- Thariqat Yasaviyah, yang didirikan oleh Ahmad Al-Yasavi (wafat 562H/1169M) dan disusul oleh oleh thariqat Khawajagawiyah yang disponsori oleh Abd Al-Khaliq Al-Ghuzdawani (wafat 617H/1220M). Kedua thariqat ini menganut pahan tasawuf Abu Yazid Al-Bustami(425H/1034M) dan Yusuf bin Ayyub Al-Hamadani (wafat 535H/1140M). Thariqot ini berkembang ke berbagai daerah, diantaranya Turki. Di sana, thariqat ini berganti nama dengan thariqat Bektasyia yang diidentikkan kepada pendirinya Muhammad ‘Ata’ bin Ibrahim Hajji Bektasy (wafat 1335M). Thariqat ini sangat populer dan pernah memegang peranan penting di Turki yang dikenal dengan Korp Jenissari yang diorganisasikan oleh Murad I pada masa Turki Usmani.
- Thariqat Naqsabandiyah, yang didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari (wafat 1397M) di Turkistan. Dalam perkembanganny, thariqat ini menyebar ke Anatolia (Turki) kemudian meluas ke India dan Indonesia dengan berbagai nama baru yang disesuaikan dengan pendirinya di adaerah tersebut seperti thariqat Khlidiyah, Muradiyah, Mujadidiyah dan Ahsaniyah.
- Thariqat Khalwatiyah, yang didirikan oleh Umar Al-Khalwati (wafat1397M), thariqat ini salah satu thariqat yang terkenal dan berkembang di berbagai negeri, seperti Turki, Siria, Mesir, Hijaz, dan Yaman. Di Mesir thariqat ini didirikan oleh Ibrahim Ghulsheini (wafat 940H/1534M) yang kemudian terbagi pada beberapa cabang, antara lain thariqat Sammaniyah yang didirikan oleh Muhammad bin Abd Al-Karim As-Sammani (1718-1775)
- Thariqat Safawiyah, yang didirikan oleh Safiyudin Al-Ardabili (wafat 1334H)
- Thariqat Bairamiyah, yang didirikan oleh Hijji Bairan (wafat 1430)
- Thariqat Qadiriyah, yang didirikan oleh Muhyi Ad-Din Abd Al- Qadir Al-Jailani (471H/1078M).
- Thariqat Syadziliyah, yang dinisbatkan kepada Nur Ad-Din Ahmad Asy-Syadzili (593-656H/1196-1258M)
- Thariqat Rifai’iyah, yang didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rifa’i (1106-1182)
Tujuan Thariqat
Pada dasarnya thariqat memiliki tiga tujuan yakni:
- Tujuan pertama adalah menjadi al-muthahharuun, suatu tingkat kesucian bayi. Pada tingkatan ini, barulah seseorang salik (pejalan thariqat) dapat ‘menyentuh’ dimensi batin Al-Quran yang bahkan berdimensi hingga tujuh lapis. Tingkatan ini disebut juga sebagai rahmat pertama.
- Tujuan kedua adalah bertemu diri, atau ma‘rifat. Pada tingkatan inilah seseorang baru dapat mengenal diri otentiknya dan mengetahui misi hidupnya di muka bumi. Pada tingkatan inilah seseorang digelari sebagai syuhada (bisa juga dengan cara mati syahid). Dan di tingkatan inilah seseorang baru dikatakan mengerti hakikat syahadat (bagaimana bisa tingkatan seperti ini bisa dicapai hanya dalam satu kali training?). Pada tingkatan inilah Ruh Al-Quds berbicara di balik jiwa, seperti melihat matahari di balik film yang memfilter cahayanya yang dapat membutakan mata. Ruh Al-Quds mengingatkan kembali jiwa dengan perjanjian terhadap Tuhan (QS Al-A’raaf [7]: 172) dan penetapan qadha dan qadarnya. 16 Tingkatan ini disebut juga sebagai rahmat kedua. Tugas seorang mursyid hanya sampai di tingkatan ini, karena untuk berikutnya yang akan menjadi mursyid adalah Ruh Al-Quds, yang akan menjadi penasehat dan pembimbing dalam menjalankan misi hidupnya.
- Tujuan ketiga adalah menjadi hamba-Nya yang didekatkan (qarrib). Fungsi mursyid adalah membimbing saliknya hingga sampai pada tujuan kedua dari thariqah, yaitu menjadi syuhada. Setelah itu, yang akan berperan sebagai mursyid adalah Ruhul Quds-nya sendiri untuk ber-dharma sebagai shiddiqiin.
Luqman Hakim, Macam-Macam Tarekat
Post a Comment Blogger Disqus
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.