Syaikh Aun bin Mu’in Al-Qaddoumi asal Yordania menyatakan kekagumannya atas kerukunan umat beragama yang tercipta di Indonesia. Syekh Aun membayangkan Indonesia seperti negara Madinah yang dibangun Rasulullah SAW.
“Saya membayangkan Indonesia itu sebagai negara Madinah yang dibina Rasulullah; hidup dalam kebersamaan dan toleransi,” kata Syaikh Aun dalam seminar bertajuk “Peran Pemuda dalam Kebangkitan Peradaban Islam di Era Global” di ruang sidang Rektorat Universitas Islam Malang, Senin (17/2).
Ia juga menyatakan kekagumannya terhadap Nahdlatul Ulama. Karena, NU menurutnya menyebarkan dakwah Islam secara santun dan penuh toleransi.
Dalam forum yang dihadiri sedikitnya 60 mahasiswa pascasarjana Unisma itu, Syaikh Aun menekankan perlunya generasi NU khususnya para pemuda untuk aktif berdakwah dan bersyiar Islam Sunni melalui berbagai media terutama media online.
“Saya sangat yakin dan berharap supaya Generasi Nahdlatul Ulama ke depan dengan bimbingan ulamanya akan mampu mengembangkan peradaban dunia Islam,” tandasnya.
Pemuda NU Mampu Pelopori Peradaban Islam Dunia
Sejarah perkembangan Islam di Nusantara tak sama dengan perkembangan Islam di Timur Tengah. Jika di sana umumnya Islam disebarkan dengan cara penaklukan (peperangan), maka di Indonesia agama tersebut tersebar melalui jalur yang damai. Sehingga, Indonesia mampu menjadi negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.
Menurut dia, Indonesia adalah negara dengan tingkat kerukunan hidup beragama yang sangat tinggi. Syekh Aun Al-Qaddoumi melontarkan apresiasinya terhadap Nahdlatul Ulama yang dianggap berperan serta dalam mewujudkan toleransi beragama di Indonesia.
Ia juga mendukung usaha NU dalam mengembangkan Islam yang ramah di Indonesia, yang selama beberapa waktu terakhir ini telah diperluas ke lingkup berskala internasional. “Saya melihat Indonesia ini seperti gambaran Islam di Madinah yang dibina oleh Rasulullah,” kata Syekh Aun.
Syekh Aun juga memuji pemikiran-pemikiran para ulama pendiri NU. Dia mengaku sangat yakin bahwa Nahdlatul Ulama ke depan akan menjadi pelopor dalam membangun peradaban Islam di dunia.
“Ke depan, Nahdlatul Ulama sangat memungkinkan untuk melanjutkan membangun peradaban Islam di dunia dengan generasi mudanya yang potensial. Dengan bimbingan para Kiai Nahdlatul ulama tentunya,” tambahnya.
“Mulai zaman dulu, sejak Zaman Rasulullah yang membawa sebuah peradaban Islam dalam setiap periode masa, selalu muncul tokoh-tokoh Islam yang membangun peradaban. Seperti Umar bin Al-Khattab, Shalahuddin Al-Ayyubi (dari Dinasti Ayyubiyah) dan Muhammad Al-Fatih (dari Dinasti Turki Utsmani),” kata Syaikh Aun.
Berkali-kali ia menyebutkan dalam ceramahnya bentuk jamak (plural) dari kata ‘kiai’ dengan ‘kiaiat’. Syekh Aun berbicara di hadapan sekitar 60 mahasiswa pascasarjana dan para civitas akademika Universitas Islam Malang (Unisma). Habib Jamal bin Toha Baagil juga hadir dalam kesempatan itu sebagai penerjemah.
Turut hadir dalam forum ini Pembantu rektor I Unisma Badat Muwakhid, Pembantu Rektor III Masykuri Bakri, Direktur Pascasarjana Unisma Bashori Muchsin, Ketua Program Studi (KPS) Pendidikan Islam Pascasarjana Unisma Ilyas Tohari, dan Dekan Fakultas Agama Islam Unisma Abdul Munir Ilham.
Generasi NU Harus Kuasai Media Massa
Setiap kelompok termasuk Ahlussunah wal Jamaah, Wahabi dan Syiah memanfaatkan gerak cepat teknologi informasi dan komunikasi. Karenanya, generasi muda NU tidak boleh terlambat membanjiri media dan memanfaatkannya dengan cara yang baik demi syi’ar Islam Rahmatan lil Alamin.
“Jika tidak, maka media hanya akan menguntungkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Karena di dalam dunia media massa baik cetak, elektronik maupun media online, pertarungan pemikiran dan ideologi sangat mungkin sekali terjadi,” kata Syaikh Aun yang diterjemahkan Habib Jamal bin Thoha Baaqil.
Syaikh Aun menekankan pentingnya umat Islam menguasai media online sebagai media penyebaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
Pasalnya, gerakan Wahabi dan Syiah di media menempatkan aswaja sebagai kelompok mayoritas seakan minoritas. “Karenanya, kita sebagai mayoritas jangan bermental minoritas. Kita harus menguasai media massa dan proaktif berdakwah.” tambahnya lagi. (Ahmad Nur Kholis/Mahbib)
Sumber: NU Online
Post a Comment Blogger Disqus