Habib Abubakar bin Muhammad bin Umar bin Abubakar bin Imam Wadi Al-Ahqaf Umar bin Segaf bin Muhammad bin Umar bin Toha bin Umar Ash-Shofi bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawiliyah bin Ali bin Alwi Al-Ghuyyur bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Sahib Mirbath bin Ali Khala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin ‘Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin ‘Isa bin Muhammad An-Naqib bin Ali-‘Uraidhi bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam.
- Al-Habib Al-Qutub Ali bin Muhammad Al Habsyi
- Al-Habib Muhammad bin Ali Assegaf
- Al-Habib Idrus bin Umar Al Habsyi
- Al-Habib Ahmad bin Hasan Alatas
- Al-Habib Al-Imam Abdurrahman bin Muhammad Al Masyhur (Mufti Hadramaut saat itu).
- Al-Habib Syeikh bin Idrus Al Aydrus
- Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Bogor)
- Al-Habib Abdullah bin Ali Al Haddad (wafat di Jombang)
- Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas (Pekalongan)
- Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Umar Bin Yahya (Surabaya)
- Al-Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi (Surabaya)
- Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdhor (wafat di Surabaya)
- Suatu hari, beliau mendapat tamu seorang wartawan dari Timur tengah yang tidak percaya hal-hal yang ada kaitannya dengan kekeramatan dan kewalian. Habib Abu Bakar mempersilahkannya hadir dalam majelis pengajiannya, bahkan duduk didepan. Beberapa kali setelah mengikuti pengajian dan melihat peristiwa-peristiwa luar biasa, sang wartawan mempercayai apa yang sebelumnya tidak ia percayai. Akhirnya ia menyusun sebuah syair, yang berbuyi; "Wahai Abu Bakar. Pukullah batu yang mengeras dalam hatiku dengan tongkatmu agar bisa mengeluarkan dan bisa mengubah pendirianku yang keras." Sejak itu, ia semakin semangat belajar kepada Habib Abu Bakar.
- Suatu hari Abu Bakar bin Thahir Al-Hamid, pengumpul benda-benda seni antik; berburu barang-barang antik itu sampai menyeberang laut dengan perahu. Sore harinya, Abu Bakar memaksa pemilik perahu mengantarkannya pulang dengan bayaran mahal. Di tengah laut, ombak besar mengombang-ambingkan perahu yang ditumpanginya. Ia pun terus-menerus berdoa' termasuk sholawat Qamarul Wujud, seraya memanggil-manggil nama Habib Abu Bakar. Tiba-tiba perahu itu terbalik. Tapi ajaib, pada saat yang sama, Abu Bakar sudah sampai di Pantai. "Dia itu menguasai ilmu Dark, yaitu ilmu untuk menghadirkan seseorang." Maka berkat izin Allah swt, ia selamat. Ketika itu, ia langsung berziarah ke makam Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf.
Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Saggaf wafat pada malam senin, tanggal 17 Dzul Hijjah 1376 H. Usia beliau saat itu 91 tahun. Jasad beliau di makamkan di sebelah masjid agung Gresik. Menjelang wafatnya beliau berpuasa selama 15 hari dan sering kali berkata: “Aku merasa bahagia akan berjumpa dengan Allah swt,”
Wasiat dan Nasihat Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf
"Ketahuilah bahwa Allah swt akan memberikan kepada hambanya segala apa yang dipanjatkan sesuai dengan niatnya. Menurut saya Allah swt niscaya akan mendatangkan segala nikmat-Nya di muka dunia, dengan cara terlebih dahulu Dia titipkan di dalam hati hamba-Nya yang berhati bersih. Untuk itu kemudian dibagi-bagikan kepada hamba-Nya yang lain. Amal seorang hamba tidak akan naik dan diterima Allah swt kecuali dari hati yang bersih. Ketahuilah wahai saudaraku, seorang hamba belum dikatakan sebagai hamba Allah swt yang sejati jika belum membersihkan hatinya!"
"Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, hati yang ada di dalam ini (sambil menunjuk ke dada beliau) seperti rumah, jika dihuni oleh orang yang pandai merawatnya dengan baik, maka akan nampak nyaman dan hidup; namun jika tidak dihuni atau dihuni oleh orang yang tidak dapat merawatnya, maka rumah itu akan rusak dan tak terawat. Dzikir dan ketaatan kepada Allah swt merupakan penghuni hati, sedangkan kelalaian dan maksiat adalah perusak hati."
"Wahai Sadara-saudaraku, dengarkanlah apa yang dikatakan Habib Ali! Beliau meminta kepada kita untuk selalu meluangkan waktu menghadiri majlis-majlis semacam ini (ta'lim, Zikir)! Ketahuilah bahwa menghadiri suatu majlis yang mulia akan dapat menghantarkan kita kepada suatu derajat yang tidak dapat dicapai oleh banyaknya amal kebajikan yang lain. Simaklah apa yang dikatakan guruku tadi!"
"Di zaman ini, hanya sedikit orang yang menunjukkan adab luhur dalam majlis. Jika ada seseorang yang datang, mereka berdiri dan bersalaman atau menghentikan bacaan, padahal orang itu datang ke majlis tersebut tidak lain untuk mendengarkan. Oleh karenanya, banyak aku jumpai orang di zaman ini, jika datang seseorang, mereka berkata, "silahkan kemari" dan yang lain mengatakan juga "silahkan kemari" sedang orang yang duduk di samping mengipasinya.
Gerakan-gerakan dan kegaduhan yang mereka timbulkan menghapus keberkahan majelis itu sendiri. Keberkahan majlis bisa diharapkan, apabila yang hadir beradab dan duduk di tempat yang mudah mereka capai. Jadi keberkahan majlis itu pada intinya adalah adab, sedangkan adab dan pengagungan itu letaknya di hati. Oleh karena itu, wahai saudara-saudarku, aku anjurkan kepada kalian, hadirilah majlis-majlis khoir (baik). Ajaklah anak-anak kalian kesana dan biasakan mereka untuk mendatanginya agar mereka menjadi anak-anak yang terdidik baik, lewat majlis-majlis yang baik pula!"
"Saat-saat ini aku jarang melihat santri-santri atau siswa-siswa madrasah yang menghargai ilmu. Banyak aku lihat mereka membawa mushaf atau kitab-kitab ilmu yang lain dengan cara tidak menghormatinya, menenteng atau membawa dibelakang punggungnya. Lebih dari itu mereka mendatangi tempat-tempat pendidikan yang tidak mengajarkan kepada anak-anak kita untuk mencintai ilmu tapi mencintai nilai semata-mata. Mereka diajarkan pemikiran para filosof dan budaya pemikiran-pemikiran orang Yahudi dan Nasrani."
"Apa yang akan terjadi pada generasi remaja masa kini? Ini tentu adalah tanggung jawab bersama. Al-Habib Ali pernah merasakan kekecewaan yang sama seperti yang aku rasa. Padahal di zaman beliau, aku melihat kota Seiwun dan Tarim sangat makmur, bahkan negeri Hadramaut dipenuhi dengan para penuntut ilmu yang beradab, berakhlaq, menghargai ilmu dan orang 'Alim. Bagaimana jika beliau mendapati anak-anak kita disini yang tidak menghargai ilmu dan para Ulama? Niscaya beliau akan menangis dengan air mata darah. Beliau menambahkan bahwa aku akan meletakkan para penuntut ilmu di atas kepalaku dan jika aku bertemu murid yang membawa bukunya dengan rasa adab, ingin rasanya aku menciun kedua matanya."
"Aku teringat pada suatu kalam seorang shaleh yang mengatakan; Tidak ada yang menyebabkan manusia rugi, kecuali keengganan mereka mengkaji buku-buku sejarah Kaum Sholihin dan berkiblat pada buku-buku modern dengan pola pikir moderat. Wahai saudara-saudarku! Ikutilah jalan orang-orang tua kita yang sholihin, sebab mereka adalah orang-orang suci yang beramal ikhlas. Ketahuilah Salaf kita tidak menyukai ilmu kecuali yang dapat membuahkan amal sholeh."
"Aku teringat pada suatu untaian mutiara nasihat Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas yang mengatakan; Ilmu adalah alat, meskipun ilmu itu baik (hasan), tapi hanya alat bukan tujuan, oleh karenanya ilmu harus diiringi adab, akhlaq dan niat-niat yang sholeh. Ilmu demikianlah yang dapat mengantarkan seseorang kepada maqam-maqam yang tinggi."
REFERENSI:
Post a Comment Blogger Disqus
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.