Mistikus Cinta

0


Sunan Prawoto adalah raja keempat Kesultanan Demak yang memerintah tahun 1546-1549. Nama aslinya ialah Raden Mukmin. Ia lebih cenderung sebagai seorang ahli agama dari pada ahli politik.

Sebutan Prawoto ini mengacu pada sebuah desa yang bernama Desa Prawoto, Kecamatan Sukolio, Kabupaten Pati, Jawa Tengah yang merupakan kediaman Sunan Prawoto.

Dia juga dikenal dengan sebutan Pangeran Prawoto yang memiliki arti seorang kerabat raja yang tinggal di Prawoto. Dia juga merupakan cucu dari Raden Patah, Raja Kesultanan Demak yang pertama. Istri dari Sunan Prawoto adalah Nyai Kanjeng Pambayon, putri Sunan Kalijaga. Dia juga memiliki istri bernama Ratu Shofiyan, putri dari Raden Umar Said atau Sunan Muria.

Sunan Prawoto atau yang juga disebut dengan nama Raden Haryo Bagus Mu'min adalah seseorang tokoh yang pernah ikut andil dalam mengembangkan Islam di kerajaan Demak Bintoro dan Beliau bercita - cita luhur untuk mengislamkan Nusantara, setelah beliau belajar tentang Islam pada Wali - wali yang ada ditanah Jawa.

Beliau lebih suka belajar tentang Islam dari pada belajar tentang Politik Pemerintah.

Walaupun Putra dari kesultanan Raden Haryo Bagus Mu'min lebih tertarik untuk belajar ilmu Syari'at Islam sebagai tujuan hidupnya.

Beliau belajar ilmu Syariat dengan para Wali di Tanah Jawa oleh para gurunya kemudian beliau diperintahkan untuk menyebarkan ajaran Islam di Daerah Prawoto yang waktu itu masyarakatnya banyak yang memeluk Agama Hindhu / Budha.

Raden  Haryo Bagus Mu'min dengan begitu gigihnya berhasil membujuk masyarakat Prawoto untuk memeluk Agama Islam, tapi tidak lama kemudian disusul wafatnya Sultan Trenggono . Dengan wafat Sultan Trenggono pada tahun 1546 M, maka Raden Haryo Bagus Mu'min diangkat sebagai Sultan di Kerajaan Demak Bintoro ya Ke 4.

KELAHIRAN

Sunan Prawoto lahir sekitar tahun 1415 an. Beliau adalah putra dari Raden Trenggono (Sultan ke 2 di Kesultanan Demak) dan ibunya adalah Kanjeng Ratu Pambayon (Puteri Sunan Kalijaga atau Raden Syahid)

RIWAYAT KELUARGA SUNAN PRAWOTO

SILSILAH SUNAN PRAWOTO

RAJASA WARDHANA, Raja Majapahit ke-9 dengan gelar Prabu Brawijaya II mempunyai beberapa anak, salah satunya bernama pangeran Kerta Bhumi, yang akhirnya menjadi Raja Majapahit ke-12 dengan gelar Prabu Brawijaya V (masa pemerintahan 1468 - 1478). Karena mempunyai anak sampai 100 putera puteri, maka keluarga besarnya terhimpun kedalam BHRE KERTA BHUMI.

Raden Fatah yang awalnya bernama Raden Hasan / Raden Probo adalah anak ke-13 dari Brawijaya V, dan menjadi Sultan Bintor Demak yang pertama, dengan gelar Kanjeng Sultan Abdul Fattah  Al Akbar Sayyidin Panotogomo.

Sultan Fattah Berputera 6 anak yaitu;

1. Ratu Mas Ratih

2. Pati Unus (Sultan Demak ke 2 masa pemerintahan Th. 1518 - 1521)

3. P. Sekar Seda Lapen

4. Sultan Trenggono (Sultan Demak ke-3 Masa Pemerintahan Th. 1521 - 1546).

5. Kandhuruhan

6. Pamekas

Sunan Prawoto dalam silsilahya adalah lima bersaudara, yang merupakan keturunan dari Sultan Trenggono (Raja kerajaan Bintoro Demak III). Adapun istri Sultan Trenggono adalah Kanjeng Pambayun Putri dari Sunan Kalijaga (Raden Syahid) dari pernikahan Sultan Trenggono dengan Kanjeng Pambayun, mempunyai keturunan diantaranya;

1. Pangeran Lepir (Sedo Lepen)

2. Pangeran Ratu / Sunan Prawoto

3. Pangeran Jipang

4. Ratu Arya Jepara / Kali Nyamat

5. Ratu Sedeng Laut / Putri Sekar Aji / Ratu Sigan Lautan.

Dalam urutan silsilah tersebut Sunan Prawoto adalaah putra kedua Sultan Trenggono (Raja Demak Bintoro III).

Yang Kemudian disebut Pangeran Ratu/Raja, karena kelak menjadi Raja Demak Bintoro IV menggantikan ayahandanya (Sultan Trenggono)

Dari pernikahan beliau dikarunia putra :

1. Arya Pangiri

2. Rara Semangkin

3. Rara Prihatin

NASAB SUNAN PRAWOTO

Jika diambil dari garis keturunan Kakek beliau adalah cicit / buyut dari Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi dengan silsilah sebagai berikut :

1. Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi

2. Raden Patah

3. Raden Trenggono

4. Raden Haryo Mukmin atau Sunan Prawoto atau Sultan Prawoto

Jika diambil dari garis keturunan Nenek beliau adalah masih keturunan dari Rasulullah SAW, dengan Silsilah sebagai berikut :

1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW.

2. Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib

3. Al-Imam Al-Husain

4. Al-Imam Ali Zainal Abidin

5. Al-Imam Muhammad Al-Baqir

6. Al-Imam Ja’far Shadiq

7. Al-Imam Ali Al-Uraidhi

8. Al-Imam Muhammad An-Naqib

9. Al-Imam Isa Ar-Rumi

10. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir

11. As-Sayyid Ubaidillah

12. As-Sayyid Alwi

13. As-Sayyid Muhammad

14. As-Sayyid Alwi

15. As-Sayyid Ali Khali’ Qasam

16. As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath

17. As-Sayyid Alwi Ammil Faqih

18. As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan

19. As-Sayyid Abdullah

20. As-Sayyid Ahmad Jalaluddin

21. As-Sayyid Husain Jamaluddin Al-Akbar/ Syekh Jumadil Kubro

22. As-Sayyid Ibrahim Asmoroqondi

23. As-Sayyid Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel

24. Dewi Murtasimah atau Asyiqah Istri Raden Patah

25. Raden Trenggono

26. Raden Haryo Mukmin atau Sunan Prawoto atau Sultan Prawoto

Jika diambil dari garis keturunan dari ibu beliau masih keturunan dari Rasulullah SAW dengan urutan Silsilah sebagai berikut :

1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW.

2. Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib

3. Al-Imam Al-Husain

4. Al-Imam Ali Zainal Abidin

5. Al-Imam Muhammad Al-Baqir

6. Al-Imam Ja’far Shadiq

7. Al-Imam Ali Al-Uraidhi

8. Al-Imam Muhammad An-Naqib

9. Al-Imam Isa Ar-Rumi

10. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir

11. As-Sayyid Ubaidillah

12. As-Sayyid Alwi

13. As-Sayyid Muhammad

14. As-Sayyid Alwi

15. As-Sayyid Ali Khali’ Qasam

16. As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath

17. As-Sayyid Alwi Ammil Faqih

18. As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan

19. As-Sayyid Abdullah

20. As-Sayyid Ahmad Jalaluddin

21. As-Sayyid Ali Nuruddin

22. As-Sayyid Maulana Mansur

23. Ahmad Sahuri alias Raden Sahur alias Tumenggung Wilatikta (Bupati Tuban ke-8)

24. Sunan Kalijaga alias Raden Said

25. Kanjeng Ratu Pembayun

26. Raden Haryo Mukmin atau Sunan Prawoto atau Sultan Prawoto

SANAD ILMU DAN PENDIDIKAN SUNAN PRAWOTO

Beliau dibesarkan dan dididik oleh ayahanda Raden Trenggono dan kakek beliau Sunan Kalijaga

GURU-GURU SUNAN PRAWOTO

1. Raden Trenggono

2. Sunan Kalijaga

PENERUS SUNAN PRAWOTO

ANAK-ANAK SUNAN PRAWOTO

1. Arya Pangiri

2. Rara Semangkin

3. Rara Prihatin

PERJALANAN HIDUP DAN DAKWAH SUNAN PRAWOTO

Konflik yang terjadi di kerajaan Demak pada tahun 1546-1549 berawal dari wafatnya Sultan Trenggono dan pelantikan Sunan Prawoto menjadi penerus Sultan Trenggono sebagai raja kerajaan Demak ke-4. Sunan Prawoto adalah putra dari  Sultan  Trenggono  dan  dianggap  berhak  menjadi  penerus  dari  Sultan Trenggono atas dukungan dari Sunan Giri. Sebelum dipilihnya Sunan Prawoto menjadi raja keempat Demak, terjadi perbedaan penafsiran dari beberapa anggota walisongo  untuk  menentukan  siapa  penerus  dari  Sultan Trenggono,  karena diantara beberapa wali mempunyai calon masing-masing  untuk dijadikan sebagai penerus Sultan Trenggono sebagai raja di kerajaan Demak.

Selain yang dijelaskan tersebut, beberapa penyebab terjadinya konflik di kerajaan Demak ialah jauh sebelum terjadinya konflik yang terjadi pada tahun 1546 yang nantinya membuat kerajaan Demak ini runtuh adalah pemilihan Sultan Trenggono menjadi  raja sebagai  pengganti dari Pati Unus  yang  gugur ketika menyerang Malaka  yang  mana  pada  waktu  itu  ada  persaingan  tidak sehat  antara  Sultan Trenggono dan Pangeran Seda Lepen. Penyebab lainnya adalah Arya penangsang ingin membalas dendam kepada Sunan Prawoto yang telah membunuh Pangeran Seda Lepen, ayah Arya Penangsang, dan Arya Penangsang juga merasa sangat berhak  atas  tahta  kerajaan  Demak  dan  ingin merebutnya  dari  tangan  Sunan Prawoto.

Peristiwa  ini  menimbulkan  peperangan  berkepanjangan  yang  nantinya diteruskan  oleh putra-putra  mereka  dan  berakhir  dengan  kehancuran kerajaan Demak.  Perebutan  kekuasaan terjadi antara  keturunan  keluarga Kerajaan Demak yaitu  Pangeran  Sekar  Seda  Lepen  dengan Pangeran  Trenggono. Kedua pangeran menilai dirinya pantas menduduki tahta kerajaan Demak. Dari segi usia, Pangeran Sekar Seda Lepen lebih tua sehingga merasa lebih berhak atas tahta Kerajaan Demak daripada Pangeran Trenggono, dan dalam tradisi Jawa, memang seharusnya putra yang lebih tua yang berhak menjadi putra mahkota. Namun Pangeran Trenggono tidak menerima alasan itu, dia tetap menginginkan tahta kerajaan Demak. dijelaskan bahwa Pangeran Seda Lepen lahir dari selir  Raden  Patah  yang  ketiga,  sedangkan  Pangeran  Trenggono  lahir dari permaisuri Raden Patah, yaitu putri Sunan Ampel. Atas dasar itu,  Pangeran Trenggono merasa lebih berhak menduduki tahta kerajaan Demak.

Tahun 1521 Pangeran Prawoto, putra Pangeran Trenggono, membunuh Pangeran Sekar Seda Lepen yang dianggap sebagai penghalang bagi Pangeran Trenggono untuk mewarisi tahta Kerajaan Demak. Pembunuhan terjadi di sebuah jembatan sungai saat Pangeran Sekar Seda Lepen dalam perjalanan pulang dari salat Jum’at. Oleh karenanya pangeran Kikin di sebut dengan nama Sekar Seda ing  Lepen,  yang  artinya  sekuntum  bunga  yang  wafat  di  tepi  sungai. Bisa dikatakan pembunuhan Pangeran Seda Lepan di picu oleh umur, dan memang dalam adat, putra yang lebih tua mempunyai hak lebih besar dalam pewarisan tahta, dan itu alasan Sunan Prawoto membunuh Pangeran Seda Lepen. Setelah pangeran  Seda  Lepen  wafat,  secara  otomatis  tinggal  Sultan  Trenggono  yang merupakan ayahnya saja yang berhak menduduki tahta kerajaan Demak, dan Sultan Trenggono memerintah selama 25 tahun.

Pada  masa  kepemimpinan  Sultan  Trenggono,  perselisihan  paham  dan perbedaan sikap belum muncul diantara para putra-putra Sultan Trenggono dan Pangeran  Seda  Lepen.  Baru  setelah  wafatnya  Sultan  Trenggono  saat  hendak menaklukan  Panarukan,  terjadi  perselisihan  tentang  siapa  yang  berhak menggantikannya. Pembunuhan ini menjadi pangkal persengketaan di kerajaan Demak. Arya Penangsang,  putra  Pangeran  Sekar  Seda  Lepen  berusaha  menuntut  balas  atas kematian  ayahnya,  sehingga  Arya  Penangsang  berusaha  untuk  menumpas keturunan  Sultan  Trenggono. 

Di dalam Babad Tanah Jawi, tidak disebutkan siapa pengganti Sultan Trenggono setelah beliau wafat. Hanya saja menurut berita Portugis, pengganti Sultan Trenggono adalah anaknya sendiri yaitu Sunan Prawoto. Tahun  1546  Sunan  Giri  dengan  sesepuh  kerajaan  Demak  bersepakat mengangkat putra sulung Sultan Trenggono, yaitu Sunan Prawoto sebagai raja Demak keempat dengan gelar Sultan Syah Alam Akbar Jiem-Boen-ningrat IV. Sunan Prawoto dinobatkan sebagai raja karena merupakan keturunan langsung dari  Sultan  Demak  III  yaitu  Sultan  Trenggono. Semasa  menjadi  raja  Sunan Prawoto didampingi oleh seorang istri dan dikaruniai seorang putra bernama Arya Pengiri dan putri yang bernama Rara Semangkin dan Rara Prihatin.

Sunan Prawoto bukan raja yang tidak faham politik dan perang, bukan pula seorang yang gagap dalam memanajemen kerajaan, sebab dimasa mudanya, Sunan Prawoto adalah sosok dibalik  kejayaan Demak. Pemikiran dan kecerdasan Sunan Prawoto turut memberikan sumbangsih pada ayahnya Sultan Trenggono ketika menaklukan negeri-negeri jauh seperti Banjarmasin, Sunda Kelapa, Banten, Cirebon, dan lainnya, bahkan diangkatnya Sultan Trenggono menjadi Sultan ketiga Demak pun karena jasa Sunan Prawoto, sebab  sebagaimana diketahui selepas Sultan Demak II meninggal, Raden Kikin yang terlibat perseteruan perebutan tahta dengan Trenggono dibunuh oleh Sunan Prawoto.

Setelah Sunan Prawoto pada saat dilantik menjadi Sultan Demak ke IV  bukan menjalankan sumpah yang terdahulu, tapi sumpah yang sudah benar-benar akan terwujud jika saja Sunan Prawoto mau melaksanakannya. Berhentinya upaya Sunan Prawoto untuk dapat menjadikan dirinya sebagai Sultan di Nusantara yang kekuasaannya luas sehingga menyamai Sultan Turki dikarenakan suatu hal yang menyentuh hatinya. Di masa paruh bayanya, Sunan Prawoto rupanya banyak membaca ajaran-ajaran agama Islam tentang kasih sayang dan kesejatian abadi, ia mencintai sedikit demi sedikit ajaran cinta dan hakikat hidup selayaknya seorang Sufi.

Merasuknya ajaran itu, sedikit demi sedikit menghilangkan watak dan sikap masa lalunya, jika dahulu Sunan Prawoto dikenal sebagai politikus ulung yang menghalalkan segala cara demi kekuasaan, kini beliau menjadi seorang yang peka terhadap penderitaan sesama manusia. Sunan Prawoto selepas itu lebih memilih berkelana dari gunung satu ke gunung lainnya untuk melakukan penghayatan pada ajaran agama yang ia pelajari, sehingga akhirnya beliau gandrung untuk bertafakur dan menyepi pada satu Gunung kecil yang dikenal dengan nama Prawoto. Bagi Sunan Prawoto Bukit Prawoto adalah tempat damai nan tenang, dari tempat ini beliau bisa mengajarkan pengetahuan agamanya kepada sesamanya. Selepas gandrung dan terlampau cinta pada tempat tinggal barunya di Bukit Prawoto, Sunan Prawoto rupanya membuat kebijakan menggemparkan, sebab  ia memindahkan Ibukota kesultanan Demak ke Bukit Prawoto.

Sunan Prawoto memindahkan ibukota kerajaan Demak dari Bintara ke daerah bukit Prawoto di Desa Prawoto, Sukojiwo, Pati (saat ini). Nama Sunan Prawoto sendiri, di dapat dari nama gunung (Gunung Prawoto), tidak jauh dari ibu kota yang lama, yang menjadi tempat tinggalnya. Gelar Susuhunan yang dalam bentuk singkatnya  Sunan  juga  dipakai  oleh  orang-orang  suci  Islam  seperti Kalijaga, memberi petunjuk bahwa kekuasaan raja ini pertama-tama bersumber pada kewibawaannya sebagai pelindung agama. Nama pribadi Susuhunan dari Gunung itu agaknya tidak dikenal. Dalam Serat  Kandhayang  sudah  diterjemahkan  ke  dalam  bahasa  Belanda,  mengenai Sunan Prawoto diberitakan bahwa volgens eijgen verkiezing Priai Moenkim ofte eeti Heilige soesoehoenan van Prawoto (karena pilihannya sendirilah ia telah menjadi Priayi Munkim atau Susuhunan Suci di Prawoto). Tetapi Sunan Prawoto dalam beberapa teks Jawa ternyata juga disebut Sunan Mukmin, yang berarti Orang Beriman yang Sejati (Arab: mu'min).

Dalam mengemban tugas pemerintahan di kerajaan Demak Sunan Prawoto dianggap  lemah,  terutama  ketika  berurusan  dengan  masalah  politik  Kerajaan Demak. Salah satu bukti kelemahan pemerintahan Sunan Prawoto adalah Sunan Prawoto  lebih  memilih  jalan  hidup  sebagai  ulama  daripada  sebagai  raja. Kelemahan Sunan Prawoto dalam memerintah Kerajaan Demak sejalan dengan catatan Manuel Pinto dari Portugis. Menurut catatan, Tahun 1548 Sunan Prawoto berencana untuk  mengislamkan  seluruh  Jawa  dan  ingin  berkuasa  seperti  Sultan  Turki. Namun  kenyataannya,  rencana  Sunan  Prawoto  hanya  terhenti  pada  rencana. Keinginan  Sunan  Prawoto  tidak  pernah  tercapai  karena  Sunan  Prawoto  lebih mementingkan  urusan  agama  dari  pada  politik  kerajaan  Demak.  Atau  bisa dikatakan ketrampilan Sunan Prawoto dalam hal politik tidak begitu bagus karena dia lebih memilih menjadi seorang ulama. Akibat ketidak seriusan Sunan Prawoto menjalankan Kerajaan Demak, banyak wilayah bawahan Demak seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gersik melepaskan diri dari Demak. Kerajaan-kerajaan  yang  melepaskan  diri  dari  kerajaan  Demak  ketika terjadi konflik di kerajaan Demak ini adalah kerajaan Cirebon, dan Kesultanan.

Banten yang awalnya bagian dari wilayah kerajaan Islam Demak dan itu terjadi pada tahun 1552 M. Demikian juga di Jawa Timur, berdiri kerajaan di daerah Gresik bernama Giri Kedhaton dengan tokoh terkenalnya bernama Sunan Prapen atau Sunan Giri III, cucu dari Sunan Giri pertama. Manuel Pinto memberitakan, raja Jawa itu sedang berusaha mengislamkan seluruh Pulau Jawa.Raja berkata, bila usaha ini berhasil, ia akan menjadi segundo turco, maksudnya menjadi sultan Turki yang kedua, setaraf dengan Suleiman I, Sang Pencinta Kemewahan.Dari hal ini, kita bisa menyebutkan bahwa raja Demak keempat ini sudah mengetahui informasi-informasi tentang bangsa-bangsa eropa, dan kemungkinan dia mengetahui informasi ini dari seorang portugis yang sudah memeluk islam dan menjadi bawahannya.

Seperti yang dikatakan Dr. Crucq bahwa di kerajaan Demak ada seorang yang  berasal  dari  Algarvia,  daerah  Portugis  Selatan  yang  semula  beragama Khatolik lalu masuk Islam. Namanya adalah Coje Geinal (Khoja Zainal). Coje Geinal adalah orang Portugis yang banya memperluas pengetahuan di kerajaan Islam Demak tentang Eropa dan penyebaran Islam disana.sewaktu Sunan Prawoto berkeinginan untuk menaklukkan Makasar dan menutup jalur perdagangan beras ke Malaka dan akan mengirimkan ekspedisi ke Sulawesi Selatan dengan bermaksud menaklukan dan mengislamkan daerah itu, dan  pada  waktu  yang  sama  Pastor  bernama  Vicente  Viegas  juga  ingin menyebarkan ajaran Katolik ke Sulawesi Selatan.Mengetahui  keinginan  Sunan  Prawoto  untuk  mengislamkan  seluruh Sulawesi  Selatan, Manuel  Pinto berusaha mempengaruhi Sunan Prawoto  agar tidak meneruskan rencana tersebut.oleh karena ekspedisi pasukan kerajaan Islam Demak dari Jawa ini jelas akan merugikan Pastor Vicente Viegas. Manuel Pinto sendiri adalah seorang Portugis yang mengantar surat dari Malaka untuk Uskup Agung Pastor Vincente Viegas di Makasar. Dia singgah ke Jawa sepulang dari mengantar surat untuk uskup itu.

Tidak lama Sunan Prawoto menduduki tahta kerajaan Demak, beliau dibunuh oleh Arya Penangsang Bupati Jipang, sebagai pembalasan atas kematian ayahnya yang dibunuh oleh Sunan Prawoto.Menurut cerita, Arya Penangsang membunuh Sunan  Prawoto  bukan  hanya  ingin  menuntut  balas  atas  kematian  ayahnya, melainkan juga menginginkan tahta kerajaan Demak, karena Arya Penangsang merasa lebih berhak untuk menduduki tahta kerajaan Demak. Arya  Penangsang  menjadi  aktor  dalam  konflik  kerajaan  Demak  yang terjadi pada tahun 1546 ini.Rasa ketidak puasan, dendam, dan ambisi menjadi penguasa  dari  Arya  Penangsang  menjadi  bom  waktu  terhadap  kehancuran kerajaan ini. Sunan Prawoto memimpin kerajaan Demak hanya sekitar 2,5 tahun dan akhirnya terbunuh oleh suruhan Arya Penangsang.

SUNAN PRAWOTO MENGATASI PEREBUTAN TAHTA DEMAK

Selama Masa pemerintahan Sunan Prawoto, pergolakan politik semakin memprihatinkan, sejarah demak tercoreng oleh perebutan tahta kekuasaan, dan saling fitnah antar keluarga. Sunan Prawoto terfitnah membunuh pangeran Seda Lapen ayah Aryo Penangsang. Aryo Penangsang terfitnah membunuh Pangeran Hadirin suami dari Ratu Kali Nyamat. Ada yang berpendapat yang membunuh Hadirin adalah Dadung Awuk sahabat Jaka Tingkir. Terlepas yang benar mana? sebenarnya kemelut perbuatan tahta dapat diatasi oleh Sunan Prawoto waktu itu.

Sunan Prawoto yang lebih mengutamakan keistimewaan rohaninya dan tidak tidak cinta dunia apa lagi gila tahta, dan juga benar-benar seorang pewaris Trah tingkat tinggi Raja Bintoro Demak yang merupakan satu-satunya jaminan untuk mengembalikan ketertiban kemelut Politik kasultanan Demak dalam batas tertentu.

Dapat diduga, saat itu Sunan Prawoto banyak mendapat dukungan dan bantuan dari rakyat, umat Islam umumnya dan Alim Ulama serta para Wali.

Di Masjid Agung Demak Bintoro, Pangeran Ratu atau Sunan Prawoto dengan bijaksanaya, mengumpulkan Pejabat-pejabat tinggi Kasultanan Demak, dan Trah keluarganya serta para Wali. Dalam pertemuan Agung itu Beliau berencana mengundurkan diri dari menjadi Sultan Demak yang ke-4. Beliau akan kembali ke gunung Prawoto untuk "Ngamandita atau lebih ingin meningkatkan diri pendekatan pada Tuhan Allah dan mengutamakan Syiar Islam" .

Dan untuk tahta kerajaan Demak, akan diserahkan kepada pewaris Tahta yang disepakati oleh Hadirin untuk menjadi Sultan berikutnya. Ternyata para hadirin sebagian besar tetap mengharapkan Sunan Prawoto tetap menjadi Sultan Demak, dan mereka akan turut mendukung  dengan ikhlas upaya Sunan Prawoto mengatasi kemelut politik pada saat itu. Dan mereka yakin Sunan Prawoto bukan pembunuh Pangeran Seda Lapen ayah Aryo Penagsang.

Sunan Prawoto semula lebih fokus pada pendalaman ilmu islam, karena amanat Sunan Demak IV yang dipikulnya, Beliau mulai mendalami ilmu ketatanegaraan dan politik, dengan niat ibadah menjadi khalifah fil ardhi / Sultan Demak.

Sunan Prawoto mulai mempelajari kemajuan politik di negara-negara Eropa. Dan pada tahun 1547 mengadakan persahabatan dengan Sultan Sulaiman 1 yang telah mengkonsoldasikan posisinya di tlatah-tlatah Hungaria dengan mengadakan perjanjian dengan Kaesar Karel V.

Sultan Sulaiman 1 adalah seorang pahlawan Agama Islam. Beliau yang banyak memperkenalkan pada Sunan Prawoto mengenai perkembangan eropa dan dakwah islam.

Sultan Demak Bintoro IV yakin Sunan Prawoto, menyadari pengusasa berhak penuh atas daerah-daerah yang dibawah kekuasaan Kasultanan Demak dan sebagai pelindung Agama Islam.

Sunan Prawoto ibarat makan buah simalakama. Beliau mengetahui beberapa kekuasaan wilayah dibawah pemerintahannya, sebenarnya sudah banyak yang beralih  ketangan orang lain dan ada yang sengaja melepaskan diri menjadi kerajaan kecil, misal  : kekuasaan Raja-raja Islam di cirebon dan Banten dan Surabaya dan Gresik-Giri dimulai pada pertengahan abad ke-16.

Sunan Prawoto diharuskan tegas untuk memilih sebuah pilihan, yaitu antara:

1. Menggunakan kekuatan senjata untuk memaksa wilayah itu kembali dalam kekuasaan Kasultanan   Demak atau

2. Membiarkan wilayah itu banyak berjasa dalam syiar Agama Islam. Kalau terjadi peperangan  , yang korban adalah orang muslim sendiri.

Agaknya Sunan Prawoto tidak kuasa mengbah situasi berjalan aa adanya, yang penting agama islam tetap berkembang syiarnya. Lagi lagi , Beliau lebih mengutamakan syiar Agama Islam dari pada perluasan kekuasaan. Tekad Sunan Prawoto : apa sih gunanya kekuasaan Luas, kalau harus biarkan sesama muslim saling bunuh.

Akibatnya, ada yang kurang senang dengan kebijakan Sunan Prawoto itu. Sehingga mereka yang tidak senang, membuat kelompok dan upaya untuk makar menggulingkan pemerintaha Sunan Prawoto, dengan dalih ingin mengembalikan kejayaan kasultanan Demak seperti dijaman keemasan Sultan Trenggono.

KETELADANAN SUNAN PRAWOTO

SUNAN PRAWOTO SUKA UZLAH atau MENYENDIRI MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH

Disebut Sunan Prawoto karena selama masa Pemerintahan Sultan Trenggono Beliau dengan suka rela tinggal di pesanggrahan di gunung Prawoto yang didirikan Sultan Trenggono sebagai "TAMAN SARI" tempat menikmati kesegaran dan keindahan.

Dalam surat kandha disebutkan : Sunan Prawoto dengan pilihannya sendirilah, Beliau mengasingkan diri untuk mendekatkan diri kepada Allah sengan suka reela / Sukolilo yang perjalanannya tashawuf disebut Uzlah. Dengan keikhlasannya sering uzlah dan Syiar Islam itu, maka sering dipanggil Susuhunan / Sunan suci di Prawoto.

Ia telah menjadi Priyayi Mukmin atau bertempat tinggal di Prawoto. Oleh karena itu Sunan Prawoto disebut Priyayi Mukmin atau Susuhunan Suci di Prawoto. Atau juga yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Prawoto Raden Haryo Bagus Mu'min.

MENGAPA SATU-SATUNYA ANAK CUCU SULTAN FATAH, YANG BERGELAR SUNAN ADALAH SUNAN PRAWOTO?

Pewaris Kesultanan Demak diantaranya adalah Sunan Prawoto, salah satu putra Sultan Trenggono Raja Bintoro Demak yang ke-3, setelah Sultan Trenggono wafat. Beliau diganti oleh Sunan Prawoto yang menjadi Sultan Demak ke-4.

Semenjak jadi Sultan, Beliau seharusnya dipanggil dengan gelar Sultan Prawoto, namun kenyataannya lebih banyak dipanggil dengan panggilan Sunan Prawoto. Mengapa?

Gelar Sunan, pada masa Kasultanan Demak, diberikan kepada para Wali termasuk Wali Sanga. Misal: Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Derajat, Sunan Gunung Jati, Sunan Kali Jaga, Sunan Muria, Sunan Bayat, Sunan Ngudung. Adapun Raden Baus Mu'min diberi Gelar Sunan Prawoto, karena beliau senang mendalami ilmu agama Islam dari pada ilmu pemerintahan, dan dalam kesehariannya sering melakukan perjuangan syiar agama Islam dan berhasil mengislamkan Daerah Prawoto dan sekitarnya, sehingga Beliau sebelum diangkat jadi Sultan, sudah mendapat gelar Sunan Prawoto, yang maksudnya perjuangannya dapat disejajarkan dengan para Wali yang menyebarkan ajaran Agama  Islam.

Sunan Prawoto waktu jadi Sultan Demak yang ke-4, kekuasaannya lebih banyak digunakan untuk melindungi dan menyebarkan agama Islam, sehingga Beliau lebih menonjol kewibawaannya sebagai pelindung dan penyebar agama Islam, dibanding penguasa / Sultan.

Disamping panggilan Sunan Prawoto, Beliau juga dipanggil Sunan Suci di Prawoto. Karena sehari-harinya beliau berusaha membersihkan hatinya dari nafsu tercela dan berusaha meningkatkan dirinya makin dekat dengan Allah yang Maha Suci.

WAFAT

Sunan Prawoto wafat pada tahun 1549. Dan dimakamkan di bukit Sukodono di Gunung Prawoto (pegunungan Kendeng/pegunungan Kapur Utara) yang lebih dikenal sebutan bukit Kamdowo.

Pemerintahan pendek Sunan Prawoto dari Demak Bintoro selama tiga tahun (1546-1549) merupakan anti klimaks terhadap masa kejayaan raja yang mendahuluinya, Kanjeng Sultan Trenggono, yang sebagai Raja Islam telah memerintah sebagian besar pulau jawa. Jatuhnya kekuasaan Demak Bintoro sesudah 1546 tampaknya tidak terlalu banyak mencemarkan wibawa religius Masjid Agungnya dan Trah Sultan. Masjid tersebut dalam abad-abad berikutnya masih menjadi pusat orang Alim di Jawa Tengah dan Trah raja-raja Demak Bintoro masih lama diperlakukan dengan hormat dan rasa segan dikeraton-keraton raja-raja jawa yang lain.

Mungkin sekali pada pertengahan aad ke - 16 perdagangan di laut sebagian besar sudah pindah dari Demak Bimtoro ke Jepara, karena selat dangkal jalan masuk ke Demak Bintoro sudah tertutup oleh endapan lumpur. Pada paruh abad ke-16 dan pada  abad ke-17 Jepara merupakan kota pelabuhan jawa tengah yang terpenting. Sunan Prawoto dalam menjalankan pemerintahan dibantu oleh kalangan profesional yang ahli dibidangnyamasing-masing.

Kisah-kisah dalam babad dan kisah Jawa Tengah memuat kisah romantis sekaligus tragis memngenai pembunuhan Sunan Prawoto.

Konon benar atau tidak, Beliau bersama istrinya dibunuh atas perintah Arya Penangsang, sebagai balas dendam atas kematian ayah Arya Penangsang yang kabarnya dibunuh atas perintah Sunan Prawoto. Arya Penangsang ialah Bupati Kadipaten Jipang Panolan.  Ia juga yang diisukan berusaha membunuh Jaka Tingkir, yang kelak akan menjadi Sultan Demak pengganti Sunan Prawoto.

Sunan Prawoto seaga Sultan Demak Bintoro ke empat wafat pada tahun 1549 (1471).

Sunan Prawoto wafat di gunung Prawoto yang kemudian di makamkan atas pilihannya sendiri yaitu di bukit Sukondono di gunung Prawoto (Pegunungan kendeng/pegunungan kapur Utara) yang lebih dikenal dengan sebutan bukit "KAMDOWO" (Makam Dowo) mengkiaskan makam-makam yang ada di komplek pemakaman raja-raja Demak Bintoro.  



Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Sunan Prawoto (Sultan Demak Bintoro IV) | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

Emoticon
:) :)) ;(( :-) =)) ;( ;-( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.

 
Top