Ajaib Terbaik Adalah Taat Azas
Ramadan Series 2011, Volume 8
Mawlana Shaykh Hisham Kabbani
6 Agustus 2011
Fenton Zawiya, Michigan
A`udhu billahi min ash-Shaytaani 'r-rajiim. Bismillahi 'r-Rahmaani 'r-Rahim.
Nawaytu 'l-arba`iin, nawaytu 'l-`itikaaf, nawaytu 'l-khalwah, nawaytu 'l-`uzlah, nawaytu 'r-riyaadah, nawaytu 's-suluk, lillahi ta`ala fi haadha 'l-masjid.
Ati`ullaha wa ati`u 'r-Rasula wa uli 'l-amri minkum.
Patuhi Allah, patuhi Rasul, dan patuhi mereka yang memiliki wewenang di antara kalian. (an-Nisa’, 4:59)
As-salaamu `alaykum wa rahmatullahi wa barakaatuh.
Tidak ada guru dan tidak ada murid di sini, semua adalah sama. Awliyaullah tidak membeda-bedakan antara diri mereka dengan para muridnya. Karena kami belajar dari para guru/shaykh kami, tak seorangpun lebih baik dari yang lainnya.
Setiap orang membawa satu arloji, kecuali mereka yang malas. Setiap orang membawa arloji agar supaya sadar waktu dan tidak duduk saja bermalas-malasan, ketika waktu berlalu. Setiap orang selalu memperhatikan waktu, namun waktu tidak pernah mendengarkan mereka; itu bergerak dan kita melihatnya bergerak. Kita tidak pernah melihat waktu berbalik arah namun kita melihatnya maju terus, jadi waktu selalu memberi tahu kita di mana kita berada secara up to date (bahkan detik terakhir).
Kalimat para awliyaullah adalah lestari, tidak terkekang waktu, dan memberi kita sebuah kesadaran tentang di mana kita berada dan berapa jauh kita telah melangkah ke depan. Itulah mengapa melihat dan mendengar kalimat awliyaullah adalah sepenting melihat jam pada arloji. Beberapa mungkin mendengarnya sekali dan menghilang untuk seminggu atau dua minggu, kemudian kembali lagi dan mendengarnya untuk kedua kalinya, kemudian kembali setelah sebulan, pergi dan kembali. Itu tidak akan berhasil. Meskipun orang akan menjauh dari padanya dan biasanya berada di hadhirat shaykh, kamu harus melakukan perjalanan, Allah (swt) membuatnya mudah bagimu untuk membaca catatan tentang hal yang mereka katakan.
Sebelum Grandshaykh (q) meninggalkan dunya, dia berkata, “Ketika kamu mau berbicara kepada orang, bukalah catatan yang telah kamu buat dan bacalah itu, meskipun hanya satu atau dua kalimat, kemudian fuyudaat, suatu arus informasi akan datang dan lidahmu akan mulai berbicara. Itu artinya bacalah apa yang telah kamu tulis, karena, sebagai contoh, jika kamu memasak makanan dan kamu menaruh panci di atas kompor dan memasaknya untuk sepuluh menit, angkatlah panci dari kompor dan kemudian kembali lagi setelah seminggu untuk melanjutkan memasak lima belas menit lagi! Jika kamu lakukan seperti itu makanan itu tidak akan masak/matang, namun kalau kamu tetap menaruhnya di atas api meskipun apinya kecil, lambat laun makanan itu akan matang dalam sehari. Misalnya, jika kamu mau memasak daging hingga lunak/empuk, taruhlah daging itu di dalam panci tanpa air, tambahkan berapapun garam dan merica yang kamu kehendaki, kemudian taruh di atas kompor dengan api terendah dan tinggalkan dia semalaman; di pagi harinya kamu akan mendapati daging itu sangat lunak dan kemudian kamu akan bilang, “Mashaa-Allah, (padahal) itu matang hanya dengan api rendah.” Jika kamu memasaknya di atas api yang tinggi, mungkin ada aroma (gurih) nya namun akan sedikit susah dikunyah, jadi semua orang suka daging yang dimasak di atas api kecil secara lambat.
Begitu juga, awliyaullah lebih menyenangi bila muridnya menghadiri nasiha, advis mereka dan untuk tenang tenang saja. Mereka mengatakan, ajalla al-karamaat dawaam at-tawfiq, “Keajaiban terbaik adalah dengan taat azas atas apa yang kamu kerjakan.” Keajaiban hanya untuk anbiya, namun karamah, sebuah karya yang diberkati yang memberikan buah yang cepat melalui barakah shaykh, adalah seperti sebuah keajaiban. Untuk menjadi taat azas, kita tidak melakukan dhikr 1,500 kali per hari kemudian mereka berhenti untuk dua hari dan mulai lagi. Beberapa orang melakukan 5,000 dhikr dan kemudian mereka berhenti. Adalah lebih baik untuk tidak berhenti namun tetap pada level terendah, yaitu 1,500 kali membaca “Allah, Allah”.
Terus menerus berjama’ah (melalui dhikr) seperti itu adalah seperti sebuah keajaiban pada kami; mereka itu bukanlah majelis yang mati! Jika kita tidak melakukannya terus menerus kita tidak mendapat manfa’at. Hari-hari ini, pelestarian majelis seperti itu tersedia melalui Internet, dengan membaca catatanmu, dan dengan mendengarkan rekaman shaykh untuk menangkap apa yang telah dia katakan. Itu adalah yang penting, maka masakan itu akan matang dengan perlahan-lahan, dan dengan matangnya makanan itu, kamu akan melihat perubahan! Jangan katakan, "Saya tidak melihat apa-apa." Kamu belum betul-betul matang; kamu harus terus menerus dimasak dengan api kecil, sampai kamu melihat perubahan itu. Melalui ucapan awliyaullah, semoga Allah memberkahi ruhaniah Grandshaykh dan memberi Mawlana Shaykh umur panjang, mereka mengatakan, “Keajaiban terbaik adalah pelestarian apa yang kamu lakukan secara berhasil,” yang artinya lanjutkan apa yang kamu kerjakan.
Suatu waktu Grandshaykh (q) berkata, “Jika seseorang mengambil wudhu, shalat dua raka`at, dan ketika dia merasa mengantuk atau lelah, ambillah wudhu baru dan shalat dua raka`at lagi, dia akan merasa segar. Apabila dia merasa mengantuk atau lelah, jika dilakukan terus menerus untuk empat puluh hari dia mengambil wudhu baru dan shalat dua raka`at dan kemudian lakukan apa yang perlu dia lakukan, dia tidak akan pernah memerlukan tidur lagi.” Jika kamu betul-betul mengikuti prosedur itu terus menerus, maka pada saat itu kamu tidak akan pernah memerlukan bentuk tidur yang manapun, kamu akan mulai merasa terjaga, namun kamu jangan berhenti melakukan wudhu dan shalat dua raka`at, jika tidak kamu akan kembali ke kondisi semula. Itulah sebabnya dalam banyak ‘itikaf dia tidak tidur, dan itikafnya tidak seperti ‘itikaf kita yang hanya empat puluh hari, namun selama setahun atau lima tahun. Dia berkata, “Saya tidak lagi memerlukan tidur atau makan.”
Terdapat beberapa orang yang tidak makan makanan namun Allah memberi mereka hidup. Ini tidaklah seperti seseorang yang melakukan mogok makan, protes kepada pemerintah dengan melaparkan diri mereka. Awliyaullah tidak kelaparan karena Allah (swt) memberi mereka makanan surgawi terkait dengan apa yang mereka lakukan terus menerus. Mereka sibuk dengan awraad dan bacaan al Qur'an, dan mereka tetap memenuhi waktu mereka dengan cinta (kepada) Allah dan cinta (kepada) Nabi s.a.w..
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ
Maa khalaqta al-jinna wa ’l-ins illa li-y`abudun. Maa uridu minhum min rizqin wa maa uriidu an yut`imuun.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ
Maa khalaqta al-jinna wa ’l-ins illa li-y`abudun. Maa uridu minhum min rizqin wa maa uriidu an yut`imuun.
Dan Aku tidak menciptakan jinn dan insan kecuali mereka harus mengabdi (beribadah) kepada Ku (saja). Aku tidak mencari kebutuhan dari mereka, Aku juga tidak minta mereka memberi Ku makan. (Adh-Dhariyaat, 51:56, 57)
Illa li-y`abuduun, Dia tidak mengatakan y`abuduun sehari ibadah dan berhenti pada hari berikutnya, namun ibadah berkesinambungan. Itu adalah kata kerja penegasan bentuk mendatang yang artinya tetap berlangsung. Maa uriidu minhum min rizqin, “Dan Aku tidak minta mereka untuk menyediakan rizq untuk diri mereka; Aku menyediakannya bagi mereka.”
Bentuk pemenuhan kebutuhan yang bagaimana yang akan diberikan Allah (swt) kepada mereka? Dari pemahaman umum itu artinya Allah akan mengirim orang untuk menolong mereka itu, namun interpretasi spiritual adalah bahwa Allah akan memberi mereka rezeki (rizq) sebagaimana Dia menyediakan nya untuk Perawan Maryam. Dia memberikan itu sebagai sebuah contoh – bukan sebagai seorang Nabi namun dalam diri orang biasa dan dalam diri seorang wanita – karena di dalam masyarakat itu lelaki dipandang berderajat lebih tinggi daripada wanita. Allah (swt) memberikan makanan surgawi kepada seseorang yang bukan nabi juga bukan seorang lelaki.
كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقاً قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَـذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ اللّهِ إنَّ اللّهَ يَرْزُقُ مَن يَشَاء بِغَيْرِ حِسَابٍ
Kullamaa dakhala `alayha zakariyya al-mihraaba wajada `indaha rizqa. qaala yaa maryamu anna laki haadha qaalat huwa min `indillaahi inna Allaha yarzuqu man yashaa'u bi-ghayri hisaab.
Kullamaa dakhala `alayha zakariyya al-mihraaba wajada `indaha rizqa. qaala yaa maryamu anna laki haadha qaalat huwa min `indillaahi inna Allaha yarzuqu man yashaa'u bi-ghayri hisaab.
Bilamanapun dia (Zakariyya a.s.) memasuki tempat badahnya (Perawan Maryam), dia (Zakaria) mendapati dia (Perawan Maryam) bersama hidangannya. Dia (Zakaria) berkata. "Wahai Maria! dari manakah kamu mendapatkan ini semua?" Dia (Perawan Maryam) menjawab, "Dari Allah, karena Allah menyediakan kebutuhan kepada siapapun yang Dia kehendaki tanpa perhitungan." (Aali-`Imraan, 3:37)
Bentuk rizq yang bagaimana? Setiap kali Zakariyya (q) mengunjungi Maryam (r) terdapat berbagai macam buah, bukan hanya pisang atau apel yang biasa, meskipun dari narasi itu tidak diketahui rizq surgawi macam apa yang dimaksud, namun hal itu membuat Zakariyya datang lagi dan berdoa untuk mendapatkan seorang anak. Grandshaykh dan Mawlana Shaykh Nazim (q) berkata bahwa di masa Sayyidina al-Mahdi (a) orang tidak memerlukan makanan, bahwa satu gigitan (suap) untuk setiap empat puluh hari sudah cukup untuk membuat mereka bergerak dengan tenaga penuh! Satu gigitan (suap) itu adalah untuk memperlihatkan bahwa kamu dalam keadaan membutuhkan, untuk membuat kamu tetap rendah hati, bukan untuk membuat kamu seperti malaikat. Jadi sebagai manusia kita membutuhkan, namun Allah akan membuat kamu kenyang selama empat puluh hari dengan satu gigitan (suap)!
Apakah kamu akan menerima satu gigitan makanan itu pada selembar piring? Bagaimana kamu menerima itu? Itu dibawa kepadamu oleh para malaikat. Kamu tidak perlu melakukan apapun, para malaikat akan muncul dan meletakkan makanan itu ke mulut kamu, seperti ketika kamu menambahkan bahan bakar ke sebuah mobil agar dapat tetap berjalan, namun di sini satu gigitan (suap) akan membuat kamu bertenaga selama empat puluh hari. Setiap gigitan (suap) memiliki satu malaikat khusus yang membuat kamu bergerak dalam waktu antara dua gigitan (suap). Setiap gigitan berbeda, tergantung waktu, saat (kesempatan?) dan lingkungan. Masing masing orang memiliki gigitan yang berbeda yang akan membuatnya tetap bergerak tanpa lelah, karena pada saat itu Allah memerintahkan Bumi dan Langit untuk memberi tenaga mereka dan kamu akan bergerak seperti seorang pegulat yang kuat yang tidak pernah lelah. Subhaan Allah, nutrisi apa yang diberikan oleh satu gigitan (suap) itu!
Di Indonesia, di pegunungan kamu bisa melihat orang lelaki dan perempuan yang sudah tua namun masih kuat, bekerja di sawah, dan mereka hanya makan satu gigitan (suap) nasi yang dibungkus daun pisang (lontong). Jadi bagaimana para ahli gizi menyatakan bahwa untuk mempertahankan kesehatan kita memerlukan satu diet harian 2000 kalori dan harus makan vitamin dan supplemen? Jaman ini semua orang membeli berbotol besar barang barang itu dan mereka makan sepuluh pil dari sini, lima kapsul dari sana, dan pabrik obat menghasilkan lebih banyak uang. (Rumah) Itu telah menjadi semacam apotik obat-obatan alternatif. Para petani padi miskin itu makan sesuap nasi di pagi hari dan mereka berotot, berkulit sawo matang, dan bekerja keras.
Apa yang ada di dalam sesuap nasi? Barakah! Dengan barakah kamu mendapatkan segala sesuatunya dan ketika kamu betul betul memahami makna barakah, Allah akan membuka segalanya untuk kamu, ketika kamu mendekati Dia melalui Nabi (s.a.w.) dan kamu tahu Allah adalah Satu yang memberkati kamu. Kamu mendekati Nabi (s.a.w.) melalui guru kalian dan kemudian setiap hari mereka membuka rahasia baru kepada kalian. Awliyaullah memahami itu dan kemudian rahasia baru terbuka buat jantung mereka. Apakah awliyaullah mempersiapkan catatan sebelum mereka berbicara (memberikan sohbet)? Saya tidak pernah melihat Grandshaykh (q) menulis apapun kecuali sekali : dia membaca al Qur'an dan seterusnya, namun tidak pernah menulis. Sebelum waktu (jaman) saya dia meminta Mawlana Shaykh Nazim untuk menulis, dan di waktu saya dia menggunakan saya untuk menulis surat menyurat dan hal hal seperti itu. Satu satunya saat dia menulis adalah menulis taweez, ruqya, yang digunakan setiap orang. Dia diperintahkan untuk memegang sebatang pena dan dengan perintah Nabi (s.a.w.) tangannya menulis taweez itu. Kamu dapat melihat tulisan tangannya.
Jadi awliyaullah tidak mempersiapkan, informasinya datang begitu saja. Dia yang cerdas percaya apa yang mereka ucapkan. Dia yang menghendaki rahasia terbuka ke dalam jantungnya apa yang mereka katakan sebagaimana dikatakan Imam al-Junayd (r), at-tasdeequ bi `ilmina hadha wilaya, “Mempercayai apa yang kami katakan adalah satu tingkat kewalian.” Janganlah menolak atau mempertanyakan; ambil saja itu sebagaimana adanya. Sebagaimana Grandshaykh (q) berkata, sesuap makanan adalah cukup untuk empat puluh hari; jangan mempertanyakan karena pikiran kamu terlalu banyak menganalisa dan mungkin menolak. Kita memiliki contoh orang pegunungan tersebut yang makan satu suap nasi dibungkus selembar daun pisang.
Jadi kesinambungan adalah penting, dan untuk membaca al Qur'an adalah sangat muhabbab, sangat disukai, namun janganlah membaca seluruhnya sekali dan kemudian berhenti. Adalah lebih bagus membaca satu juz, sepertiga puluh, setiap hari atau kamu membaca sekali satu surat atau bahkan satu halaman. Ajall al-karamaat dawaam at-tawfeeq, “Jangan melakukan sesuatu yang tidak dapat kamu lakukan pada hari berikutnya.” Lakukan apa yang dapat kamu lakukan setiap hari. Bacalah satu halaman atau satu baris. Bukalah al Qur'an dan pandanglah saja huruf huruf (characters) Arabic di halaman itu Jika kamu tidak tahu bagaimana membaca nya, maka sentuhkan jari jarimu ke kata kata itu karena terdapat cahaya (nur) di huruf huruf itu yang tidak terdapat di dalam buka manapun lainnya! Kamu boleh membaca jutaan buku dalam huruf Arabic, namun jika itu bukan hadith atau al Qur’an, itu tidak memiliki cahaya akhirah. Setiap kata di dalam al Qur'an berkilau dengan cahaya yang akan mengangkat dan mengangkat kamu dan keterkaitan kamu dengan akhirah. Jangan biarkan Shaytan menipu kamu! Dia selalu mengejar kita dan dia tidak pernah lelah dan sangat cerdas. Dia (selalu) mencambuk bala tentaranya, “Teruskan!” Mereka adalah musuh ummat manusia:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ
Wa laqad karamna Bani Adam.
Wa laqad karamna Bani Adam.
Kami telah memuliakan bani Adam. (al-'Israa, 17:70)
Kita memecahkan kepala Shaytan dengan membaca al Qur'an! Bahkan jika kamu menyentuhkan jarimu pada ayat yang berbeda-beda, Allah akan sukacita denganmu karena kamu tidak tahu bagaimana membacanya tetapi kamu berusaha sebaik-baiknya untuk belajar. Mereka yang tahu, harus membaca dan jika mereka melewatkan satu hari, maka mereka harus menggantinya keseokan harinya, jadi jika kamu (biasanya) membaca satu halaman, maka bacalah dua halaman, atau jika kamu biasa membaca satu juz, maka bacalah dua juz. Awliyaullah juga mengatakan jika kamu tidak dapat membaca al Qur'an maka bacalah seratus qul huw allahu ahad, atau tiga al ikhlaas, karena thalathat al-Ikhlas ta`dil al-qur’an - “membaca tiga kali Surat al-Ikhlaas sama dengan membaca al Qur'an.” Jadi dalam awraad kamu, jika kamu membaca seratus kali “qul huw Allahu ahad” itu seperti membaca al Qur'an tiga puluh kali.
Lihatlah bagaimana Allah (swt) sangat murah hati kepada abdi Nya! Bahkan jika kamu membaca satu juz itu adalah lebih baik untuk menambahkan seratus atau tiga bacaan Surat al-Ikhlaas, karena terdapat sebuah rahasia besar di dalam ke Esaan Allah dalam surah itu: “Katakan! Ini adalah al Qur’an Ku, Kata-Kata Ku, Yang Sejatinya tidak dapat diketahui, Itu adalah Allah, dan Satu dengan Sembilan puluh Sembilan Nama dan Busana Indah adalah Khas (Unique)!”
Surat al-Ikhlaas memperlihatkan Ke Esa an Allah, jadi awliyaullah menarik rahasia mereka dari surat ini. Itulah sebabnya mereka memiliki banyak ungkapan/petikan yang darinya mereka memberi nasihat kepada para pengikut mereka. Salah satu petikan itu adalah, maa yata`abad al-muta`abiduun bihaa, “Para abdi tidak beribadah kecuali untuk mencari cinta awliyaullah.” Berapa banyak mereka telah beribadah sangatlah dinilai tinggi oleh Allah (swt), namun lebih dari itu, apa yang membuat ibadah mereka lebih tinggi adalah cinta mereka kepada shaykh mereka atau kepada awliyaullah. Itu artinya sebanyak cinta mu kepada pembimbing (mentor) mu. Shaykhmu, gurumu, pembimbingmu, dan sesuai dengan cinta yang kamu perlihatkan dan maqam (level) shaykh itu, kamu akan ditinggikan secepat sebuah rocket!
Li anna mahabbata awliyaaihi daliilan `ala mahabbatih, “Karena mencintai wali Nya adalah bukti cinta (mu) kepada Nya,” sebagaimana disebutkan dalam al Qur’an:
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
Alaa inna awliyaullahi laa khawfun `alayhim wa laa hum yahzanuun.
Alaa inna awliyaullahi laa khawfun `alayhim wa laa hum yahzanuun.
Perhatikan! Sesungguhnya pada para shahabat Allah tidak ada rasa takut, tidak juga mereka bersedih. (Yunus,10:62)
Mencintai Wali adalah bukti cinta kepada Allah dan Nabi Nya (s.a.w.). Sebanyak cintamu kepada shaykh mu, itu membawa mu kepada mencintai Allah (swt) dan mencintai Nabi (s.a.w.). Shaykh mu membimbingmu kepada jalan Nabi (s.a.w.), yang adalah jalan Shari`ah dan ma`rifah, namun yang pertama adalah Shari`ah. Ituah sebabnya, Allah (swt) berkata, “Jika kamu sungguh sungguh mencintai Allah, yaa Muhammad, katakan pada mereka, jika mereka mencintai Allah, mereka harus mengikuti jejak kaki mu.” Dan siapakah yang membimbingmu kepada jejak kaki Nabi (s.a.w.)? Mereka adalah para shaykh mu. Jadi kalau kamu mencintai mereka dan Nabi Nya, maka kamu mencintai Allah (swt). Jika kamu berbaik sangka terhadap mereka, jika kamu terbiasa dan berbahagia dengan jalan mereka, maka kamu akan mencapai level wali, sebagaimana disebut, “Siapapun yang menerima dan percaya kepada mereka akan menjadi seorang wali dan mencapai maqam kewalian.” Janganlah ragu atau kamu akan berjalan di tempat!
Kata-kata mutiara penting lainnya : pertahankan kebersamaan dengan orang agamis, khususnya orang baik (khayr), disukai dan bajik, karena duduk dan bergaul dengan abdi Allah yang shalih dan shiddiq adalah diterima dan dicintai dan di dalamnya terdapat banyak keuntungan, `ajilan wa ajillah, beberapa yang akan langsung dikaruniakan dan beberapa yang akan ditangguhkan sampai kemudian, karena kamu maju di jalan mereka. Karena syarat untuk menerima keuntungan adalah dengan bergaul dengan mereka, bersama mereka, dengar apa yang mereka katakan karena kamu akan dicintai, dan kemudian, sebagaimana dikatakan Nabi (s.a.w.):
ولا يزال عبدي يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه، فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به وبصره الذي يبصر به، ويده التي يبطش بها ورجله التي يمشي بها،
Wa laa yazaala `abdii yataqarabu ilayya bi’ n-nawaafil hatta uhibbah. Fa idha ahbaabtahu kuntu sama`uhulladhii yasma`u bihi wa basarahulladhii yubsiru bihi, wa yadahulladhii yabtishu bihaa wa rijlahullatii yamshii bihaa.
Wa laa yazaala `abdii yataqarabu ilayya bi’ n-nawaafil hatta uhibbah. Fa idha ahbaabtahu kuntu sama`uhulladhii yasma`u bihi wa basarahulladhii yubsiru bihi, wa yadahulladhii yabtishu bihaa wa rijlahullatii yamshii bihaa.
Abdi Ku tiada henti mendekati Ku melalui ibadah sunnah sampai Aku mencintai dia. Ketika Aku mencintai dia, Aku akan menjadi telinga yang dengannya dia mendengar, menjadi matanya yang dengannya dia melihat, menjadi tangannya yang dengannya dia berbuat, dan menjadi kakinya yang dengannya dia berjalan (dan versi lain memasukkan, “dan menjadi lidahnya yang dengannya dia berbicara.”) (Hadits Qudsi, Bukhari).
Maka Allah akan memberimu pendengaran yang berbeda dari orang lain : Dia akan menjadi pendengaran dan penglihatan mu, kemudian Allah yaj`al waizhan min qalbik, “Ketika Allah melihatmu meminta dan duduk bersama dengan gurumu, Allah akan membuat suatu bimbingan di dalam jantungmu, memberimu nasihat.” Allah akan membuat suatu bimbingan dari dalam jantungmu, yang artinya kamu akan terbimbing dalam jalan kamu. Makananmu akan matang secara perlahan dan menjadi lunak. Jadi itulah sebabnya sangatlah mendasar untuk tidak menjadi “sehari praktek dan sehari meninggalkan praktek”; taat asas adalah yang terbaik.
Jika kamu tidak dapat menghadiri majelis, bukalah catatanmu dan bacalah. Itulah sebabnya pertahankan untuk selalu memiliki buku catatan untuk ditulisi dan kemudian kamu buka itu sewaktu-waktu dan membacanya dan merenunginya.
Mereka menyewa ribuan orang dengan berbagai bahasa untuk meneliti (riset) dan menganalisa apa yang dimaksud Shakespeare dalam kisah tulisannya, “Macbeth,” padahal itu hanya dari khayalannya saja. Ketika kamu menganalisa catatan ajaran awliyaullah, bukankah itu lebih baik? Namun kita tersesat di dalam kancah Facebook dan YouTube. Kemarin ketika kami memberi khutbah Jumu`ah melawan penggunaan Facebook dan YouTube, seorang wanita bilang kepada kami dia menulis satu kertas kerja tentang Imam Ghazali dan meng-Googled tulisannya itu, namun ketika dia membuka halaman itu, (dan ternyata) pada setiap sisi terdapat pornografi! Semoga Allah (swt) melindungi kita.
Wa min Allahi 't-tawfeeq, bi hurmati 'l-habeeb, bi hurmati 'l-Fatihah.
Source: Sufilive
© Copyright 2011 Sufilive.
This transcript is protected by International Copyright Law. Please attribute Sufilive when sharing it. JazakAllahu Khayr.
© Copyright 2011 Sufilive.
This transcript is protected by International Copyright Law. Please attribute Sufilive when sharing it. JazakAllahu Khayr.
Post a Comment Blogger Disqus