Makam Keramat Pamecutan terletak di Jln. Batu Karu, Pamecutan, Denpasar. Raden Ayu Siti Khotijah, yang bernama asli Ratu Ayu Anak Agung Rai, adalah adik Raja Cokorda III dari Kerajaan Pamecutan. Beliau dipersunting oleh Pangeran Sosrodiningrat, seorang senopati Kerajaan Mataram.
Suatu malam sewaktu Siti Khotijah mengerjakan shalat tahajjud di kamar yang pintunya terbuka, secara tidak sengaja ia terlihat oleh pengawal yang tengah berjaga dan terdengar suara takbir“Allahu Akbar”, yang didengarnya sebagai “makeber” yang dalam bahasa Bali berarti “terbang”. Pengawal yang melihat Siti Khotijah yang mengenakan mukenah putih mengiranya leak, menghujamkan tombak ke punggung Siti Khotijah yang saat itu dalam posisi sujud, dan tewas di tempat.
Jenazah Dewi Khodijah yang tertelungkup dengan tombak terhunjam di punggungnya sulit diangkat dan dibujurkan. Jenazahnya tetap sujud tidak berubah. Baginda mencari bantuan kepada umat Islam yang ada di sana agar dapat merawat jenazah adiknya menurut cara Islam. Umat Islam lalu segera membantu merawat jenazah, mulai dari memandikan, mengafani, menshalati, sampai memakamkannya dan semuanya berjalan lancar.
Meski demikian, satu hal yang tak dapat diatasi yaitu batang tombak yang menghujam di punggungnya tidak dapat dicabut. Akhirnya, atas keputusan semua pihak, jenazah dimakamkan bersama tombak yang masih berada di punggungnya. Anehnya, batang tombak yang terbuat dari kayu itu bersemi dan hidup sampai sekarang. Hal tersebut dapat dibuktikan apabila Anda berkunjung ke makam Dewi Khodijah.
Suatu malam sewaktu Siti Khotijah mengerjakan shalat tahajjud di kamar yang pintunya terbuka, secara tidak sengaja ia terlihat oleh pengawal yang tengah berjaga dan terdengar suara takbir“Allahu Akbar”, yang didengarnya sebagai “makeber” yang dalam bahasa Bali berarti “terbang”. Pengawal yang melihat Siti Khotijah yang mengenakan mukenah putih mengiranya leak, menghujamkan tombak ke punggung Siti Khotijah yang saat itu dalam posisi sujud, dan tewas di tempat.
Jenazah Dewi Khodijah yang tertelungkup dengan tombak terhunjam di punggungnya sulit diangkat dan dibujurkan. Jenazahnya tetap sujud tidak berubah. Baginda mencari bantuan kepada umat Islam yang ada di sana agar dapat merawat jenazah adiknya menurut cara Islam. Umat Islam lalu segera membantu merawat jenazah, mulai dari memandikan, mengafani, menshalati, sampai memakamkannya dan semuanya berjalan lancar.
Meski demikian, satu hal yang tak dapat diatasi yaitu batang tombak yang menghujam di punggungnya tidak dapat dicabut. Akhirnya, atas keputusan semua pihak, jenazah dimakamkan bersama tombak yang masih berada di punggungnya. Anehnya, batang tombak yang terbuat dari kayu itu bersemi dan hidup sampai sekarang. Hal tersebut dapat dibuktikan apabila Anda berkunjung ke makam Dewi Khodijah.
Post a Comment Blogger Disqus