Awan gelap Jahiliyah telah menutupi sepenuhnya Jazirah Arab. Perbuatan buruk dan haram, perang berdarah, perompakan, dan pembunuhan telah memusnahkan seluruh kebajikan telah menyebabkan masyarakat Arab berada dalam situasi yang hina dan penuh kedurhakaan. Pada waktu itulah muncul bintang pagi kemakmuran; suasana gelap itu kini disinari kelahiran Nabi Suci SAW yang dinanti-nantikan. Mulailah langkah awal menuju pembangunan peradaban, kemajuan, dan kemakmuran bagi bangsa terbelakang ini. Segera cahaya ini menyinari seluruh dunia; asas-asas pengetahuan, kearifan, dan peradaban pun diletakkan.
Setiap lembaran kehidupan orang-orang besar layak dikaji dan diteliti dengan cermat. Kadang-kadang keperibadian seseorang demikian besar dan agung sehingga seluruh tahap kehidupannya, bahkan masa bayi dan kanak-kanaknya, menjadi misteri. Kehidupan orang-orang cerdas, pemimpin masyarakat dan pelopor kafilah peradaban, biasanya menarik dan mengandung peristiwa-peristiwa aneh dan menakjubkan. Sejak lahir hingga wafat, kehidupan mereka mengandungi misteri. Masa kanak-kanak dan remaja orang besar sungguh mengagumkan dan ajaib.
Kita ketahui dari sejarah dan hadits bahwa ketika Nabi Muhammad lahir, dinding istana Khosrow retak dan beberapa menaranya runtuh. Api kuil di Parsi padam. Tasik Sawah mengering. Berhala-berhala di Ka'bah tumbang. Cahaya dari tubuh Nabi naik ke langit dan menerangi tempat-tempat yang dilaluinya. Anusyirwan dan pendeta-pendeta Zarahustra bermimpi yang menakutkan. Ketika lahir, Nabi suci itu sudah dikhitan dan pusatnya pun sudah dipotong. Saat lahir ke dunia, baginda berkata, “Allahu Akbar, Alhamdulillah, Dia-lah yang harus disembah siang dan malam.”
Semua keterangan ini disajikan dalam naskhah sejarah yang benar dan dalam koleksi hadits-hadits sahih.(Bihar Al-Anwar, XV, Bab 3, m.s. 231-248)
Tahun, Bulan, dan Tanggal Kelahiran Nabi Muhammad
Para penulis sirah (sejarah/biografi) Nabi umumnya sepakat bahwa Nabi Muhammad lahir di Tahun Gajah 570 M. Adalah pasti bahwa baginda kembali ke sisi Allah tahun 632 M. Bila saat itu usianya 62-63 tahun, berarti baginda lahir tahun 570 M.
Hampir semua ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Nabi lahir di bulan Rabiulawal, walaupun mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Ulama-ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah sepakat bahwa baginda lahir pada hari Isnin, tanggal 12 bulan yang sama.
Memberi Nama kepada Nabi
Hari ketujuh telah tiba. Seekor domba disembelih Abd al-Muttalib sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada Allah. Sejumlah orang dijemput untuk menghadirinya. Di hari perayaan yang besar itu, dihadiri oleh kebanyakan orang Quraisy, ia menamakan cucunya “Muhammad”. Ketika ditanya mengapa ia menamakannya Muhammad padahal nama itu jarang dipakai orang Arab, ia menjawab, “Saya berharap ia terpuji di syurga maupun di bumi.”
Dalam kaitan ini, Hasan bin Tsabit berkata, “Sang Khaliq mengambil nama Rasul-Nya dari nama-Nya sendiri. Dengan demikian, sementara Allah adalah Mahmud (terpuji), Nabi-Nya adalah Muhammad (patut dipuji). Kedua-dua kata ini diambil dari akar kata yang sama dan mengandungi makna yang sama pula”.
Pastilah bahwa ilham suci memainkan peranan dalam pemilihan nama ini, karena walaupun nama “Muhammad” dikenali di kalangan orang Arab, hanya segelintir orang hingga waktu itu yang diberi nama yang sama. Menurut sumber yang pasti, yang dikumpulkan para sejarawan, hanya enam belas orang yang diberi nama ini sebelum Nabi.”
Hampir tak perlu dikatakan, semakin sedikit suatu kata digunakan, semakin kecil pula peluang salah faham tentang kata itu. Karena Kitab-kitab Suci telah meramalkan kedatangan Islam berikut nama serta tanda-tanda ruhaniah dan jasmaniah yang khusus dari Nabi, maka tanda-tandanya haruslah demikian jelas sehingga tidak muncul suatu kekeliruan. Salah satu tanda itu adalah nama Nabi. Penting bahwa nama itu harus dipakai oleh demikian sedikit orang sehingga tidak ada keraguan atas identitasnya, khususnya bilamana sifat dan tanda-tandanya dicantumkan. Dengan begitu, orang yang kemunculannya telah diramalkan oleh Taurat dan Injil ini dapat dikenali dengan mudah. Al-Quranul Karim menyebut dua nama Nabi. Dalam surah Ali Imran ayat (138), Muhammad ayat (2), al-Fath ayat (29), dan al-Ahzab ayat (4), baginda disebut Muhammad, sedang dalam surah ash-Shaf ayat (6), baginda disebut Ahmad. (Perbedaan ini, sebagaimana dicatat sejarah, adalah karena ibunda Nabi sudah menamainya Ahmad sebelum datuknya menamai Muhammmad).
Masa Menyusui Nabi
Nabi disusui ibunya hanya selama tiga hari. Selepas itu, dua wanita lain mendapat kehormatan menjadi ibu susunya.
a. Suwaibah: wanita hamba sahaya Abu Lahab.
Ia menyusui Nabi selama empat bulan, dan kerap mendapat pujian Nabi dan isterinya yang soleh, Khadijah, sepanjang hidupnya. Setelah dilantik sebagai Nabi, Nabi berniat membelinya. Baginda mengirim seseorang menghadap Abu Lahab untuk mengadakan tawar-menawar, namun Abu Lahab menolak menjualnya. Bagaimanapun, Suwaibah menerima bantuan dari Nabi sepanjang hidupnya. Sekembalinya Nabi dari Perang Khaibar, berita kematian Suwaibah sampai kepada baginda. Tanda kesedihan terlihat di wajahnya. Baginda mencari putera Suwaibah, dengan maksud memberi bantuan, tapi baginda dikabari bahwa anak Suwaibah juga sudah meninggal lebih dahulu.
b. Halimah: puteri Abi Zuwaib dari suku Sa’ad bin Hawazan. Ia mempunyai tiga anak: Abdullah, Anisah, dan Syima’. Syima’ juga turut mengasuh Nabi.
Sudah menjadi kebiasaan, keluarga bangsawan Arab mempercayakan anak-anaknya kepada wanita penyusu. Biasanya para ibu susu itu tinggal di luar kota, sehingga anak-anak dapat dibesarkan di udara gurun yang segar serta tumbuh kuat dan sehat. Selain itu, di sekitar gurun, anak-anak juga tak mudah ketularan penyakit seperti di kota Makkah. Mereka juga dapat belajar bahasa Arab di kawasan yang masih asli ini. Para penyusu suku Bani Sa’ad sangat terkenal di kawasan ini. Mereka mengunjungi Makkah pada waktu-waktu tertentu, lalu masing-masing membawa pulang seorang bayi.
Empat bulan selepas kelahiran Nabi, ibu-ibu penyusu Bani Sa’ad mengunjungi Makkah. Tahun itu mereka sedang mengalami kemarau yang panjang, sehingga sangat memerlukan pertolongan keluarga-keluarga bangsawan.
Bayi Quraisy yang baru lahir itu tidak mau mengisap buah dada wanita penyusu mana pun. Kebetulan Halimah datang dan anak itu pun menyusu padanya. Keluarga Abd al-Muttalib sangat gembira. Abd al-Muttalib berkata kepada Halimah, “Engkau dari suku mana?” Jawabnya, “Dari suku Bani Sa’ad”. Lalu Abd al-Muttalib menanyakan namanya. Abd al-Muttalib sangat gembira mengetahui nama dan sukunya seraya berkata. “Bagus! Bagus! Dua kebiasaan yang baik dan dua sifat yang mulia. Yang satu kebahagiaan dan kemakmuran, dan yang lainnya kelembutan dan kesabaran.”
Masa Kanak-Kanak Nabi
Sejarah meriwayatkan bahwa kehidupan Nabi penuh peristiwa menakjubkan sejak masa awal masa kanak-kanak hingga kerasulannya. Semuanya mengandung aspek kebesarannya. Keseluruhannya menunjukkan bahwa kehidupan Nabi tidaklah biasa.
Kini kita tampilkan dua kejadian dari sejarah hidup Nabi yang misteri dan ajaib. Bila kisah ini dihayati, maka dapatlah meyakinkan kita tentang kebesaran dan kemuliaan Nabi SAW.
a. Halimah berkata: “Ketika memikul tanggungjawab membesarkan bayi Aminah, saya memutuskan menyusui sang bayi di situ juga di hadapan ibunya. Saya masukkan puting buah dada kiri yang berisi susu ke mulutnya, tetapi si bayi lebih suka susu sebelah kanan. Padahal buah dada kanan itu tak ada susunya sejak kelahiran anak saya yang pertama. Karena desakan si bayi, saya menyusuinya dengan sebelah kanan yang kosong itu dan, tentu saja ia menghisap, sumber yang kering itu pun berisi penuh susu. Kejadian itu membuat semua yang hadir kehairanan.”
b. Halimah juga mengatakan: “Sejak membawa Muhammad ke rumah, saya menjadi lebih makmur. Harta dan ternak saya meningkat.”
Kita dapati peristiwa serupa dalam Al-Quranul Karim berkaitan dengan Maryam (ibunda Nabi Isa). “Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia bersandar pada pangkal pohon kurma. Dia berkata, ‘Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berguna serta terlupakan.’ Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu dan goyanglah pangkal pohon kurma ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.”(Surah Maryam : 23-25)
Memang terdapat perbedaan besar antara Maryam dan Halimah dari sisi kedudukannya, dan perbedaan serupa juga ada di antara dua bayi itu. Namun, jika martabat dan keunggulan pribadi Maryam menjadikannya memperoleh rahmat Ilahi, maka tidak mustahil kedudukan dan derajat si bayi Muhammad di kemudian hari menjadikan ibu susunya layak mendapat karunia Allah.
Lebih jauh kita ketahui tentang Maryam dari Al-Quran. Kesucian dan kesolehannya telah mengangkatnya sedemikian rupa sehingga, “Setiap kali Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata, ‘Dari mana kamu memperolehi (makanan) ini?’ Maryam menjawab, ‘makanan itu dari sisi Allah.” (Surah Ali Imran : 37)
Berdasarkan ini, tidak seharusnya kita ragu akan kebenaran mukjizat Nabi, apalagi menganggapnya mustahil.
Lima Tahun di Gurun
Nabi tinggal selama lima tahun bersama suku Bani Sa’ad dan tumbuh sehat. Selama itu, ada dua atau tiga kali Halimah membawanya menemui ibunya.
Kali pertama Halimah membawanya kepada ibunya adalah ketika masa menyusuinya selesai. Namun, Halimah mendesak Aminah untuk mengembalikan anaknya kepadanya. Alasannya, anak itu telah menjadi sumber karunia dan rahmat baginya. Alasan ibunya mengabulkan permintaan Halimah adalah lantaran wabah penyakit sedang melanda Makkah waktu itu.
Kali kedua Halimah membawa Muhammad ke Makkah bertepatan dengan datangnya sekumpulan pendeta dari Etiopia di Hijaz. Mereka melihat anak itu di kalangan suku Bani Sa’ad. Mereka mendapatkan bahwa semua tanda Nabi yang akan datang sesudah Nabi Isa, sebagaimana disebutkan dalam Kitab-kitab Suci, ada pada anak itu. Karena itu, mereka memutuskan untuk menguasai anak itu bagaimanapun caranya, dan akan membawanya ke Ethiopia, supaya negeri itu memperoleh kehormatan mempunyai Nabi.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, tanda-tanda Nabi Muhammad telah diceritakan dalam Injil. Oleh karena itu, sangatlah wajar bila para pendeta waktu itu dapat mengenali orang yang tanda-tandanya lengkap. Al-Quran mengatakan dalam kaitan ini. “Dan ingatlah ketika Isa Putera Maryam berkata, ‘Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, iaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (akan datangnya) seorang rasul sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).’ Tapi tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. Ash-Shaf : 6)
Ada lagi ayat lain yang menunjukkan dengan jelas tanda-tanda Nabi Muhammad di dalam Kitab-Kitab Suci, dan orang-orang terdahulu mengetahui hal itu dalam Surah Al-A’raf : 157.
Sumber: Al Islam
Post a Comment Blogger Disqus