Catatan Buram Shuhba
Mawlana Syekh Hisyam Kabbani (q)
13 November 2013
Hari ini adalah malam di mana Sayyidina al-Husayn terbunuh di Karbala dan untuk menunjukkan ketulusan dan cinta kita kepada Sayyidina al-Husayn dan kepada Nabi (s), kita melakukan Zikrullah.
Insya-Allah mereka yang memberikan hidupnya, para Sahabat an-Nabi (s), mereka memberikan hidup mereka untuk Islam agar datang kepada kita. Kalau tidak kita tidak dapat mencapai apa yang kita capai. Dan itu adalah berkah Nabi (s) dan berkah para Sahabatnya dan keluarganya. Dan kekuatan yang telah Allah berikan kepadanya.
Jadi kita membaca dari du`a al-matsuur, du`a yang telah dibaca selama bertahun-tahun dan khususnya pada hari Asyura.
Pada hari itu dengan Kehendak, Irada Allah kepada Sayyidina Adam (as), pada hari Asyura ini Allah (swt) menerima tobatnya Sayyidina Adam ('Alaihis-Salaam) setelah ia dikeluarkan dari Surga; Allah (Subhanahu wa Ta'ala) menyelamatkan Sayyidina Nuh ('Alaihis-Salaam) dan para Sahabatnya dalam sebuah bahtera; Allah memadamkan api di mana Sayyidina Ibrahim ('Alaihis-Salaam) dilemparkan ke dalamnya oleh Namrudz; dan Allah (Subhanahu wa Ta'ala) berbicara secara langsung kepada Sayyidina Musa ('Alaihis-Salaam) dan memberinya Perintah. Pada 10 Muharram yang sama, Sayyidina Ayyub ('Alaihis-Salaam) dipulihkan kesehatannya (dari lepra); Sayyidina Yusuf ('Alaihis-Salaam) bertemu kembali dengan ayahnya Ya’qub ('Alaihis-Salaam); Sayyidina Yunus ('Alaihis-Salaam) dikeluarkan dari perut ikan yang menelannya; dan umat Sayyidina Musa (as) diselamatkan dari Firaun.
Kita hidup dengan damai dan aman, sementara yang lain hidup dalam kemiskinan.
Kisah Sayyidina al-Husayn telah menyimpang dari yang aslinya. Orang-orang ingin mengubahnya untuk membuat fitnah dan sampai sekarang fitnah itu terus berkembang, Sunni-Syi`ah, Syi`ah-Sunni. Seolah-olah kita tidak mencintai Sayyidina al-Husayn dan seolah-olah mereka tidak mencintai Sayyidina al-Husayn, jadi mereka mengubah kisahnya...
Kita tidak ingin membahas kisah itu lebih dalam, tetapi sedikit saja. Di dalam Islam, tidak ada jalan bagi seorang khalifah untuk memberikan khilafah kepada putranya. Lihatlah Sayyidina Abu Bakr as-Siddiq (r), beliau dari kaum al-Muhajiriin dan Sayyidina 'Umar (r) dari kaum Muhajiriin dan kemudian khilafah pindah dari satu kepada yang lain dengan jalan yang beragam, dan tidak semua terhubung secara langsung kepada Nabi (s) dan Sayyidina 'Ali (r) tidak keberatan kepada Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq (r), Sayyidina 'Umar (r) dan Sayyidina 'Utsman (r). Beliau mengambil bay’at dari tangan mereka.
Sayyidina al-Husayn tinggal di Madinah dan sudah tentu, karena beliau adalah cucu Nabi (s), mereka datang kepadanya dan ingin menjadikannya sebagai penerus. Dan saya tidak ingin membahas masalah ini karena para ulama Sunni telah memutuskan untuk tidak membahas masalah ini, karena mereka semua adalah Sahabat an-Nabi (s), kalian tidak dapat masuk ke sana tanpa menyakiti satu atau yang lain.
Jadi Sayyidina al-Husayn mendapat banyak surat dari Syam dan Kufa, yang memintanya untuk menjadi khalifah kaum Mukminiin karena beliau adalah orang yang tepat untuk itu, tetapi Mu`awiya memberikah (khilafah) kepada putranya Yaziid.
Meskipun Mu`awiya adalah seorang Sahabi, dan bukannya membiarkan umat Muslim memutuskan siapa yang mereka inginkan, dan sebagian besar umat Muslim menginginkan Sayyidina al-Husayn, dan setelah Mu`awiya wafat, Yaziid mulai memerintah dengan sangat keras.
Dan orang-orang Iraq mengundang Sayyidina al-Husayn untuk datang dan mereka akan mendukungnya untuk mengambil alih khilafah. Dan beliau mendapatkan banyak surat dan akhirnya beliau mengutus salah satu saudaranya, Muslim ibn `Aqiil ke Kufa untuk mengecek masalahnya dan melihat apakah mereka mengatakan yang benar atau tidak. Dan ia mendapati bahwa mereka mengatakan kebenaran dan ia mengirim kabar kepada al-Husayn untuk datang, orang-orang telah siap menyambutnya. Itu adalah kesalahan besarnya.
Jadi, Sayyidina al-Husayn bersiap-siap untuk pergi dari Madinah ke Kufa. Berita itu sampai kepada Yaziid, dan ia mengutus salah satu jenderalnya, seorang yang membenci Sayyidina al-Husayn, orang yang tidak setia kepada Ahl al-Bayt, bahkan tidak juga terhadap Islam. Dan Yaziid mengutus orang itu, Ubaydullah ibn Zaid untuk menjadi Waali bagi Kufa dan Baghdad. Jadi orang itu mulai berbicara kepada kepala suku untuk mendapatkan dukungan untuk menentang Sayyidina al-Husayn, dengan uang. Dan orang ini mampu mendatangkan banyak orang untuk menentang Sayyidina al-Husayn.
Jadi, pada kenyataannya Muslim ibn `Aqiil kembali dan melihat orang ini sedang bersiap-siap dan ia mengabarkan kepada al-Husayn (as) bahwa situasi telah berubah dan orang-orang sedang bersiap-siap untuk menentangnya. Kemudian Ubaydullah ibn Ziyad dikirim untuk menyerangnya dengan 'Umar ibn Sa`ad ibn Abi Waqqas.
Dan mereka mempunyai 5000 tentara dan Sayyidina al-Husayn mempunyai pasukan 313. Dan Ubaydullah ibn Ziyad mengatakan kepada `Umar bin Sa`ad bahwa apabila ia tidak mematuhinya, ia akan menyingkirkannya dari Kufa. Meskipun ayah `Umar bin Sa`ad adalah Sa`ad ibn Abi Waqqas, salah satu Sahabat terbesar tetapi ia menerima untuk menentang Sayyidina al-Husayn dan untuk berperang melawannya atau menangkapnya.
Dan ia mengatakan kepada al-Husayn bahwa ia harus datang untuk mengambil bay’at. Dan Sayyidina al-Husayn berkata, “Bagaimana aku akan mengambil bay’at dengan orang itu?” Jadi beliau menolaknya. Lalu apa yang terjadi, terjadilah, di mana Sayyidina al-Husayn dan seluruh keluarganya dan anak-anaknya dan putri dan cucu dari Nabi (s) semuanya ditangkap dan dibunuh. Dan Yaziid mengatakan bahwa para tahanan itu harus dikirimkan kepadanya.
Cerita mengatakan bahwa Yaziid tidak ingin membunuh Sayyidina al-Husayn (as) tetapi ia tidak bisa menghentikan Ubaydullah bin Ziyad untuk membunuhnya sehingga ia menjadi bagian dari itu. Dan versi Syi`ah mengatakan bahwa Yaziid mendukungnya. Jadi pertempuran itu dimulai, 72 orang dari Mekah, 10 orang dari Kufa dan Ubaydullah ibn Ziyad memerintahkan agar mereka membawa kepala Sayyidina al-Husayn. Tetapi `Umar bin Sa`ad takut untuk memenggal kepalanya, jadi Shimer yang memenggal kepalanya dan membawanya ke seluruh istana dan mereka bermain-main dengan kepala Sayyidina al-Husayn dengan kaki mereka.
Itulah ringkasannya dan Sayyidina al-Husayn dibunuh karena beliau tidak ingin melanggar janjinya.
Al-Mu’min idza wa`ada wafaa. Ketika seorang Mukmin berjanji, ia tidak akan melanggarnya. Dan Nabi (s) dulu biasa menggendongnya di pundaknya dan menciumnya. Dan seorang Sahabat mendatanginya dan berkata, “Apakah engkau begitu mencintainya?” Dan Nabi (s) berkata, “Tentu saja aku mencintainya, dan siapa yang tidak memberikan kasih sayangnya, ia tidak akan mendapatkannya.”
Dan Sayyidina al-Husayn tampak seperti Nabi (s) dari leher ke atas, sementara Sayyidina al-Hasan tampak seperti Nabi (s) dari leher ke bawah. Jadi keduanya memberikan gambaran lengkap mengenai Nabi (s). Lihatlah betapa mereka menderita, sementara kita hidup dengan kehidupan yang baik.
Sumber: www.sufilive.com
Post a Comment Blogger Disqus