Uways al-Qarani (ra), Terkenal di Langit Tetapi Tidak dikenal di Bumi
Abu Amar Uwais Bin Harb Bin al Muradi bin al Qarn [d.37H / 657CE ] ' alayhi al - rahmah wa'l - ridwan. Namanya Uwais, ia dikenal sebagai Uwais al-Qarni karena dia tinggal di sebuah kota yang disebut "Qarn" di Yaman.
Sayidina Uwais Qarni (Semoga Allah ridho dan senang dengan dia) adalah orang yang sangat saleh dan mulia. Meskipun hidupnya tidak ada apa-apanya dari sudut pandang duniawi, tetapi dia terkenal dan dihormati di antara semua umat Islam dan para Sufi khususnya, karena kesalehan, praktek Zuhd (asketisme), serta cinta yang mendalam dan kasih sayangnya untuk Rasulullah (saw) Kekasih Allah (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw).
Dikatakan bahwa Uways menghabiskan semua waktu hidupnya dalam kesendirian (suluk), puasa, dan setiap malam berjaga dengan doa dan salat. Dia telah memeluk Islam ketika zaman Nabi saw Kekasih-Nya masih hidup. Sehingga tentu saja ia memiliki keinginan yang sangat kuat untuk melihat Nabi (saw), tetapi karena ibunya sudah sangat tua dan dia membutuhkan perawatan secara konstan terus menerus dan perhatiannya, maka dia tidak bisa mengunjungi Kekasih Allah Sayidina Muhammad (saw).
Sebagai hadiah dari pengabdiannya kepada ibunya, ia diperlakukan sebagai salah satu Sahabi (Sahabat Nabi saw) oleh Nabi saw (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw). Meskipun dia tidak bisa melihatnya secara fisik tetapi namanya termasuk dalam daftar para Sahaba saw, hanya karena niat yang kuat untuk dapat melihat Kekasih Allah dan Utusan-Nya (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw).
Suatu ketika para sahabat bertanya kepada Nabi saw: "Apakah Sayidina Uwais Qarni pernah mengunjungi engkau wahai Nabi tercinta (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw), Nabi pun menjawab, "Tidak, Dia tidak pernah melihat saya secara fisik, tetapi secara rohani ia selalu bertemu saya". Sufisme didasarkan pada hubungan spiritual atau link antara Nabi saw dan Sayidina Uwais Qarni.
Dalam tasawuf hubungan spiritual ini dikenal sebagai Uways Connection, "Nisbat-e-Owaisiya". Ketika Sayidina Uwais Qarni (semoga Allah ridho dengan dia ) menerima kabar tentang Nabi Kekasih-Nya, bahwa ia telah kehilangan gigi dalam pertempuran Uhud, maka Sayidina Uwais Qarni mencabut salah satu giginya karena kecintaannya terhadap Nabi saw. Tetapi dia berpikir apakah benar gigi ini yang tepat seperti gigi Rasulullah saw yang tercabut dalam perang Uhud, dan karena ia mencintai Nabi saw lebih dari ia mencintai dirinya sendiri, maka ia mencabut semua giginya untuk memastikan bahwa ia telah kehilangan gigi yang sama dengan gigi Sang Kekasih Nabi Muhammad saw (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw).
Selama hari-hari terakhirnya menjelang wafatnya Nabi saw, beliau saw meminta Sayidina Umar ra dan Sayidina Ali (ra) untuk mengambil Jubahnya (Jubba Mubarak) dan untuk memberikannya kepada Sayidina Uwais ra dan memintanya untuk berdoa untuk pengampunan seluruh Ummat Nabi saw. Permintaan ini adalah untuk menunjukkan kepada para sahabatnya, kedudukan yang sangat tinggi dari Maqom Sayidina Uwais al-Qarni ra.
Sayidina Umar (ra) dan Sayidina Ali (ra) bertanya kepada orang-orang dari Qarn Yaman tentang Uways dan dimana dia tinggal. Seorang pria datang ke depan dan mengatakan kepada mereka bagaimana untuk menemukan tempat tinggal Uways al-Qarni. Mereka berangkat ke Qarn Yaman. Ketika mereka tiba, mereka bertanya kepada orang-orang di mana Uwais berada.
Seluruh penduduk desa sangat terkejut melihat dua sahabat Nabi (saw) yang sangat terkemuka meminta untuk ditunjukkan seorang penggembala yang tidak dikenal semua orang. Ketika Sayidina Umar dan Sayidina Ali (semoga Allah ridho dengan mereka) bertemu dengan Uways ra, mereka melihat Sayidina Uwais ra sedang salat dan berdoa. Saat ia selesai shalat, dia mengatakan," Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku ada orang yang pernah melihat aku salat.
Dua sahabat Nabi saw meneruskan pesan Nabi saw kepadanya untuk memberikan jubah Nabi saw dan meminta Uwais untuk berdoa untuk pengampunan untuk seluruh umat Nabi Muhammad (saw). Dan Sayidina Uways pun mendoakan Sayidina Umar ra dan Sayidina Ali ra serta seluruh umat Nabi saw.
Setelah beberapa saat ia berkata," Allah swt telah mengampuni dan menghormati mereka karena banyaknya cinta para pengikut Nabi Muhammad saw kepada Nabi saw, cinta itu banyaknya bagaikan rambut domba dari suku Rabia dan Mazhar.
Mereka bertanya kepada Sayidina Uwais ra, "Jika engkau mencintai Nabi Muhammad (saw) begitu besar, kenapa kau tidak mengunjunginya lebih sering selama hidupnya?". Uways ra tidak menjawab, tapi bertanya kepada mereka, apakah mereka ikut ambil bagian dalam perang Uhud? Dan jika mereka ikut dalam perang Uhud, gigi Nabi saw yang manakah yang tercabut dalam perang itu?
Sayidina Umar (ra) sangat terkesan dengan jawaban orang yang sederhana ini dan meminta Sayidina Uwais ra untuk berdoa baginya. Sayidina Uwais ra menjawab, "Saya berdoa untuk pengampunan bagi semua orang di akhir setiap doaku. Jika engkau menjaga imanmu kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad saw, maka kalian akan menerima bagian dari doa saya di kuburmu."
Syaikh Farid Al-Din Attar menceritakan tentang Uways al Qarni ra:
"Selama hidupnya di dunia ini, dia (Uways al-Qarni) bersembunyi dari semua orang, dalam rangka untuk mengabdikan dirinya untuk ibadah dan ketaatan" ('Attar 1976, p . 2). 'Attar juga menceritakan bahwa Nabi saw, (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw) telah menyatakan pada saat kematiannya bahwa jubahnya harus diberikan kepada Uways ra, seorang pria yang belum pernah bertemu dalam hidup ini dengannya.
Ketika ' Umar Radiallahu anhu mencari Uways selama tinggal di Kufah, ia meminta penduduk asli Qarn dan dijawab "Ada satu orang seperti itu, tapi dia orang gila, orang yang tidak masuk akal karena kegilaannya, dan dia tidak hidup di antara orang-orang lain sesukunya dia tidak berbaur dengan siapa saja dan tidak makan atau minum apa pun yang orang lain minum dan makan. Dia tidak tahu apa itu kesedihan atau sukacita. Ketika orang lain tertawa, dia menangis, dan ketika mereka menangis dia tertawa" (ibid. , p . 29).
Banyak pengikut dan sahabat Nabi saw berkata bahwa Nabi saw (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw) menyatakan, "Saya bisa mencium keindahan dan keharuman seseorang dari negeri Yaman". Pernyataan ini adalah referensi langsung atas kebesaran spiritual Sayidina Uwais al-Qarni ra.
Nabi saw juga mengatakan, "Saya merasa kemanisan, dan angin yang penuh kedamaian (naseem-e-Rehmat) dari Yaman". Mengenai hadits Nabi saw, kepada siapa kedamaian dan keberkahan ini, beliau saw berkata, "Lebih banyak orang akan masuk surga melalui perantaraan seorang laki-laki dari umatku yang berasal dari suku Rabi'ah dan Mudar". Dan Imam Al- Hasan Basri mengatakan, orang yang dimaksud Nabi saw : "Itu adalah Uwais al-Qarni."
Sayidina Umar ra (semoga Allah ridho dengan dia) mengutip Nabi saw yang mengatakan "Oh ! Umar. Dari Yaman seorang pria akan tiba, namanya Uwais dan dia memiliki tanda-tanda Kusta di tubuhnya, ia sangat peduli kepada ibunya yang sudah tua dan lumpuh. Jika ia mengambil sumpah atas nama Allah, maka Allah akan memenuhi sumpahnya dan doanya. Jika kalian dapat meminta darinya doa untuk ampunan bagimu sendiri, maka kalian harus melakukannya".
Hadrat Ibn - e - Sa'ad (ra) mengutip Nabi Sang Kekasih (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw), mengatakan, "Dalam ummatku (pengikut) Saya, saya punya sahabat yang namanya Uwais al Qarni".
Dari Kata-kata Sayidina Uways al-Qarni ra
Uwais al-Qarni (ra) mengatakan, "Terus awasi hatimu", "Alayka bi - Ghalbik".
Uwais al - Qarni mengatakan, "doa Tersembunyi (al- Do'a fi Dhahr al- ghayb) lebih baik daripada mengunjungi majelis dan pertemuan," karena kemunafikan (riya) mungkin masuk dalam dua hal terakhir.
"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari mata yang senang tidur, dan perut yang tidak merasa kenyang."
Doa dari Uwais al Qarni:
"Ya Allah, Engkau telah menciptakan saya ketika saya tidak layak disebutkan. Dan Engkau telah menyediakan rezeki untuk saya ketika saya tidak punya apa-apa. Dan aku menganiaya diriku dan berdosa, dan saya mengakui kesalahan saya. Jika Engkau memaafkan saya, maka kehendakMu tidak mengurangi kedaulatan-Mu. Dan jika Engkau menghukum saya, hukuman itu sama sekali tidak meningkatkan KewenanganMU. Engkau tidak dapat menemukan orang yang layak untuk mendapatkan hukuman-Mu kecuali akulah satu-satunya orang yang layak Kau hukum, tetapi aku tidak dapat menemukan yang dapat memaafkanku, kecuali Engkau. Sesungguhnya, Engkau adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Beberapa tahun kemudian, Sayidina Uwais Al-Qarni (ra) berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai.
Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Tidak ada orang yang memperdulikan beliau yang miskin. Malah ada yang menganggap Uways al Qarni ra seorang yang gila.
Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya.
Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan Allah (swt) ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu. Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.
Demikianlah kisah Uwais Al-Qarni yang amat taat dan sangat kasih sayang kepada ibunya. Seorang Wali Allah yang tidak terkenal di bumi, tetapi amat terkenal di langit. Wallahua’lam.
Wa min Allah at Tawfiq
Post a Comment Blogger Disqus