Manusia mulia yang satu-satunya berdampingan namanya dengan Allah Azza wa Jalla adalah Rasulullah saw. Tak pelak, ini menjadi keharusan bagi tiap ummat Islam, Muslim yang ingin menjalani hidupnya dengan penuh keberkahan hanya dengan mengikuti jalan beliau.
Banyak kebiasaan Rasulullah saw yang dapat kita jadikan tauladan dalam kondisi senang dan susah, si kaya dan si miskin, orang kota ataupun desa. Tak menjadi pengecualiaan adalah manusia di luar muslim pun banyak yang telah mengangkat harkat dan martabatnya dengan menjadikan kebiasaan Rasulullah SAW dalam kesehariannya.
Masa yang penuh keterbukaan dengan limpahan pemikiran awal yang bersandar pada kebendaan (materi) sering menghukumkan diri kita dengan mengangkat pemikiran dan konsep yang telah jauh dari tata surya Rasulullah (materialisme, sekularisme, dan isme-isme lainnya).
Sebagai seorang laki-laki, Ayah, pemimpin sholat, panglima perang, kepala negara (presiden - dalam Islam disebut Rasulullah kemudian berpindah menjadi khalifah) tidak menjadikan beliau besar kepala.
Beliau adalah kepala rumah tangga. Seperti layaknya bapak dan ayah kebanyakan beliau tetap hidup normal. Bedanya dengan ayah sekarang, beliau tak sungkan membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah. Bahkan tak jarang beliau mengerjakan sendiri pekerjaannya.
Tak terbayang betapa sibuknya dengan semua posisi di tangan beliau, tapi tetap saja Ia dapat mengerjakan semua itu tanpa keluhan dan semacamnya.
Marilah kita simak beberapa riwayat yang di kabarkan oleh Al Aswad bin Yazid yang bertanya kepada Aisyah Radhiyallhu anhu tentang apa yang biasa dilakukan Nabi di rumah.
Aisyah menjawab,
"Beliau turut membantu pekerjaan keluarganya. Dan apabila datang waktu shalat, beliau segera pergi shalat." (HR. Al Bukhari - Kitab Al Adab Bab Kaifa Yakun Ar Rajul fi Ahlih 10/385).
Sungguh menjadi pemandangan yang sangat mengagumkan, semua posisi ditempati sebagai pemimpin kala di luar rumah, tapi ringan tangan saat di rumah, layaknya orang kebanyakan.
Hingga termaktub dari mulut Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ad Dailami bahwa bantuanmu terhadap istrimu adalah sedekah.
Satu lagi hikmah sedekah yang dapat kita ambil pelajaran dalam kehidupan beliau. Tak perlu kaya menunggu sedekah. Tak harus materi yang di ganjar sedekah. Dengan meringankan tangan saat di rumah oleh suami pun telah menjadi sedekah baginya.
Sumber: Cerita Sufi
Post a Comment Blogger Disqus