Sa’ad bin Rabi’ adalah seorang sahabat Anshar, pada masa awal hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw mempersaudarakannya dengan ‘Abdurrahman bin ‘Auf. Mendengar keputusan Nabi itu, segera saja Sa’ad berkata kepada ‘Abdurrahman:
"Semua orang Anshar mengetahui bahwa aku adalah salah seorang yang terkaya di antara mereka. Aku akan membagi kekayaanku menjadi dua, ambillah separuh hartaku untukmu. Dan aku memiliki dua istri, pilihlah mana yang engkau sukai, aku akan menceraikannya dan jika masa iddahnya telah usai, engkau bisa menikahinya.”
‘Abdurrahman bin Auf pun menolaknya dengan halus, beliau berkata, “Semoga Allah memberkati keluarga dan hartamu, tunjukkan saja di mana pasarnya.” ‘Abdurrahman pun segera berdagang di pasar tersebut.
Perang Uhud merupakan peperangan yang menyisakan kisah menyedihkan bagi kaum Muslimin, sekitar tujuh puluh orang sahabat gugur sebagai syuhada, di antaranya adalah Sayidina Hamzah paman Nabi Muhammad dan juga Sa’ad bin Rabi’.
Setelah perang usai, Rasulullah Saw meneliti satu persatu keadaan sahabat beliau. Kondisi medan laga saat itu dipenuhi dengan tubuh-tubuh yang bergelimpangan, ada yang gugur dan dan pula yang terluka parah dan tak kuasa bergerak. Pada saat itulah Rasulullah Saw memerintahkan salah seorang sahabat untuk mencari Sa’ad bin Rabi’. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ يَنْظُر لي ما فَعَل سَعْدُ بْنُ الرّبيعِ
Siapakah di antara kalian yang bersedia mencarikan informasi untukku tentang bagaimana keadaan Sa’ad bin Rabi’?
Zaid bin Tsabit pun segera menjawab, "Aku bersedia melakukannya duhai Rasulullah". Rasulullah Saw lantas berpesan kepadanya, “Jika engkau menemukan Sa’ad, maka sampaikanlah salamku kepadanya, dan katakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw menanyakan, “Bagaimana keadaanmu?”
Zaid bin Tsabit pun segera berjalan di antara mayat-mayat yang bergelimangan, mencari Sa’ad bin Rabi’, dan ia pun menemukan Sa’ad dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Tubuhnya penuh dengan luka, lebih dari tujuh puluh luka baik karena tusukan pedang, tombak ataupun anak panah. Ia dalam keadaan sekarat, nafasnya sangat berat, dan tak kuasa berbicara.
Zaid bin Tsabit pun segera berkata kepadanya, “Duhai Sa’ad, Rasulullah mengucapkan salamnya untukmu dan menanyakan bagaimana keadaanmu?”
Zaid bin Tsabit pun segera berkata kepadanya, “Duhai Sa’ad, Rasulullah mengucapkan salamnya untukmu dan menanyakan bagaimana keadaanmu?”
Ketika ia mendengar mendengar nama kekasihnya, Muhammad Saw disebut, Sa’ad bin Rabi’ yang lemah lunglai tak berdaya dengan tubuh yang penuh luka dan napas yang hanya tersisa beberapa tarikan saja, tiba-tiba menjadi seperti seseorang yang tidak mengalami luka, dan dengan tegas ia menjawab:
“Semoga keselamatan senantiasa menyertai Rasulullah dan menyertaimu. Sampaikan salamku kepada Rasulullah dan katakan kepada beliau bahwa aku telah mencium harumnya Surga. Semoga Allah membalas kebaikan beliau kepada umatnya dengan balasan terbaik yang pernah Allah berikan kepada NabiNYA. Sampaikan bahwa Sa'ad telah gugur, karena sepertinya aku tidak akan bertahan dan sebentar lagi aku akan mati. Katakan kepada saudara-saudaraku kaum Anshar bahwa Sa'ad berkata, 'Kalian tidak akan memiliki alasan di hadapan Allah SWT kelak di Hari Kiamat, apabila Rasulullah terbunuh, sedang ada satu di antara kalian yang masih hidup dan selamat.”
(Habib Novel Muhammad Alaydrus, KANGEN: Kumpulan Cerita Mereka yang Merindukan Nabi Saw)
Post a Comment Blogger Disqus