Alkisah pada zaman dahulu kala didesa Harung tinggallah seorang Datu yang bernama Magat bersama keluarganya, beliau tinggal bersama istri dan adiknya, istri beliau sangat cantik rupawan bernama Diang Sasar sedangkan adik beliau bernama Diang Wangi dan bergelar Diang Dadukun, Datu Magat ini terkenal karena kesaktiannya, kehidupan beliau sehari-hari adalah bertani dan beliau sangat ahli dalam pertanian ini dan mempunyai perladangan yang sangat luas.
Pada suatu ketika Datu Magat mengalami suatu peristiwa yang sangat memalukan bagi keluarganya, betapa tidak adiknya si Diang Wangi hamil tanpa bersuami, Datu sangat gelisah dan marah atas kejadian ini, maka berkatalah ia dengan adiknya si Diang Wangi.
''Kejadian ini sangat memalukan keluarga kita, karena kehamilanmu tanpa suami, katakan!.. siapa laki-laki yang telah menghamilimu Diang?.
.
"Aku tidak dapat mengatakan siapa laki-laki itu kakak, karena ia datang pada malam hari lalu meniduriku tanpa aku dapat melawan dan setelah selesai ia langsung pergi pada malam itu juga" sahut Diang Wangi.
"Aduh... ini sangat memalukan!' kata Datu Magat, ia termenung sambil terus berpikir, akhirnya Datu mendapat akal tak lama setelah itu Datu pergi mencari rumpun bamban sebanyak-banyaknya, setelah terkumpul rumpun bamban itu beliau bikin menjadi tali yang sangat panjang dan siap digunakan untuk menjebak orang yang sudah menghamili adiknya. Pada malam berikutnya datanglah laki-laki yang sudah menghamili adiknya tersebut dan bermaksud untuk meniduri Diang Wangi kembali, orang tersebut tidak memakai pakaian kecuali cawat yang terbuat dari kulit kayu, setelah selesai orang tersebut bergegas meninggalkan kamar Diang Wangi tanpa menyadari bahwa dalam kegelapan Diang Wangi telah mengikatkan tali tersebut ke cawat laki-laki yang terbuat dari kulit kayu tersebut. Besok harinya Datu Magat memeriksa tali yang digunakannya untuk menjebak orang yang sudah menghamili adiknya itu dan terlihat bahwa gulungan tali tersebut sudah hampir habis, segera Datu Magat mengikuti tali tersebut, setelah keluar rumah tali tersebut menuju pohon yang sangat besar dan berlubang terus masuk kedalam lubang sampai kedalam balambika atau busut jantan cara berjalannya pun berbelok-belok sampai akhirnya Datu bertemu dengan laki-laki tersebut yang sedang tertidur dibawah pohon belimbing.
"Kalau kubunuh ia waktu tidur, aku pengecut, bukan laki-laki, lebih baik kubangunkan dia, lebih baik sama-sama siaga sama-sama membuka dada" ujar Datu Magat dalam hati, lalu Datu membangunkan orang itu tapi tidak juga mau bangun, akhirnya Datu Magat mendapatkan akal, diikatkannya bulu kaki Datu dan bulu kaki orang itu, setelah dirasa cukup kuat Datu lalu menyentakkan kakinya kuat-kuat, karena sentakan itu laki-laki itu akhirnya terbangun, begitu dilihat ada Datu Magat dihadapannya ia langsung bersimpuh dan memanggil "oh..kakak." ujarnya, "kamu jangan mudah memanggilku kakak, kamu sudah mencoreng arang dimukaku, membuatku malu, mengapa engkau melakukan perbuatan keji itu sehingga adikku hamil padahal ia belum menjadi istrimu?" kata Datu Magat dengan marahnya.
"Aku wahai kakak ku banyak-banyak minta ampun, aku menyesal, seandainya sekarang kakak mau membunuhku aku tidak akan melawan" jawab laki-laki itu.
Melihat hal yang demikian Datu Magat akhirnya tak sampai hati membunuh laki-laki itu karena ia sudah terus terang mengakui kesalahannya dan bersedia untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, "Ulun (saya bahasa Banjar) berjanji akan membantu dan membalas budi kakak apabila dikemudian hari kakak memerlukan pertolongan ulun, maka panggillah nama ulun" katanya.setelah kejadian itu maka dikawinkanlah Diang Wangi dan laki-laki itu, selanjutnya suasana tenang dan damai meliputi keluarga Datu Magat.
Putus cerita Datu Magat tersebutlah cerita sebuah kerajaan yang terletak dikampung Paramain sekarang, nama rajanya adalah Lambu Garang dan istrinya bernama Singkap Siang, Raja Lambu Garang ini sangat terkenal karena ke dzalimannya dan sangat kejam, segala hasil pertanian harus dibagi dua walaupun tanah garapannya milik petani itu sendiri.
Pada suatu hari Raja Lambu Garang berburu bersama para pengawalnya, sampai dihutan ia berputar-putar mencari binatang buruan, namun saking asiknya tanpa ia sadari ia tersesat sampai ke kebun Datu Magat, didalam kebun Datu Magat ini tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, ada pohon durian, cempedak, rambutan, langsat (duku) dan buah buahan lain (disebut kebun buah Harung), dan dikebun inilah dia bertemu dengan istri Datu Magat yang berparas cantik tiada bandingnya.
Alhasil akhirnya Raja Lambu Garang langsung jatuh hati, meski ia sudah mempunyai lebih dari 40 orang istri dan banyak lagi gundik, namun Lambu Garang tidak berani mengambil secara terang-terangan, akhirnya dicarinya akal, singkat kisah diangkatlah Datu Magat sebagai Patih Kerajaan, setelah sekian lama Datu Magat diangkat menjadi patih, maka makin dekatlah hubungan keduanya dan raja sudah berkenalan dengan keluarga Datu, karena kedekatan mereka maka raja beranggapan sudah saatnya untuk mengambil isteri Datu Magat yang bernama Diang Sasar, oleh karena itu raja memerintahkan diadakan keramaian.seluruh rakyat diundang, segala macam permainan diadakan, pestanya berlangsung meriah sekali, ditengah keramaian itulah raja mengatur siasat untuk menjauhkan Datu Magat dari isterinya si Diang Sasar, raja kemudian mengatakan dengan Datu bahwa ia sangat menginginkan meminum madu dan mengajak Datu untuk mencari madu lebah dihutan.
Setibanya dihutan akhirnya mereka menemukan sarang lebah diatas pohon kusi yang sangat besar, orang tidak akan dapat menaiki kecuali dengan lantak (sejenis tangga) karena besar dan tingginya pohon tersebut. Dengan cekatan Datu Magat menaiki pohon kusi dengan menggunakan lantak untuk mengumpulkan sarang lebah tersebut, namun ketika Datu Magat berada diatas pohon itu saat itulah raja menjalankan muslihatnya dengan memotong lantak tersebut padahal hanya dengan lantak itulah Datu Magat bisa naik dan menuruni pohon itu, dengan memotong lantak itu raja berharap Datu Magat tidak akan dapat turun dan mati kelaparan diatas pohon itu, sekian lama Datu Magat termenung diatas pohon kusi, tiba-tiba Datu teringat pesan adik iparnya kalau dalam kesulitan untuk memanggil dirinya, dalam sekali panggil datanglah iparnya itu dan membantu Datu Magat menuruni pohon besar dan tinggi tersebut.
"Ini pengkhianatan raja kepada kakanda dan raja menghendaki kematian kakanda" ujar iparnya tersebut, kemudian mereka berdua berjalan memasuki sebuah hutan yang bernama hutan Balabar, didalam hutan ini iparnya meminta Datu Magat untuk mengambil buah limpasu sebanyak 3 biji dan menyuruhnya menyimpan didalam kantong celananya, iparnya berpesan apabila sudah tiba ditempat keramaian agar melempar buah limpasu itu dan apabila terdengar bunyi ledakan agar segera menjauhi tempat itu karena tempat itu telah dihancurkan, ketika tiba ditempat keramaian itu Datu Magat segera melemparkan buah limpasu tersebut, lemparan pertama dan kedua tidak menimbulkan ledakan, baru pada lemparan ketiga terdengarlah ledakan yang sangat dan mengoncang bumi, Datu Magat segera pergi dari tempat itu karena kerajaan beserta seluruh penghuni termasuk isteri Datu Magat si Diang Sasar telah tewas, setelah kejadian itu Datu Magat berpisah dengan adik iparnya.
.
Sejak saat itu Datu Magat tinggal bersama adiknya yang tengah mengandung, satu ketika Datu Magat megutarakan keinginannya untuk menikah lagi, setelah disetujui oleh adiknya akhirnya Datu Magat menikah dengan Puteri Raja Kait yang kecatikannya melebihi Diang Sasar, sebelum pergi adik iparnya berpesan apabila istrinya nanti melahirkan supaya diberi nama Arya Tadung Wani, setelah tiba saatnya melahirkan ternyata adik Datu Magat melahirkan seorang anak laki-laki dan dilehernya terdapat sisik seperti sisik ular, maka sesuai pesan adik iparnya anak itu diberi nama Arya Tadung Wani (dari Arya Tadung Wani inilah cikal bakal orang Kandangan Hulu Sungai Selatan).
Di akhir hidupnya Datu Magat berpesan kalau beliau meninggal agar dikebumikan di dalam kebun beliau yaitu didalam kebun beliau di kampung Harung, dan sampai sekarang masih terdapat makam Datu Magat dikampung Harung Kabupaten Tabalong Tanjung dan beliau kerap juga disebut orang Datu Harung, wallahu a'lam.
Sumber: Datu Datu Terkenal (Kisah Para Datu dan Ulama Kalimantan)
Post a Comment Blogger Disqus