Lisan memang karunia Allah yang harus selalu disyukuri dengan sebenar-benarnya. Caranya dengan menggunakan lisan untuk bicara yang baik atau diam. Bukan dengan mengumbar pembicaraan semau sendiri.
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. (Al-Ahzab: 70)
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam. (HR. Bukhari dan Imam Muslim)
Dua orang yang berteman penuh keakraban bisa dipisahkan dengan lisan. Seorang bapak dan anak yang saling menyayangi dan menghormati pun bisa dipisahkan karena lisan. Suami istri yang saling mencintai dan saling menyayangi bisa dipisahkan dengan cepat karena lisan. Bahkan darah seorang dapat tertumpah karena lisan. Sungguh betapa besar bahaya lisan.
Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat. (HR. Bukhari Muslim)
Orang Islam yang paling utama adalah orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya. (HR. Bukhari Muslim)
Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya al-jannah (surga) (HR. Al-Bukhari)
Lisan (lidah) memang tak bertulang, sekali kita gerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula. Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menggunakannya.
Karena itu, marilah kita berpikir terlebih dahulu, atas segala sesuatu yang mau kita katakan. Jika sekiranya apa yang akan kita katakan tidak akan membawa mudharat, maka silahkan kita berbicara. Akan tetapi, jika kita perkirakan perkataan kita itu akan membawa mudharat/ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka sebaiknya kita diam.
Mohon Ma'af Lahir& Bathin bila ada salah salah kata.
Post a Comment Blogger Disqus