Jalur Keturunan.
Beliau adalah seorang sufi yang mempunyai nama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Athaillah. Sedangkan nama Askandari dibelakang namanya adalah nama julukan karena beliau tokoh sufi yang berasal dari Iskandariyah.
Beliau dilahirkan di Iskandariyah pada tahun 658 H. dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang taat beragama.
Kehidupan Ibnu Athaillah.
Sebagai anak yang hidup dan dibesarkan dilingkungan keluarga yang taat menjalankan agama, tentunya ilmu yang pertama dipelajari dan di dalami adalah dasar-dasar ilmu agama, baik itu yang diberikan oleh orang tuanya maupun yang diberikan neneknya, karena neneknya juga seorang tokoh sufi dari Iskadariyah. Diantara ilmu-ilmu agama yang pernah dipelajari, seperti ilmu Fiqh, Tafsir, Hadist, Tauhid dan ilmu alat lainnya.
Dengan dimilikinya dasar-dasar ilmu agama tersebut, membuat dirinya terlalu fanatic terhadap ilmu yang pernah dipelajari tersebut dan menolak terhadap ilmu tasawuf, beliau terlalu fanatic terhadap ilmu fiqh. Tetapi setelah beliau mengamalkan ilmu yang pernah dipelajari dan banyak bergaul dengan para ulama dan tokoh-tokoh sufi, akhirnya beliau mulai tertarik kepada ajaran tasawuf dan sekaligus mempelajarinya.
Ajaran tasawuf yang tertanam pada diri Ibnu Athaillah banyak diperoleh setelah beliau mengamalkan ilmu agama yang dimilikinya, dengan seringnya bertemu dengan para sufi yang pada akhirnya dapat merubah pola hidupnya dan mengikuti kehidupan para sufi, diantara guru-gurunya adalah Syekh Abul Abbas al Marsi, Nadruddin al Munir, Syarafuddin al Dimyati, Al Muhyil al Mazani, Syamsuddin al Asfaham.
Setelah beliau mempunyai dasar agama yang kuat dan sudah memperoleh ajaran tasawuf dari para gurunya tersebut, kemudian beliau pindah ke kairo Mesir dan mengajar tasawuf-tasawuf kepada murid-muridnya di Universitas Al Azhar dan diantara murid-muridnya ada yang menjadi ulama terkenal seperti Imam Taqiyyuddin al Subki, Abu Abbas Ahmad bin Malik dan Daud bin Bahla.
Pokok-Pokok Pikiran Ibnu Athaillah.
Sebagai seorang sufi yang semula membenci terhadap ajaran tasawuf, ada beberapa pokok-pokok pikiran yang dikembangkan oleh Ibnu Athaillah diantaranya adalah :
1. Konsep Tasawuf yang dipakai oleh Ibnu Athaillah banyak mengambil dari ajaran Sazaliyah yang terhimpun dalam 5 azas antara lain:
a. Taqwa kepada Allah secara lahir batin.
b. Mengikuti As Sunnah dalam perkataan dan perbuatan.
c. Menolak kekuasaan makhluk dalam penciptaan dan pengaturan.
d. Ridha kepada Allah baik dalam keadaan sedikit maupun banyak.
e. Selalu ingat dan bersama Allah baik dalam keadaan senang maupun susah.
2. Ajaran pokok tasawuf Ibnu Athaillah adalah:
a. Peniadaan kehendak disbanding kehendak Tuhan.
b. Pengaturan manusia disbanding kehendak Tuhan.
c. Pengaturan manusia disbanding dengan pengaturan Allah SWT.
Untuk menegakkan adab sufi dan kehalusan akal budi kepada Allah, maka hanya kehendak dan daya Tuhanlah yang ditegakkan dalam setiap pembicaraan tasawuf.
Karya-Karya ibnu Athaillah.
Selama hidupnya ada beberapa karya tulis yang di hasilkan oleh Ibnu Athaillah, antara lain:
Wafatnya Ibnu Athaillah.
Beliau meninggal dunia di Kairo Mesir pada tahun 709 H dan dimakamkan di kaki bukit Mukattam.
Beliau adalah seorang sufi yang mempunyai nama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Athaillah. Sedangkan nama Askandari dibelakang namanya adalah nama julukan karena beliau tokoh sufi yang berasal dari Iskandariyah.
Beliau dilahirkan di Iskandariyah pada tahun 658 H. dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang taat beragama.
Kehidupan Ibnu Athaillah.
Sebagai anak yang hidup dan dibesarkan dilingkungan keluarga yang taat menjalankan agama, tentunya ilmu yang pertama dipelajari dan di dalami adalah dasar-dasar ilmu agama, baik itu yang diberikan oleh orang tuanya maupun yang diberikan neneknya, karena neneknya juga seorang tokoh sufi dari Iskadariyah. Diantara ilmu-ilmu agama yang pernah dipelajari, seperti ilmu Fiqh, Tafsir, Hadist, Tauhid dan ilmu alat lainnya.
Dengan dimilikinya dasar-dasar ilmu agama tersebut, membuat dirinya terlalu fanatic terhadap ilmu yang pernah dipelajari tersebut dan menolak terhadap ilmu tasawuf, beliau terlalu fanatic terhadap ilmu fiqh. Tetapi setelah beliau mengamalkan ilmu yang pernah dipelajari dan banyak bergaul dengan para ulama dan tokoh-tokoh sufi, akhirnya beliau mulai tertarik kepada ajaran tasawuf dan sekaligus mempelajarinya.
Ajaran tasawuf yang tertanam pada diri Ibnu Athaillah banyak diperoleh setelah beliau mengamalkan ilmu agama yang dimilikinya, dengan seringnya bertemu dengan para sufi yang pada akhirnya dapat merubah pola hidupnya dan mengikuti kehidupan para sufi, diantara guru-gurunya adalah Syekh Abul Abbas al Marsi, Nadruddin al Munir, Syarafuddin al Dimyati, Al Muhyil al Mazani, Syamsuddin al Asfaham.
Setelah beliau mempunyai dasar agama yang kuat dan sudah memperoleh ajaran tasawuf dari para gurunya tersebut, kemudian beliau pindah ke kairo Mesir dan mengajar tasawuf-tasawuf kepada murid-muridnya di Universitas Al Azhar dan diantara murid-muridnya ada yang menjadi ulama terkenal seperti Imam Taqiyyuddin al Subki, Abu Abbas Ahmad bin Malik dan Daud bin Bahla.
Pokok-Pokok Pikiran Ibnu Athaillah.
Sebagai seorang sufi yang semula membenci terhadap ajaran tasawuf, ada beberapa pokok-pokok pikiran yang dikembangkan oleh Ibnu Athaillah diantaranya adalah :
1. Konsep Tasawuf yang dipakai oleh Ibnu Athaillah banyak mengambil dari ajaran Sazaliyah yang terhimpun dalam 5 azas antara lain:
a. Taqwa kepada Allah secara lahir batin.
b. Mengikuti As Sunnah dalam perkataan dan perbuatan.
c. Menolak kekuasaan makhluk dalam penciptaan dan pengaturan.
d. Ridha kepada Allah baik dalam keadaan sedikit maupun banyak.
e. Selalu ingat dan bersama Allah baik dalam keadaan senang maupun susah.
2. Ajaran pokok tasawuf Ibnu Athaillah adalah:
a. Peniadaan kehendak disbanding kehendak Tuhan.
b. Pengaturan manusia disbanding kehendak Tuhan.
c. Pengaturan manusia disbanding dengan pengaturan Allah SWT.
Untuk menegakkan adab sufi dan kehalusan akal budi kepada Allah, maka hanya kehendak dan daya Tuhanlah yang ditegakkan dalam setiap pembicaraan tasawuf.
Karya-Karya ibnu Athaillah.
Selama hidupnya ada beberapa karya tulis yang di hasilkan oleh Ibnu Athaillah, antara lain:
- Al Hikam, karya ini adalah yang paling terkenal yang pernah ditulis oleh Ibnu Athaillah, karena kitab itu pernah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa antara lain Turki, Spanyol, Inggris, Melayu, Urdu, dan juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Di samping kitab tersebut diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, kitab tersebut juga ditulis dengan bahasa yang amat sederhana dan memuat 42 buah kalimat yang mengandung hikmah sufi.
- Al Tanwir Filsafat al Tadbir, kitab ini pernah dicetak beberpa kali, karena kitab ini member petunjuk-petunjuk kepada mereka yang ingin selalu bersama Allah dan hal-hal yang mengganggu.
- Lathaif al Mina Fi Manakhibal al Syekh Abi al Abbas al Marsi wa Salkhlii al Sazali, kitab ini menguraikan tentang sejarah, asal-usul para pemimpin dan ajaran-ajaran tarekat Sazaliyah yaitu Syekh Abul Abbas al Marsi dan Abu Hasan al Sazali.
- Tajul Arus al Hawi Litahzibin Nufus, kitab ini menguraikan berbagai ajaran dan penjelasan yang berkenaan dengan kehidupan sufi.
- Al Qasdul Mujarrad Fi Ma’rifat al Ism al Mufrad, kitab ini menguraikan tentang Tuhan, sifat, asma, af’alnya dan cara pencapaian ma’rifat.
- Miftahul Falah Wa Misbahul Arwah, kitab ini menguraikan pokok-pokok ajaran tentang riyadhah dan mujahadah dalam dzikir, uzlah, khalwat dan sebagainya.
Wafatnya Ibnu Athaillah.
Beliau meninggal dunia di Kairo Mesir pada tahun 709 H dan dimakamkan di kaki bukit Mukattam.
Post a Comment Blogger Disqus