Guru Ruhani Sejati Bagian 11
(Kenali Posisi Anda dalam Tariqat)
Syaikh Muhammad Hisham Kabbani
Masjid Peckham, 23 Februari 1995 - Ramadhan
Audzu billahi min ash-shaitan ir-rajiim Bismillah ir-Rahman ir-Raheem.
Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an "Bismillah ir Rahman ir-Rahiim. Patuhlah kepada Allah swt, patuhi Rasulullah, dan patuhi para pemimpinmu," Ini berarti patuh kepada Masyaikh. Rasulullah bersabda dalam hadits yang sahih, "ad-diinu nasiiha" yang artinya "Agama adalah nasihat." Agama bukan seperti materi kuliah untuk dipelajari dan diajarkan oleh seorang cendikiawan. Agama adalah nasihat, dan nasihat tidak akan didapat tanpa melalui pengalaman. Nasihat tidak bisa diturunkan lewat teori. Orang yang memberikannya harus mempunyai pengalaman tentang apa yang diberikannya itu. Sayyidina Shah Naqshaband berkata, "tariqatuna as-suhbah wal-khayru fil-jam`iyya" "Tariqat kita adalah berdasarkan asosiasi, kita menjaga kebersamaan, suhbah atau asosiasi, dan perkumpulan yang terbaik dicapai melalui kebersamaan.”
Bisa juga dikatakan, “Jalan kita adalah lewat bimbingan, dan yang terbaik lewat kejama’ahan atau asosiasi.” Tanpa asosiasi, tanpa nasihat, tidak mungkin kita mendapatkan kebaikan. Sekarang, setiap kali Maulana Syaikh Nazim meminta Saya untuk berbicara, Saya merasa malu. Karena Anda semua, masya Allah adalah para murid senior. Dan Anda semua mempunyai pengalaman yang luas, kalian memiliki bintang di pundak kalian, seperti saudara kita di sini, Syaikh Ali, kalian semua adalah atasan. Mustahil seorang prajurit memberi nasihat kepada atasan. Jadi makin sering Maulana berkata, “Bicaralah sesuatu,” Saya merasa, diri saya ini tidak mengetahui apa-apa.
Ini juga merupakan ujian bagi Saya. Saya merasa seperti terpojok. Karena Saya merasa apa pun yang akan Saya katakan, ada beberapa orang yang bisa menerima, dan yang lainnya tidak. Saya tidak ingin mengatakan bahwa pembicaraan itu tidak ada gunanya sama sekali, karena selama ada seorang yang mendapat manfaat, Saya akan berbicara. Tetapi, pada saat yang sama, Saya merasa malu kepada orang yang tidak senang dengan apa yang Saya katakan. Mungkin mereka merasa bahwa mereka telah dipaksa untuk mendengarkannya.
Saya sangat muda ketika Saya pertama kali datang kepada Maulana Syaikh Nazim. Tidak perlu untuk membicarakan apa yang Saya lihat dari beliau, tetapi jangan berpikir bahwa ego akan menyerah begitu saja. Ego tidak pernah menyerah. Bahkan jika salah seorang dari kita berkata bahwa dia mencintai Maulana Syaikh Nazim, ego kita juga tidak menyerah. Kita telah bepergian dengan jarak yang cukup jauh untuk sampai ke sini (London Inggris), untuk duduk bersama Maulana Syaikh Nazim selama 10 hari atau 1 minggu, beberapa orang ada yang datang hanya untuk 3 hari lalu pergi kembali. Bahkan bagi mereka yang mempunyai antusias tinggi dan juga energi yang tinggi, ego mereka juga tidak menyerah.
Bagaimana kalian dapat mengetahui bahwa ego tidak menyerah? Itu Mudah. Ketika Syaikh mengirimkan ujian kepadamu, Syaikh biasanya mengirimkan ujian, bukan untuk mengetahui sampai di mana tingkat pencapaian kamu, atau apakah kamu gagal, atau tidak, karena mereka telah mengetahui semuanya. Mereka tidak membutuhkan informasi semacam itu, karena mereka adalah orang-orang yang berdiri di belakangmu, tetapi mereka ingin kalian mengetahui sampai di mana kalian mampu berdiri sendiri.
Jika seorang anak atau seorang bayi tidak pernah jatuh, dia tidak akan belajar bagaimana cara berjalan. Kita harus jatuh, dan Masyaikh akan membiarkan kita jatuh, agar kita dapat berdiri sendiri nantinya. Agar kita bisa menemui mereka. Ibu si bayi mencoba menjaga jarak dengan bayinya, satu atau dua meter darinya, lalu dia memanggilnya sehingga si bayi akan menghampirinya, kemudian bayi itu terjatuh, barulah si Ibu menangkapnya. Dengan cara ini Ibu mengajarkan bayinya untuk datang kepadanya dengan berjalan kaki di waktu berikutnya.
Ujian ini diletakkan di hadapan kita agar kita tidak kehilangan harapan, kita harus selalu mempunyai pikiran bahwa suatu hari nanti kita akan menyerah. Rasulullah adalah orang yang sempurna, Sayyidina Muhammad, dia adalah manusia yang sempurna, dia memiliki jiwa yang sempurna, beliaulah yang akan pertama kali sampai pada Kehadirat Ilahi, beliau adalah cermin dan juga pintu bagi seluruh makhluk. Dengan semua kebesaran itu, hidup beliau tetap saja penuh dengan kesulitan dan penuh perjuangan. Suku Quraisy datang kepadanya dan berkata, “Wahai Muhammad! Jika kamu menginginkan kekayaan, kami akan memberikannya kepadamu, jika kamu menginginkan Ka’bah, kami akan memberikannya kepadamu.
Jika kamu menginginkan ketenaran, kami akan memberikannya kepadamu, dan jika kamu menginginkan jabatan, kami akan mengangkat kamu sebagai pemimpin.” Lalu beliau menjawab dengan ucapannya yang sangat terkenal, “Jika mereka memberikan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, Aku tidak akan meninggalkan ajaran Allah di belakang.” Jadi apa pun yang akan terjadi, kita harus berjuang untuk mencapai yang terbaik. Kita harus menjaga iman kita sebagaimana Syaikh kita datang, menunjukkan dan membuka jalan yang benar bagi kita.
Pertama kali kita harus menggapai hati Syaikh dan dari beliau kepada hati Rasulullah, lalu kepada Kehadirat Allah. Sebagaimana yang telah dilukiskan Allah dalam Al-Qur’an, “Ketika ummat manusia berbuat zhalim terhadap diri mereka sendiri, mereka datang kepadamu, wahai Muhammad.” Ini adalah ayat dalam Al-Qur’an. Ayat itu mengisyaratkan adanya perantaraan. “Mereka datang kepadamu, wahai Muhammad, dan mereka memohon ampun kepada Allah swt,” dan itu saja belum cukup. Allah telah mengatakannya! Jika meminta ampun kepada Allah saja cukup, maka seseorang dapat berhenti di situ. Ketika mereka mendatangi Muhammad dan memintakan pengampunan atas namanya, barulah mereka akan mendapatkan pengampunan dari Allah swt.
Allah mengatakan hal itu! Jika bertaubat kepada Allah saja cukup, maka seseorang dapat berhenti sampai di situ, tetapi ayat dalam Al-Qur’an tidak berhenti sampai di situ. Keseluruhan ayat itu berbunyi, “Dan ketika mereka telah menzhalimi diri mereka sendiri, jika mereka datang kepadamu dan memohon ampunan Allah dan meminta Rasulullah untuk memohonkan ampunan bagi mereka, barulah mereka akan menemukan bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” “Pada saat itu mereka akan menemukan bahwa Allah Maha Pengampun,” berarti itu adalah kondisi pada saat Rasulullah saw memohonkan ampunan atas nama kita. Dan para pemimpin yang disebutkan oleh Allah dalam ayat, “Patuhlah kepada Allah, patuhi Rasulullah dan patuhi pemimpinmu.”
Itu berarti ketika kita memohon ampun, kita harus benar-benar bertaubat dalam kehadiran mereka kepada Allah swt karena do’a orang–orang yang saleh akan dikabulkan oleh Allah swt. Dengan kata lain kita harus berdo’a melalui perantaraan mereka. Sebagaimana firman Allah, “Wahai orang-orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan tetaplah bersama orang-orang yang dapat dipercaya.” Para pemimpin itu adalah orang-orang yang dapat dipercaya. Ketika mereka mengangkat tangannya untuk berdoa, “Ya Allah ampunilah mereka!” Allah akan mengampuni kalian.
Kita semua adalah bayi dan kita terjatuh, bangun dan jatuh lagi. Satu hari bangkit, sehari kemudian jatuh, satu hari jatuh hari berikutnya bangun. Walaupun seorang bayi terjatuh, dia tidak mengetahui apa yang sedang dilakukannya, ibunya sangat sayang kepadanya, begitu juga keluarganya. Mereka membersihkannya, memandikannya, memberi bedak, mereka tidak pernah merasa bosan atau jemu dalam membesarkan anaknya. Kita semua dalam pandangan Syaikh adalah anak-anaknya, oleh sebab itu beliau memandikan kita, membersihkan kita, memberi kita bedak agar tubuh kita menjadi wangi walaupun pada kenyataannya kita berbau busuk. Tetapi beliau memberi kita bedak aromatik yang sangat special, sangat mahal dan eksklusif.
Orang kaya tidak suka membeli parfum murahan, palsu, atau bercampur alcohol, mereka membeli parfum tua yang nilainya sangat tinggi dan dengan merek yang terkenal. Mereka berkata, “Parfum seharga lima puluh pound, itu baru bagus; kalau yang dua pound, itu tidak bagus.” Syaikh memberi kita wewangian yang tua, bernilai tinggi, dan mahal, jangan menyia-nyiakannya dengan terus melakukan perbuatan dan perilaku buruk. Kita semua masih seperti bayi, bahkan beberapa orang dari kita masih berada dalam momongan. Beberapa yang lain mulai merangkak dengan kedua kaki dan tangannya seperti makhluk lain yang Saya tidak mau sebutkan namanya, karena nanti mereka akan bilang, “Syaikh Hisham menyebut kita binatang.” Hal ini karena Saya berada dalam pengawasan yang ketat, mereka sangat memperhatikan setiap kata yang Saya ucapkan, sehingga mereka akan meninggalkan 99% bagian yang baik yang telah diberikan dalam pelajaran ini, mereka juga akan mengeluarkan kritik.
Saya senang dengan sifat kritis ini agar nanti Saya bisa mengoreksi diri dan untuk yang berikutnya Saya akan lebih akurat lagi. Jadi kita harus seimbang dengan memperhatikan kondisi hati setiap orang. Saya lanjutkan, yang lain bisa berjalan dan merangkak dengan kaki dan tangannya, atau mereka bisa berjalan dengan kakinya. Yang lain bisa berjalan namun karena belum kuat mereka terjatuh, sementara yang lain lagi bisa berjalan dengan tegap. Walaupun mereka bisa berjalan, tetap saja ibunya masih memegang tangannya. Mereka belum bisa dilepaskan begitu saja, karena kalau dibiarkan mereka akan mengambil apa saja yang ada di meja, menghancurkannya dan akan merusak rumah.
Begitu mereka mulai berjalan, mereka menjadi masalah, mereka menjadi berisik. Ayah dan Ibu harus berlarian ke sana ke mari seharian untuk mengejar mereka, karena kalau saja pintu terbuka kemungkinan anaknya akan keluar dan bisa saja dia tertabrak mobil lalu meninggal. Dia akan menghancurkan dirinya sendiri, ini adalah keadaan yang paling membahayakan. Ketika dia mulai sedikit terlihat dewasa, orang tua mulai memberi kepercayaan kepada mereka untuk melakukan pekerjaannya sendiri. Walaupun dia masih mungkin melakukan kesalahan tetapi ini masih bisa dipantau dan kesalahan ini tergolong minor. Sampai dia bisa bertanggung jawab dan Syariat mengharuskan dia melakukan segala kewajiban dalam Agama ketika dia berusia 15 tahun dan telah dewasa atau akil baligh.
Tetapi dalam tariqat walaupun kalian telah mencapai usia 70 tahun, kalian masih dianggap sebagai anak kecil tanpa “tanggung jawab” yang sebenarnya. Jangan berkata, “Saya telah bersama Syaikh selama 70 tahun tetapi Saya tidak mencapai apa-apa!” Perhatikanlah apa yang bisa terjadi. Kalian mungkin bisa merusak dirimu sendiri dan siapa saja yang berada di dekatmu. (Redaksi : Apa yang dimaksud oleh Syaikh Hisham di sini adalah bahwa Syaikh tidak membebani kita dengan beban kepercayaan spiritual (amanaat), karena kita tidak bisa menanganinya dengan tepat, malah mungkin kita akan menyebabkan bahaya ketimbang mendatangkan keuntungan).
Dengan demikian orang tidak melihat adanya suatu keajaiban atau karamat pada murid-murid Syaikh Nazim, dan seringkali kita merasa bahwa kita telah mencapai suatu kemajuan dalam hal spiritualitas. Hal ini berlawanan dengan tariqat lain yang sering terjadi kashf, dan tidak mustahil suatu keajaiban diberikan kepada murid bahkan ketika dia masih berada di tingkat yang rendah. Wallahu `aalim - dan Allah Maha Tahu. Kalian harus mencapai kondisi agar para Syaikh membiarkan kalian melakukan jalanmu sendiri. Tentu saja ketika kalian akan terjatuh dan mereka akan membantu mengangkatmu kembali. Kalian akan terjatuh, mustahil kalian bilang, “Tidak, Aku tidak akan membuat kesalahan lagi. Sekarang Aku adalah seorang Syaikh besar; Tidak mungkin, Aku seorang deputi sekarang; atau Aku seorang murid senior; atau Aku seorang wakil atau utusan dari Syaikh. Aku yang memimpin dzikir, Syaikh memberi otoritas kepadaku untuk memimpin dzikir. Oh, sekarang Aku adalah sebuah balon yang besar.” (tertawa) Penuh dengan udara di dalamnya.
Kemudian Psssh! [membuat gerakan seperti membiarkan udara keluar dari dalam balon] Tamatlah sudah. Kalian harus seperti roket, bertekad kuat, barulah tidak ada yang dapat mempengaruhi kalian, sebagaimana ketika kalian mengalami peningkatan dan membawa orang-orang bersamamu ke kehadirat Syaikh. "Deputi" adalah salah satu jabatan yang besar begitu pula dengan "Representatif" dari seorang Syaikh. Hal itu berarti seorang Syaikh bergantung kepada orang yang bersangkutan baik dalam kehadirannya maupun ketika beliau tidak hadir untuk memberikan nasihat, menyembuhkan suatu penyakit dengan izin Allah, melakukan pembacaan ayat Qur’an, menafsirkan suatu mimpi, membimbing murid, memimpin dzikir dan memberikan izin kepada seseorang untuk memimpin dzikir, meningkatkan level murid ke jenjang yang sanggup mereka raih, membesarkan bayi hingga mereka bisa berjalan atau mencapai usia di mana bayi itu bisa berjalan. Lalu dia akan membawa mereka semua dan mempersembahkan mereka kepada Syaikh.
Sayyidina Khalid Al-Baghdadi mempunyai 300 deputi atau khalifa. Kita mengucapkan kata "khalifa" dalam bahasa Arab, tetapi bangsa Arab mengetahui bahwa "khalifa" bukan berarti “penerus”, tetapi “deputi”. Beliau mempunyai 300 deputi dan beliau menyebarkannya ke seluruh penjuru Timur dan Barat, dan mereka semua membawa murid-muridnya ke kehadirat Syaikh, mereka semua memimpin murid-muridnya kepada Syaikh. Namun demikian setelah Syaikh Khalid wafat terbentuklah 300 cabang dalam Tariqat Naqshbandi. Karena setiap orang begitu terikat dengan khalifa-nya masing-masing, di mana mereka biasa berasosiasi dengannya, khalifa yang telah ditunjuk oleh Sayyidina Khalid kepada mereka.
Setiap orang begitu dekatnya dengan khalifa setempat, mereka berkata, “Dialah milik kami! Dialah pembimbing kami, setelah Syaikh, dialah pembimbing kami. Kami tidak bisa menerima yang lain.” Bisa jadi yang lain lebih tinggi tetapi karena mereka tidak pernah melakukan hubungan dengannya, mereka tidak mengetahui apa-apa tentangnya. Mereka bertaut dengan seorang deputi yang diikutinya, yang membawanya kepada kehadirat Sayiddina Khalid. Namun demikian, beberapa dari mereka membawa para pengikutnya dengan keledai, seperti mengendarai keledai, yang lain dengan unta, ada yang berjalan, ada yang seolah-oleh dengan mobil, pesawat, kereta api, atau roket, tergantung kapabilitas dari deputi atau khalifahnya.
Tetapi ada juga hikmah dan manfaatnya dari terbentuknya 300 cabang dalam Tariqat Naqshbandi setelah wafatnya Sayiddina Khalid. Tetapi rahasia dari Mata Rantai Emas hanya diturunkan ke satu cabang, dan tidak kepada 299 cabang lainnya. Jadi apa yang terjadi dengan yang lain itu? Apakah kita bisa menganggap mereka itu telah putus hubungan? Tidak, kita tidak bisa bilang begitu. Dalam sufisme, ada dua macam Syaikh, yaitu: Syaikh ul-wilaya dan Syaikh at-tabarruk. Syaikh ul-wilayat adalah Syaikh yang mempunyai kekuatan Awliya dan kekuatan untuk mengangkat muridnya ke tingkatan Wali. Syaikh inilah yang memegang rahasia utama. Syaikh yang kedua adalah Syaikh yang membawa tajalli atau baraka, berkah dari tariqat. Inilah yang mengakibatkan baraka tersebut menyebar luas, karena terdapat hikmah atau kebijaksanaan di belakang segala sesuatu. Orang yang mempunyai kekuatan dan rahasia kewalian inilah yang memegang cabang utama dari tariqat. Rahasia utama atau arus listrik yang utama. Kalian perhatikan bahwa arus listrik ini masuk ke dalam gedung dari luar, tetapi dia dapat menerangi seluruh gedung. Setiap lampu melambangkan satu cabang, tetapi seluruh kekuatan berasal dari luar. Mengerti?
Cabang-cabang ini hanya bisa memberi cahaya seperti dua atau tiga buah lampu. Jika kalian menambahkan lebih banyak mereka akan meledak. Situasi semacam ini terjadi pada masa setelah wafatnya Sayiddina Khalid Baghdadi. Salah satu dari mereka adalah cabang utamanya, yang lain adalah cabang yang kecil-kecil, hanya menerangi orang-orang setempat. Yang pertama adalah Syaikh ul-Wilaya, Syaikh dengan kekuatan Wali, orang yang menanggung semua tanggung jawab dari seorang Syaikh, yang lainnya adalah Masyaikh yang tugasnya menyebarkan tariqat ke seluruh penjuru Timur dan Barat. Karena yang satu tidak bisa berada di mana-mana, oleh sebab itu lewat ke-299 Syaikh, terbentuklah 299 cabang, masing-masing di daerah yang berbeda sehingga lebih banyak orang yang mengikuti tariqat.
Walaupun rahasia utama tidak mencapai hati mereka, paling tidak mereka mempunyai hubungan dengan tariqat ini. Karena setiap orang yang mengatakan bahwa dirinya adalah Naqshbandi harus berada dalam kehadirat Rasulullah dan Sayiddina Abu Bakar ketika berada di Gua Tsur, ketika Rasulullah bermigrasi dari Mekkah ke Madinah. Itulah saat pertama mereka menerima tariqat Naqshbandi dari Sayiddina Abu Bakar dan untuk pertama kali dzikir Khatim Syariif dilaksanakan di gua itu. Setiap orang yang mengatakan dirinya, “Aku seorang Naqshbandi,” walaupun dia terhubungkan lewat salah satu cabangnya, melalui Syaikh al-baraka, dia tetap hadir di sana. Namun demikian, rahasia utama tetap berada di satu cabang saja.
Jadi, sebagian dari 299 khalifa dari Sayiddina Khalid Al-Baghdadi menerima satu orang pemegang rahasia utama, tetapi kebanyakan yang tidak menerimanya. Beberapa Syaikh mentransfer para pengikutnya kepada Syaikh utama, yaitu Syaikh Ismail, tetapi yang lain tidak. Tipe percabangan ini juga terjadi pada masa Grandsyaikh ‘Abdullah. Saya hadir di sana, Saya berada di Syria. Pada saat itu banyak murid dari Syria yang menerima Maulana Syaikh ‘Abdullah dan yang lainnya tidak. Itu adalah ego, egoisme. Bagaimana mereka akan menerima? Mereka adalah para Syaikh besar dengan turban yang besar, lebih besar dari turbannya Maulana Syaikh Nazim.
Beberapa di antara mereka mempunyai turban sekitar 40 meter di kepalanya, yes! (tertawa) Mereka semua hadir ketika Maulana Grandsyaikh ‘Abdullah membuat surat wasiatnya, seminggu sebelum beliau wafat. Mereka yang hadir dan duduk bersama mendorong dan melihat pada Maulana Grandsyaikh, “Di mana nama-nama kami dalam daftar itu?” dan nama-nama mereka tidak pernah disebutkan. Mereka berada di sana, duduk di sana dan ketika Maulana pergi, setelah beliau membuat surat wasiat, mereka membuat satu salinannya lalu mereka menambahkan nama-nama mereka. Saya tidak bisa menyebutkan nama-nama mereka. Itu akan selalu menjadi masalah. Jadi kita harus membuka hati kita.
Seperti yang dikatakan oleh Syaikh Jamaluddin “Ego tidak akan membiarkanmu untuk menerima fakta dan kebenaran.” Dengan perintah Syaikh Nazim dia akan berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain di Eropa. Oleh sebab itu dia mempunyai pengalaman tentang hal itu, dan seperti itulah tariqat. Tariqat adalah pengalaman. Kalian tidak bisa duduk di rumah dan berkata, “Aku mengerjakan bisnisku, tugasku di universitas, Aku mengajar, Aku melakukan bisnisku di kantor dan Aku ikut tariqat, Aku melaksanakan dzikir dan datang pada malam hari, berdzikir dan Aku mengetahui segala hal!” Tidak! Itu bukan pengalaman namanya, pengalaman berarti bergaul dengan masyarakat, datang dan berbicara dengan mereka untuk mengetahui cara berpikir mereka, bagaimana mereka merasakan kesulitan yang dihadapi, melalui ujian, lewat beragam ujian yang berbeda, dan dengan cara itu kalian membangun pengalaman kalian.
Itulah sebabnya Maulana Syaikh Nazim menginginkan kalian untuk bepergian, agar kalian bisa mempelajari kebudayaan masing-masing daerah. Beliau menginginkan agar kita selalu waspada terhadap segala hal. [terhadap kebudayaan setempat sebelum kita berbicara]. Namun demikian, bukan berarti kalian tidak mempunyai izin untuk berbicara dengan orang-orang itu jika kalian tidak mengenal kebudayaan mereka, Bukan, bicaralah dengan siapa saja yang kalian inginkan. Tetapi harus diingat, kalian harus berhati-hati terhadap hal-hal dalam kebudayaan mereka yang tidak kalian sadari.
Ketika Saya sedang berada di Amerika ada seseorang yang datang kepada Saya dengan mengeluh. Dia berkata, “Syaikh, Aku ingin mengeluarkan uneg-uneg kepadamu.” Inilah yang dia katakan, “Aku tidak mau menerima cara Anda memperlakukan Kami!” Dia adalah orang yang baik, dan dia suka kepada Saya, tetapi bukan berarti apa yang dikatakannya adalah baik. Saya hanya akan mengatakan satu hal, dan itu akan menunjukkan kepadamu betapa besar keburukan ego kita. Hal itu mustahil dan luar biasa! Dia adalah orang Amerika, dan itu adalah cara mereka untuk mengekspresikan sesuatu, tidak memendam sesuatu dalam hatinya. Mereka harus mengeluarkan apa yang mereka rasakan atau mereka merasa bahwa mereka akan meledak.
Dia berkata, “Ini adalah negri yang bebas, dan Kami bukan Nazi. Di sini tidak ada perjuangan, Anda tidak bisa memaksa orang lain.” Saya berkata, “Saya tidak pernah memaksa seseorang di Amerika, siapa saja.” Dia bilang lagi, “Tidak, tidak, tidak, Anda memaksa semua orang.” Saya heran, “Dalam hal apa?” Dia berkata, “Ketika Kami datang menemui Anda saat Zuhur, Ashar atau Maghrib—itu adalah suatu masalah yang sangat besar.” Itu dianggap sebagai komplain yang besar bagi setiap orang. Orang Amerika merasa malu untuk shalat. Dia berkata lagi, “Anda telah mencampuri urusan pribadi kami.” Saya lalu berpikir, “Hari kiamat akan datang kepada Saya dan Saya dalam masalah besar.” (tertawa) Dia berkata, “Ketika kami mengunjungi Anda, kadang-kadang kami datang pada saat Zuhur, atau Ashar, saat itu Anda sedang makan, dan Anda menyodorkan makanan kepada Kami dan Kami bilang, ‘tidak!’ lalu Anda memaksa Kami untuk makan, dengan berkata, “Kalian duduk dan sekarang kalian harus makan.”
“Anda tidak bisa memaksa Kami untuk makan! dengan paksaan seperti itu. Kami adalah orang Amerika, Kami berada di negri yang bebas, Anda tidak bisa memaksa Kami. Ini adalah suatu kezaliman, ini adalah tirani, Kami tidak mau makan.” Mawlana Syaikh menjawab, dinegri saya, jika anda tidak mendesak tamu untuk makan, maka tamu selalu merasa malu untuk mengatakan “ya” ketika diminta untuk makan. Tetapi jika Saya tidak mengajaknya makan, Saya merasa bahwa Saya telah menghina tamu. Dalam kebudayaan Amerika, yang terjadi adalah kebalikannya. Jika Anda mendesak tamu untuk makan, itu berarti Anda telah mengintervensi tamu. Ketika dia bilang “tidak” itu artinya dia tidak ingin makan, jadi tidak perlu memaksanya untuk makan. Orang itu datang kepada Saya untuk mengatakan bahwa inilah yang menjadi keluhan orang Amerika tentang perilaku Saya.
Jadi untuk itulah mereka mengeluh. Jadi ini adalah masalah besar bagi orang Amereika, sementara bagi Kami itu adalah simbol keramahan. Jadi Maulana Syaikh mengirimkan murid-muridnya, murid yang senior atau deputinya untuk bepergian ke negri yang berbeda-beda, dengan tujuan untuk mengenal budaya mereka. Karena semua kebudayaan harus melebur menjadi satu dalam tariqat ini. Kita tidak bisa bilang bahwa kita adalah orang Amerika, Perancis, Arab, Jerman, Turki, Inggris, Skotlandia, Irlandia, Malaysia, atau Pakistan. Yang ada hanya satu simbol, yaitu kecintaan Syaikh kita, kita semua berasal darinya. Ini adalah sasaran terbesar, Itulah sebabnya Maulana mengirimkan setiap orang untuk belajar dan mendapatkan pengalaman.
Perawi hadits yang paling penting adalah Imam Bukhari. Beliau tidak pernah menulis hadits sebelum mandi, shalat 2 rakaat lalu tidur. Lalu dalam mimpinya beliau akan bertemu Rasulullah yang mengatakan, “Tulislah hadits ini pertama, menyusul yang itu, berikan nama bab itu sebagai, ‘Bab tentang Wudu’, tentang Zakat, Shalat, dan begitu seterusnya. Beliau tidak pernah membaca hadits walaupun itu diizinkan kecuali setelah beliau mandi, dan shalat dua rakaat, lalu tidur dan bertemu dengan Rasulullah dalam mimpinya. Rasulullah kemudian memerintahkan untuk meletakkan suatu hadits di bab tertentu. Hadits pertama yang beliau tuliskan dalam bukunya adalah, “Perbuatan seseorang adalah tergantung pada niatnya, jika niatnya untuk Allah dan Rasulullah , maka dia akan diberi balasan sesuai dengan niatnya itu.” Bahkan jika orang itu membuat kesalahan [dalam melakukan pekerjaannya] tetapi jika niatnya baik [dia juga akan diberi balasan yang setimpal]. “Dan bagi siapa yang berniat untuk dunya, untuk kesenangan dunia ini orang itu akan mendapatkannya pula.”
Jadi niat adalah hal yang sangat penting dan harus kita perhatikan. Bisa jadi seseorang tidak beruntung, tetapi dia berusaha dengan sebaik-baiknya. Tetapi karena tidak beruntung mereka malah menghinanya. Kemudian dia menjadi lelah. Dan seperti yang dikatakan oleh Rasulullah , “Berhati-hatilah dengan kesabaran orang yang sabar, bisa jadi dia akan meledak.” Ketika hal itu terjadi dia akan bergerak seperti kereta api, melabrak dan menghancurkan semua yang ada di hadapannya. Jadi kita harus menetapkan niat, dan itulah sebabnya Rasulullah bersabda, “Berusahalah selalu untuk melihat sesuatu dari sisi yang baik, segalanya dilihat dengan interpretasi yang baik.” Jangan memandang suatu masalah dengan interpretasi yang salah karena kalian tidak bisa melihat hati seseorang, kalian tidak bisa mengerti apa yang ada di dalam hati. Jika kalian menarik interpretasi yang salah, pemahaman yang salah mengenai niat seseorang, kalian akan membuat suatu kesalahan. Jika kalian memandang segala sesuatu dengan kebaikan, SEGALANYA, Rasulullah berkata SEGALANYA, dengan interpretasi yang baik tidak su’uzon maka kalian mungkin benar. Oleh sebab itu kita harus selalu berada dalam hubungan dengan Maulana Syaikh. Kita masih sering jatuh, jatuh, jatuh, dan jatuh.
Di Amerika ini, jangan pernah berkata bahwa kalian rendah hati. Jika kalian berkata demikian, maka ketika kalian berbicara dengan orang lain dan berkata, “Tidak Aku tidak mengetahui apa-apa, andalah sumber inspirasiku.” Mereka akan memandangmu seolah-olah kalian adalah sampah (tertawa). Kalian sebaiknya berkata, “Aku adalah yang paling pandai di sini.” Itulah yang mereka inginkan. Jangan berkata aku tidakmengetahui apa-apa, jangan di Amerika! Jangan menjadi bodoh seperti Saya (tertawa). Jika kalian pergi ke Amerika dan berkata demikian, kamu akan habis, tamat! Kalian tidak bisa berkata, “ Aku rendah hati”, kalian tidak bisa berkata”Oh! Maafkan Aku! Aku orang yang lemah yang duduk bersamamu.” Ketika kalian datang, insya Allah ke Amerika untuk menghadiri undangan di suatu Universitas atau di mana pun, jangan pernah berkata, “Aku yang terlemah”, mencoba untuk merendah. Katakanlah, “Aku adalah Presiden (tertawa)” Inilah cara berpikir mereka.
Jangan berpikir bahwa Maulana Syaikh tidak mendengarmu. Jika beliau mengerahkan kekuatan untuk menjadi kashf atau tanpa penghalang yang diberikan oleh Allah swt, beliau dapat mendengar seluruh percakapanmu. Bagaimana kalian mendengar bunyi guntur? Sejelas itulah kira-kira suara yang didengar oleh para Awliya. Hal itu tidak sulit bagi Allah swt, bukankah Dia memberi Sayiddina ‘Isa as kemampuan untuk melihat isi suatu rumah dan apa yang dimakan mereka? Bukankah Dia telah menganugerahkan Sayiddina `Umar kemampuan untuk melihat apa yang terjadi dengan salah satu jendralnya 2000 kilometer jauhnya. Beliau mengatakan, “ya Sariya, al-jabal” “Wahai Sariya, gunung!” Beliau memberi peringatan kepadanya terhadap serangan dari balik gunung. Dan Sariya mendengar suaranya! Tidak ada yang bisa menyangkal hal ini,. Dan hal ini harus diyakini oleh seorang Muslim. Bahkan cendikiawan yang paling kritis Ibnu Taymiyya, berkata bahwa ia percaya kepada sifat kashaf dan karamat (kekuatan ajaib) dari Awliya merupakan salah satu persyaratan keimanan dalam bukunya `Aqidat al-wasitiyya.
Keistimewaan seperti itu telah dijamin oleh Allah swt, namun demikian mereka tetap saja seorang hamba. Mereka tidak berpikir bahwa dirinya lebih dari sekedar hamba-Nya, mereka adalah “’abd”, mereka adalah hamba Allah. Allah adalah Sang Pencipta, tidak seperti kaum Wahabi yang gila, ketika kalian bilang, “Seorang Wali mempunyai kekuatan istimewa,” mereka akan mengatakan, “Apa kamu bilang, dia seperti Allah?” Mereka menghayal bahwa Allah seperti manusia! Allahu Akbar! Takbir! Takbir! Allah Maha Besar. Allah memberi ummat manusia, kepada Awliya, raghman `an anfihim.
Wa min Allah at Tawfiq
Sumber:
Milis Muhibbun Naqsybandi
Post a Comment Blogger Disqus