Manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani QS
Terjemahan Bahasa Indonesia
A'uudzu billaahhi minasy syaithoonir rojiim alaa inna auliya alloohhi laa khoufun 'alaihim walaa hum yahzanuun bismillaahhir rohmaanir rohiim alhamdulillaahhi robbil 'aalamiin wal 'aaqibatu lilmuttaqiin wa laa 'udwaana illa 'alaazh zhoolimiin washsholaatu wassalaamu 'alaa sayyidinaa muhammadiw wa 'alaa aalihhii wa shohbihhi ajma'iin ammaa ba'du
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Puja-puji bagi Allah pembina semesta alam. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan alam, nabi kita Nabi Muhammad saw, beserta keluarganya, sahabatnya, serta auliya Allah, dan para pengikut beliau dari dahulu sampai sekarang dan pada masa yang akan datang.
Maka ini sekelumit Manaqib Sulthonul Auliya Syekh Abdul Qodir Jailani qsn, memetik dari kitab Tafrikhul Khothir fii Manaqibis Syaikh Abdul Qodir dan dari kitab 'Uquudul Laili fii Manaqibil Jaili. Semoga dengan diperingati dan dibacakan manaqib ini, yakni riwayat serta sejarah perjuangan Syekh Abdul Qodir Jailani, senantiasa Allah SWT melimpahkan karunia kepada kita sekalian, terutama kepada shohibul hajat keselamatan dan keberkahannya.
***
1. MANQOBAH PERTAMA:
MENERANGKAN TENTANG NASAB KETURUNAN SYEKH ABDUL QODIR JAELANI
NASAB DARI AYAH
NASAB DARI AYAH
Sayyid Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani ayahnya bernama : Abu Sholeh Janki Dausat, putra Abdullah, putra Yahya az-Zahid, putra Muhammad, putra Daud, putra Musa at-Tsani, putra Musa al-Jun, putra Abdulloh al-Mahdi, putra Hasan al-Mutsanna, cucu Nabi Muhammad saw. putra Sayyidina 'Ali KarromAllahu Wajhahu.
NASAB DARI IBU
Sayyid Abdul Qodir Jaelani ibunya bernama : Ummul Khoer Ummatul Jabbar Fathimah putra Sayyid Muhammad putra Abdulloh as Sumi'i, putra Abi Jamaluddin as-Sayyid Muhammad, putra al-Iman Sayid Mahmud bin Thohir, putra al-Imam Abi Atho, putra sayid Abdulloh al-Imam Sayid Kamaludin Isa, putra Imam Abi Alaudin Muhammad al-Jawad, putra Ali Rido Imam Abi Musa al-Qodim, putra Ja'far Shodiq, putra Imam Muhammad al-Baqir, putra Imam Zaenal Abidin, putra Abi Abdillah al-Husain, putra Ali bin Abi Tholib KarromAllahu wajhah. Dengan demikian, Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah Hasani dan sekaligus Husaini.
NASAB DARI IBU
Sayyid Abdul Qodir Jaelani ibunya bernama : Ummul Khoer Ummatul Jabbar Fathimah putra Sayyid Muhammad putra Abdulloh as Sumi'i, putra Abi Jamaluddin as-Sayyid Muhammad, putra al-Iman Sayid Mahmud bin Thohir, putra al-Imam Abi Atho, putra sayid Abdulloh al-Imam Sayid Kamaludin Isa, putra Imam Abi Alaudin Muhammad al-Jawad, putra Ali Rido Imam Abi Musa al-Qodim, putra Ja'far Shodiq, putra Imam Muhammad al-Baqir, putra Imam Zaenal Abidin, putra Abi Abdillah al-Husain, putra Ali bin Abi Tholib KarromAllahu wajhah. Dengan demikian, Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah Hasani dan sekaligus Husaini.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***
2. MANQOBAH KEDUA:
BEBERAPA MACAM TANDA KEMULIAAN PADA WAKTU SYAIKH ABDUL QODIR DILAHIRKAN
Sayid Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani dilahirkan di Naif, Jailani Irak pada tanggal 1 bulan Romadhon, tahun 470 Hijriyah, bertepatan dengan 1077 Masehi. Beliau wafat pada tanggal 11 Rabiul Akhir tahun 561 Hijriyah bertepatan dengan 1166 Masehi, pada usia 91 tahun. Beliau dikebumikan di Baghdad, Irak.
PADA MALAM BELIAU DI LAHIRKAN ADA LIMA KAROMAH (KEMULIAAN):
PADA MALAM BELIAU DI LAHIRKAN ADA LIMA KAROMAH (KEMULIAAN):
- Ayah Syekh Abdul Qodir Jaelani, yaitu Abi Sholih Musa Janki, pada malam hari bermimpi dikunjungi Rosululloh SAW., diiringi para Sahabat dan Imam Mujtahidin, serta para wali. Rosululloh bersabda kepada Abi Sholih Musa Janki: "Wahai, Abi Sholih kamu akan diberi putra oleh Allah. Putramu bakal mendapat pangkat kedudukan yang tinggi di atas pangkat kewalian sebagaimana kedudukanku diatas pangkat kenabian. Dan anakmu ini termasuk anakku juga, kesayanganku dan kesayangan Allah.
- Setelah kunjungan Rosululloh SAW, para Nabi datang menghibur ayah Syekh Abdul Qodir : "Nanti kamu akan mempunyai putra, dan akan menjadi Sulthonul Auliya, seluruh wali selain Imam Makshum, semuanya di bawah pimpinan putramu".
- Syekh Abdul Qodir sejak dilahirkan menolak untuk menyusu, baru menyusu setelah berbuka puasa.
- Di belakang pundak Syekh Abdul Qodir tampak telapak kaki Rosululloh SAW, dikala pundaknya dijadikan tangga untuk diinjak waktu Rosululloh akan menunggang buroq pada malam Mi'raj.
- Pada malam dilahirkan, Syekh Abdul Qodir diliputi cahaya sehingga tidak seorangpun yang mampu melihatnya. Sedang usia ibunya waktu melahirkan ia berusia 60 tahun, ini juga sesuatu hal yang luar biasa.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***
3. MANQOBAH KETIGA :
KECERDASAN SYEKH ABDUL QODIR DALAM WAKTU MENUNTUT ILMU
Syekh Abdul Qodir dalam menuntut ilmu berusaha mencari guru-guru yang sudah pakar dalam ilmunya. Beliau mempelajari serta memperdalam bermacam-macam disiplin ilmu diantaranya disiplin ilmu syari'ah. Seluruh gurunya mengungkapkan tentang kecerdasan Syekh Abdul Qodir. Beliau belajar ilmu Fiqih dari Abil Wafa 'Ali bin 'Aqil. Dari Abi 'Ali Khotob al Kaludiani dan Abi Husein Muhammad bin Qodhi. Ditimbanya ilmu Adab dari Abi Zakaria At-Tibrizi. Ilmu Thoriqoh dipelajarinya dari Syekh Abi Khoer Hamad bin Muslim bin Darowatid Dibbas. Sementara itu, beliau terus menerus meraih pangkat yang sempurna, berkat rahmat Allah Yang Maha Esa sehingga beliau menduduki pangkat tertinggi. Dengan semangat juang yang tinggi, disertai kebulatan tekad yang kuat beliau berusaha mengekang serta mengendalikan hawa nafsu keinginannya. Beliau berkhalwat di Iraq dua puluh tahun lamanya, dan tidak berjumpa dengan siapapun.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***
4. MANQOBAH KEEMPAT :
KEPRIBADIAN DAN BUDI PEKERTI SYEKH ABDUL QODIR
Akhlaq, pribadi Syekh Abduk Qodir Jaelani sangat taqwa disebabkan sangat takutnya kepada Allah, hatinya luluh, air matanya bercucuran. Do'a permohonannya diterima Allah. Beliau seorang dermawan berjiwa sosial, jauh dari perilaku buruk dan selalu dekat dengan kebaikan. Berani dan kokoh dalam mempertahankan haq, selalu gigih dan tegar dalam menghadapi kemungkaran. Beliau pantang sekali menolak orang yang meminta-minta, walau yang diminta pakaian yang sedang beliau pakai. Sifat dan watak beliau tidak marah karena hawa nafsu, tidak memberi pertolongan kalau bukan karena Allah. Beliau diwarisi akhlaq Nabi Muhammad SAW., ketampanan wajahnya setampan Nabi Yusuf a.s. Benarnya (shiddiqnya) dalam segala hal sama dengan benarnya Sayidina Abu Bakar r.a. Adilnya, sama dengan keadilan Sayidina Umar bin Khottob r.a. Hilimnya dan kesabarannya adalah hilimnya Sayidina Utsman bin Affan r.a. Kegagahan dan keberaniannya, berwatak keberanian Sayidina Ali bin Abi Tholib KarromAllahu wajhah.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***
5. MANQOBAH KELIMA :
PAKAIAN SYEKH ABDUL QODIR DAN UJIAN YANG BELIAU TERIMA
Pakaian Syekh Abdul Qodir yaitu jubah dari bulu domba yang kasar, dikepala beliau dililitkan sebuah kain. Di kala beliau berjalan walaupun jalan yang dilaluinya banyak durinya, beliau jarang beralas kaki, tidak memakai terompah apalagi sepatu. Makanannya cukup hanya makan buah-buahan dan dedaunan. Dan kebiasaan beliau, tidak tidur dan tidak minum air kecuali hanya sedikit saja, dan pernah dalam waktu yang lama, beliau tidak makan, kemudian beliau berjumpa dengan seseorang yang memberikan sebuah pundi-pundi berisikan sejumlah uang dirham. Sebagai pemberian hormat kepada pemberinya, beliau mengambil sebagian uang tadi untuk membeli roti dan bubur, kemudian duduklah beliau untuk memakannya. Tiba-tiba ada sepucuk surat yang tertulis demikian : انما جعلت الشهوات لضعفاء عبادي ليستعينوا بها على الطاعة واما الاقوياء فما لهم الشهوات INNAMAA JU'ILATIS SYAHAWAATU LIDHU'AFAA'I 'IBAADII LIYASTA'IINUU BIHAA 'ALAT-THO'AATI, WA AMMAL AQWIYAA'U FAMAA LAHUMUS-SYAHAWAATU (Sesungguhnya syahwat-syahwat itu adalah untuk hamba-hambaKU yang lemah, untuk menunjang berbuat tho'at. Adapun orang-orang yang kuat itu seharusnya tidak punya syahwat keinginan). Maka setelah membaca surat tersebut beliau tidak jadi makan. Kemudian beliau mengambil saputangannya, terus meninggalkan makan roti dan bubur tadi. Lalu beliau menghadap qiblat serta sholat dua roka'at. Setelah sholat, beliau mengerti bahwa dirinya masih diberi pertolongan oleh Allah SWT. Dan hal itu merupakan ujian bagi beliau.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***
6. MANQOBAH KEENAM :
SYEKH ABDUL QODIR BERSAMA NABI KHIDHIR DI IRAQ
Pada waktu Syekh Abdul Qodir memasuki negara Iraq, beliau ditemani oleh Nabi Khidhir a.s., pada waktu itu Syekh belum kenal, bahwa itu Nabi Khidhir a.s., Syekh dijanjikan oleh Nabi Khidhir, tidak diperbolehkan mengingkari janji. Sebab kalau ingkar janji, bisa berpisah. Kemudian Nabi Khidhir a.s. berkata : "Duduklah engkau disini! Maka duduklah Syekh pada tempat yang yang ditunjukkan oleh Nabi Khidhir a.s. selama 3 tahun. Setiap tahunnya Syekh dikunjungi oleh Nabi Khidhir a.s. sambil berkata : "Janganlah kamu meninggalkan tempat ini sebelum aku datang kepadamu !".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***
7. MANQOBAH KETUJUH :
KEBIASAAN SYEKH ABDUL QODIR SETIAP MALAM DIGUNAKAN UNTUK IBADAH SHOLAT DAN DZIKIR
Syekh Abu Abdillah Muhammad al-Hirowi meriwayatkan bahwa :"Saya berkhidmat menjadi mitra dan mendampingi Syekh Abdul Qodir selama empat puluh tahun lamanya. Selama itu saya (Syekh Abu Abdillah) menyaksikan beliau bila sholat Shubuh hanya dicukupkan dengan wudhu 'Isya, artinya beliau tidak bathal wudhu. Seusai sholat lalu Syekh masuk kamar menyendiri sampai waktu sholat Shubuh. Para pejabat pemerintah banyak yang datang untuk bersilaturrahmi, tapi kalau datangnya malam hari tidak bisa bertemu dengan beliau terpaksa mereka harus menunggu sampai waktu Shubuh. Pada suatu malam saya mendampingi beliau, sekejap matapun saya tidak tidur, saya menyaksikan sejak sore hari beliau melaksanakan sholat dan pada malam harinya dilanjutkan dengan zikir, lewat sepertiga malam lalu beliau membaca : ALMUHIITHUR ROBBUSY SYAHIIDUL HASIIBUL FA'AALUL KHOLLAAQUL KHOOLIQUL BAARI`UL MUSHOWWIR. Tampak badannya bertambah kecil sampai mengecil lagi, lalu badannya berubah menjadi besar dan bertambah besar, lalu naik tinggi ke atas meninggi bertambah tinggi lagi, sampai tidak tampak dari pemandangan. Sejurus kemudian beliau muncul lagi berdiri melakukan sholat dan pada waktu sujud sangat lama sekali. Demikianlah beliau mendirikan sholat semalam suntuk, dari dua pertiga malam harinya, lalu beliau menghadap qiblat sambil membaca do'a. Tiba-tiba terpancarlah sinar cahaya menyoroti arah beliau dan badannya diliputi sinar cahaya dan tidak henti-hentinya terdengar suara yang mengucapkan salam sampai terbit fajar.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***
8. MANQOBAH KEDELAPAN :
BERLAKU BENAR DAN JUJUR ADALAH PANDANGAN HIDUP SYEKH ABDUL QODIR
Diriwayatkan, Syekh Abdul Qodir ditanya oleh seorang ikhwan, "Apakah pedoman dalam pandangan hidup ber'amal?". Beliau menjawab: "Bagiku wajib benar pantang untuk berdusta." Diriwayatkan, pada waktu Syekh menginjak usia muda belia, berusia 18 tahun. Pada suatu hari yaitu hari Arafah bagi kaum muslimin yang naik haji atau sehari sebelum 'Iedul Adha, beliau pergi ke padang rumput menggembalakan seekor unta. Ditengah perjalanan unta tersebut menoleh ke belakang dan berkata kepada beliau : "Hei Abdul Qodir, kamu tercipta bukan sebagai penggembala unta." Peristiwa itu mengejutkan Syekh, dan beliau kembali pulang. Sekembali di rumahnya, beliau naik ke atap rumahnya, dan dengan mata bathinnya beliau melihat suatu majelis yang amat besar di Arafah. Setelah itu Syekh datang menemui ibunya dan berkata : "Wahai Ibunda tercinta, tadi sewaktu saya menggembala unta, si unta berkata padaku dengan bahasa manusia yang fasih ; 'Hei Abdul Qodir, kamu tercipta bukan sebagai penggembala unta', karenanya bila bunda mengizinkan, saya ingin mesantren ke negeri Baghdad." Seperti telah diketahui umum, pada waktu itu Baghdad lah pusat pengetahuan agama Islam. Ketika Ibunya mendengar permohonan puteranya, maka keluarlah air matanya, mengingat ia sudah tua dan suaminya, yakni Ayahanda Syekh Abdul Qodir sudah lama meninggal dunia; timbul pertanyaan di hati Sang Bunda: apakah aku akan bertemu lagi dengan puteraku tercinta? Akan tetapi karena Sang Ibu adalah seorang wanita yang bersih hati, maka ia tidak menghalangi niat mulia Sang Putra. Lalu Sang Ibu berkata: "Baiklah wahai anakku, bila memang tekadmu sudah bulat, Ibu mengizinkanmu mesantren ke Baghdad, ini Ibu sudah mempersiapkan uang 40 dinar yang ibu jahit dalam bajumu, persis dibawah ketiak bajumu. Uang ini adalah peninggalan Almarhum Ayahmu. Namun sebelum berpisah, Ibu ingin agar kau berjanji pada ibu, agar jangan pernah kau berdusta dalam segala keadaan." Syekh Abdul Qodir pun mempersembahkan janjinya pada Sang Bunda : "Saya berjanji untuk selalu berkata benar dalam segala keadaan, wahai ibunda". Kemudian berpisahlah ibu dan anak tersebut dengan hati yang amat berat. Setelah beberapa hari kafilah berangkat, dan Syekh Abdul Qodir turut pula di dalamnya berjalan dengan selamat, maka tatkala kafilah itu hampir memasuki kota Baghdad, di suatu tempat, Hamdan namanya, tiba-tiba datang segerombolan perampok. Enam puluh orang penyamun berkuda merampok kafilah itu habis-habisan. Semua perampok tadi tidak ada yang memperdulikan, menganiaya atau bersikap bengis kepada Syekh Abdul Qodir, karena beliau nampak begitu sederhana dan miskin. Mereka berprasangka bahwa pemuda itu tidak punya apa-apa. Kemudian ada salah seorang penyamun datang bertanya "Hei anak muda, apa yang kau punyai?" Kemudian Syekh menjawab : "Saya punya uang 40 dinar". "Tampang gembel gini ngaku kaya, huh,dasar!", hardik si penyamun sambil ngeloyor pergi. Lalu si penyamun menghadap kepala rampok sambil mengadu : "Wahai ketua, tadi ada pemuda miskin, ia mengaku mempunyai 40 dinar, namun tidak ada satupun yang percaya." "Dasar bodoh, bukannya kalian buktikan, malah dibiarkan, bawa pemuda itu kesini!", bentak si kepala rampok pada anak buahnya. Lalu Syekh di hadapkan kepada pimpinan rampok dan ditanya oleh ketua rampok : "Hai anak muda, apa yang kau punyai?". Syekh Abdul Qodir menjawab: "Sudah kubilang dari tadi, bahwa aku mempunyai 40 dinar emas, di jahit oleh ibuku di bawah ketiak bajuku, kalau kalian tidak percaya biar kubuktikan!". Lalu Syekh membuka bajunya dan mengiris kantong di bawah ketiak bajunya dan sekaligus menghitung uang sejumlah 40 dinar tadi. Melihat uang sebanyak itu, sang kepala penyamun bukannya bergembira, tapi malah diam terpesona sejenak, lalu bertanya pada Syekh : "Anak muda, orang lain jangankan punya uang sebanyak ini, punya satu sen pun kalau belum dipukul belum mau menyerahkan, kenapa kamu yang punya uang sebanyak ini justru selalu jujur kalau ditanya?". Syekh menjawab dengan tenang: "Aku telah berjanji pada ibuku untuk jujur dan tidak dusta dalam keadaan apapun. Jika aku berbohong maka tidak bermakna upayaku menimba ilmu agama." Mendengar jawaban itu, sang kepala penyamun tadi bercucuranlah air matanya, dan jatuh terduduk di kaki Syekh Abdul Qodir sambil berkata : "Dalam keadaan segawat ini, kau tidak berani melanggar janji pada ibumu, betapa hinanya kami yang selama ini melanggar perintah Tuhan, sekarang saksikan di hadapanmu bahwa kami bertobat dari pekerjaan hina ini." Kemudian kepala perampok tadi dan anak buahnya mengembalikan semua barang-barang hasil rampokan kepada kafilah, perjalanan dilanjutkan sampai ke Baghdad. Anak buah perampok semua mengikuti jejak langkah pemimpinnya. Kembalilah mereka kedalam masyarakat biasa mencari nafkah dengan halal dan jujur. * Diriwayatkan, kepala perampok itu menjadi murid pertamanya.
Diriwayatkan, Syekh Abdul Qodir ditanya oleh seorang ikhwan, "Apakah pedoman dalam pandangan hidup ber'amal?". Beliau menjawab: "Bagiku wajib benar pantang untuk berdusta." Diriwayatkan, pada waktu Syekh menginjak usia muda belia, berusia 18 tahun. Pada suatu hari yaitu hari Arafah bagi kaum muslimin yang naik haji atau sehari sebelum 'Iedul Adha, beliau pergi ke padang rumput menggembalakan seekor unta. Ditengah perjalanan unta tersebut menoleh ke belakang dan berkata kepada beliau : "Hei Abdul Qodir, kamu tercipta bukan sebagai penggembala unta." Peristiwa itu mengejutkan Syekh, dan beliau kembali pulang. Sekembali di rumahnya, beliau naik ke atap rumahnya, dan dengan mata bathinnya beliau melihat suatu majelis yang amat besar di Arafah. Setelah itu Syekh datang menemui ibunya dan berkata : "Wahai Ibunda tercinta, tadi sewaktu saya menggembala unta, si unta berkata padaku dengan bahasa manusia yang fasih ; 'Hei Abdul Qodir, kamu tercipta bukan sebagai penggembala unta', karenanya bila bunda mengizinkan, saya ingin mesantren ke negeri Baghdad." Seperti telah diketahui umum, pada waktu itu Baghdad lah pusat pengetahuan agama Islam. Ketika Ibunya mendengar permohonan puteranya, maka keluarlah air matanya, mengingat ia sudah tua dan suaminya, yakni Ayahanda Syekh Abdul Qodir sudah lama meninggal dunia; timbul pertanyaan di hati Sang Bunda: apakah aku akan bertemu lagi dengan puteraku tercinta? Akan tetapi karena Sang Ibu adalah seorang wanita yang bersih hati, maka ia tidak menghalangi niat mulia Sang Putra. Lalu Sang Ibu berkata: "Baiklah wahai anakku, bila memang tekadmu sudah bulat, Ibu mengizinkanmu mesantren ke Baghdad, ini Ibu sudah mempersiapkan uang 40 dinar yang ibu jahit dalam bajumu, persis dibawah ketiak bajumu. Uang ini adalah peninggalan Almarhum Ayahmu. Namun sebelum berpisah, Ibu ingin agar kau berjanji pada ibu, agar jangan pernah kau berdusta dalam segala keadaan." Syekh Abdul Qodir pun mempersembahkan janjinya pada Sang Bunda : "Saya berjanji untuk selalu berkata benar dalam segala keadaan, wahai ibunda". Kemudian berpisahlah ibu dan anak tersebut dengan hati yang amat berat. Setelah beberapa hari kafilah berangkat, dan Syekh Abdul Qodir turut pula di dalamnya berjalan dengan selamat, maka tatkala kafilah itu hampir memasuki kota Baghdad, di suatu tempat, Hamdan namanya, tiba-tiba datang segerombolan perampok. Enam puluh orang penyamun berkuda merampok kafilah itu habis-habisan. Semua perampok tadi tidak ada yang memperdulikan, menganiaya atau bersikap bengis kepada Syekh Abdul Qodir, karena beliau nampak begitu sederhana dan miskin. Mereka berprasangka bahwa pemuda itu tidak punya apa-apa. Kemudian ada salah seorang penyamun datang bertanya "Hei anak muda, apa yang kau punyai?" Kemudian Syekh menjawab : "Saya punya uang 40 dinar". "Tampang gembel gini ngaku kaya, huh,dasar!", hardik si penyamun sambil ngeloyor pergi. Lalu si penyamun menghadap kepala rampok sambil mengadu : "Wahai ketua, tadi ada pemuda miskin, ia mengaku mempunyai 40 dinar, namun tidak ada satupun yang percaya." "Dasar bodoh, bukannya kalian buktikan, malah dibiarkan, bawa pemuda itu kesini!", bentak si kepala rampok pada anak buahnya. Lalu Syekh di hadapkan kepada pimpinan rampok dan ditanya oleh ketua rampok : "Hai anak muda, apa yang kau punyai?". Syekh Abdul Qodir menjawab: "Sudah kubilang dari tadi, bahwa aku mempunyai 40 dinar emas, di jahit oleh ibuku di bawah ketiak bajuku, kalau kalian tidak percaya biar kubuktikan!". Lalu Syekh membuka bajunya dan mengiris kantong di bawah ketiak bajunya dan sekaligus menghitung uang sejumlah 40 dinar tadi. Melihat uang sebanyak itu, sang kepala penyamun bukannya bergembira, tapi malah diam terpesona sejenak, lalu bertanya pada Syekh : "Anak muda, orang lain jangankan punya uang sebanyak ini, punya satu sen pun kalau belum dipukul belum mau menyerahkan, kenapa kamu yang punya uang sebanyak ini justru selalu jujur kalau ditanya?". Syekh menjawab dengan tenang: "Aku telah berjanji pada ibuku untuk jujur dan tidak dusta dalam keadaan apapun. Jika aku berbohong maka tidak bermakna upayaku menimba ilmu agama." Mendengar jawaban itu, sang kepala penyamun tadi bercucuranlah air matanya, dan jatuh terduduk di kaki Syekh Abdul Qodir sambil berkata : "Dalam keadaan segawat ini, kau tidak berani melanggar janji pada ibumu, betapa hinanya kami yang selama ini melanggar perintah Tuhan, sekarang saksikan di hadapanmu bahwa kami bertobat dari pekerjaan hina ini." Kemudian kepala perampok tadi dan anak buahnya mengembalikan semua barang-barang hasil rampokan kepada kafilah, perjalanan dilanjutkan sampai ke Baghdad. Anak buah perampok semua mengikuti jejak langkah pemimpinnya. Kembalilah mereka kedalam masyarakat biasa mencari nafkah dengan halal dan jujur. * Diriwayatkan, kepala perampok itu menjadi murid pertamanya.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***
9. MANQOBAH KESEMBILAN:
SYEKH ABDUL QODIR UNTUK PERTAMA KALINYA MEMBERIKAN CERAMAH PENGAJIAN DI HADAPAN PARA ULAMA BAGHDAD
Dalam kitab Bahjatul Asror diterangkan bahwa pada hari Selasa tanggal enam bulan Syawal tahun 521 Hijriyah menjelang waktu dzuhur, saya melihat kedatangan Rosululloh SAW, kata Syekh Abdul Qodir, lalu beliau bersabda kepadaku : "Wahai anakku, mengapa kamu tidak segera memberikan pengajian pada jama'ah pengajian itu?". Lalu Syekh Abdul Qodir mengemukakan alasannya : "Ya RosulAllah, bagaimana saya bisa memberikan pengajian, sebagaimana diketahui bahwa saya ini orang ajam, sedangkan mereka para Alim Ulama Baghdad yang akan kuhadapi, mereka sangat fasih berbahasa Arab". "Coba buka mulutmu!", sabda Rosululloh SAW. yang ditujukan kepadaku. Lalu saat itu pula saya membuka mulut, kemudian diludahinya mulutku tujuh kali oleh Rosululloh SAW. Sabda beliau : "Mulai sekarang, silakan kamu mengajar, ajaklah mereka menuju Tuhanmu dengan jalan hikmat dan kebijaksanaan, berikan nasihat dengan tuntunan dan tutur kata yang baik." Setelah itu beliau menghilang dari pandanganku. Setelah kejadian itu lalu aku melaksanakan sholat Dzuhur. Tidak berapa lama kemudian saya melihat orang-orang berdatangan dari beberapa arah, mereka berbondong-bondong menuju madrosahku. Menghadapi kejadian ini saya menjadi gugup, badan terasa menggigil, dagu menggeletar, gigi gemeretak, hatiku berdebar-debar. Dan anehnya lagi mulutku terasa terkunci dan tidak bisa berbicara. Menghadapi kebingungan ini tiba-tiba terlihat Sayyidina Ali langsung berdiri di hadapanku sambil bertanya: "Mengapa kamu tidak segera memulai pengajian?". Dengan penuh khidmat saya menjawab: "Saya menjadi kaku dan gugup, tidak bisa berbicara menghadapi orang banyak". Lalu beliau menyuruh padaku untuk membuka mulut. Setelah mulutku dibuka agak ternganga, lalu diludahinya enam kali. Saya bertanya kepada beliau: "Mengapa tidak tujuh kali ?". Beliau memjawab: " Karena menghormati kepada yang lebih tinggi kedudukannya, yakni Rosululloh SAW". Setelah itu beliau menghilang lagi dari pandanganku. Sejurus kemudian badanku menjadi tidak kaku dan hatiku terasa lapang, tidak ada sesuatu apapun yang mengganjal, lalu saat itu pula pengajian dibuka dan dimulai dengan lancarnya. Pada pengajian pertama itu saya mulai memberikan nasihat dengan pendahuluan pembahasan sebagai berikut: ghowwasul fikri yaghusu fi bahril qolbi 'ala duroril ma'arifi faastakhrijuhaa ilas sahilis shodri fayunaadi 'alaiha simsarut turjumanil lisani watasytari binafaisi husnit tho'ati fi buyutin adzinAllahu anturfa'a. "Pola pikirku diibaratkan para penyelam, menyelam ke dasar lautan hati, untuk mencari mutiara ma'rifat, setelah kuperoleh lalu aku muncul kepermukakaan tepi pantai lautan dada, lalu para pialang melalui para penerjemahnya menawarkan dagangannya, dan mereka membeli dengan nilai ketaatan, ketaqwaan yang baik. Firman Allah dalam Al-Qur'an: Pelita itu dalam rumah-rumah (mesjid) yang sudah diijinkan Allah menghormatinya dan menyebut namaNYA dalam rumah itu serta bertasbih didalamnya pagi dan petang." (Q.S. An-Nur : 36).
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***
10. MANQOBAH KESEPULUH :
PARA ULAMA BAGHDAD BERKUMPUL DI MADROSAH SYEKH ABDUL QODIR DENGAN MEMBAWA MASALAH YANG BERBEDA
Syekh Abu Muhammad Al-Mufarroj meriwayatkan, pada waktu saya ikut hadir di majelis Syekh Abdul Qodir, seratus orang ulama Baghdad telah berkumpul masing-masing membawa berbagai masalah untuk menguji Syekh, lalu beliau menundukkan kepalanya, maka tampaklah oleh mereka cahaya laksana kilat keluar dari dada beliau. Kemudian cahaya itu menghampiri dada tiap para ulama tadi, spontan mereka menjadi gemetar kebingungan dan nafas mereka naik turun, lalu mereka berteriak dengan teriakan yang sama, baju yang mereka pakai mereka robek-robek sendiri, demikian pula sorban yang mereka pakai, mereka lemparkan sendiri, lalu mereka mendekati kursi Syekh dan di pegangnya kaki beliau, lalu masing-masing bergiliran meletakkan kaki Syekh di atas kepala mereka. Pada saat itu suasana menjadi gaduh dan hiruk pikuk. Lalu Syekh memeluk dan mendekap para alim ulama itu seorang demi seorang, dan masalah yang akan dikemukakan mereka satu-persatu dijawabnya dengan tepat dan jelas serta memuaskan. Mereka menjadi tercengang serta kagum atas kepintaran dan kehebatan Syekh dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tadinya akan mereka tanyakan.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***
11. MANQOBAH KESEBELAS :
TELAPAK KAKI NABI MUHAMMAD SAW. MEMIJAK PUNDAK SYEKH ABDUL QODIR PADA MALAM MI'RAJ
Syekh Rosyidin Al-Junaidi meriwayatkan, pada malam Mi'raj, malaikat datang menghadap Rosululloh SAW. sambil membawa buroq. Tampak sekali kaki buroq itu bercahaya laksana bulan, dan paku kasut telapak kakinya bersinar seperti sinar bintang. Dikala buroq itu dihadapkan kepada Rosululloh SAW., ia tidak bisa diam dan kakinya bergoyang-goyang seperti sedang menari. Rosululloh SAW. bertanya "Mengapa kamu tidak diam? Apakah kamu menolak untuk kutunggangi?". Buroq berunjuk sembah: "Tidak, demi nyawa yang menjadi penebusnya, saya tidak menolak, namun ada suatu permohonan, nanti pada waktu Rosululloh SAW. akan masuk surga, jangan menunggangi yang lain selain saya sendiri yang menjadi tunggangannya." Rosululloh SAW. menjawab: "baik, permintaanmu akan kukabulkan". Buroq masih mengajukan permohonannya: "Ya RosulAllah, saya mohon agar tangan yang mulia memegang pundakku untuk tanda bukti nanti pada hari kiamat". Lalu dipegangnya pundak buroq itu oleh Rosululloh SAW. Karena gejolak rasa gembira sehingga jasad buroq itu tidak cukup untuk menampung ruhnya, sehingga naiklah badannya membumbung tinggi keatas setinggi empat puluh hasta tinggi badannya. Rosululloh berdiri sebentar melihat badan buroq itu menjadi naik keatas sehingga terpaksa Rosululloh SAW. mencari dan memerlukan tangga. Sementara itu, sekonyong-konyong datanglah ruh Ghoutsul A'dhom Syekh Abdul Qodir Jailani mengulurkan pundaknya sambil berkata: "Silahkan pundakku diinjak untuk dijadikan tangga". Lalu Rosululloh memijakkan kaki beliau pada pundak Syekh, dan ruh itu mengantarkan telapak kaki Rosululloh SAW. untuk menunggangi buroq. Di saat itu Rosululloh SAW. bersabda: "Telapak kakiku menginjak pundakmu, dan telapak kakimu nanti akan menginjak pundaknya para waliyulloh.
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***
12. MANQOBAH KEDUA BELAS:
PARA WALI MENYAKSIKAN PERINGKAT KETINGGIAN SYEKH ABDUL QODIR
Diriwayatkan dalam kitab Roudhotun Nadhirin fii Manaqibi As-Syaikh Abdul Qodir, pada masa periode keenam dari zaman Abi Ali Al-Hassan As-Sirri, sampai pada masa kelahiran Syekh Abdul Qodir, tidak ada seorang 'alim ulama, kecuali pada umumnya mereka membicarakan tentang keagungan pangkat kewalian Syekh dan akan menginjak pundak para waliyulloh. Para 'alim ulama itu menerima isi dari pengumuman tersebut, kecuali seorang wali dari kota Asfahan ia menolak isi dari pengumuman itu. Dengan adanya penolakan tentang kewalian Syekh, pada saat itu juga gugurlah ia dari pangkat kewaliannya. Hampir tiga ratus tahun lagi Syekh Abdul Qodir akan lahir, kedudukan pangkat kewaliannya sudah masyhur dikenal masyarakat.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***13. MANQOBAH KETIGA BELAS:
KERUSAKAN ORANG-ORANG YANG MENYEBUT SYEKH ABDUL QODIR TANPA BERWUDHU
Dalam kitab Kanzil Ma'ani diriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qodir pada waktu pertama kali beliau menerima pangkat kewaliannya, beliau diliputi dengan sifat Jalaliyah Allah, yakni sifat Keperkasaan-Kesaktian. Oleh karena itu namanya menjadi sangat sakti. Kesaktiannya telah terbukti bagi orang yang menyebut nama Syekh Abdul Qodir dengan bersikap secara tidak sopan, menyebut nama beliau dengan tidak punya wudhu, akan putus lehernya. Pada waktu berjumpa dengan Rosululloh SAW., Rosul berpesan: "Wahai Abdul Qodir, sikap perilakumu itu jangan kau lakukan lagi, banyak yang menyebut nama Allah dan namaku, mereka tidak bersifat sopan". Setelah menerima amanat beliau, saat itu juga sikap perbuatan itu beliau tinggalkan. Banyak ulama Baghdad yang menghadap Syekh Abdul Qodir, mereka mengharapkan agar beliau melepaskan sikap perbuatan itu, mengingat banyak yang menjadi korban, dan merasa iba terhadap mereka. Syekh Abdul Qodir berkata : "Sesungguhnya hal ini bukanlah keinginan saya, saya menerima sabda dari Allah yang isinya: "Kamu sudah mengagungkan nama-Ku, namamu juga Ku agungkan". Para alim ulama mengemukakan yang menjadi sebab nama Syekh Abdul Qodir itu sangat sakti karena beliau selalu membaca Saefi Hizbul Yaman karangan Sayyidina Ali KarromAllahu Wajhah.
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***14. MANQOBH KEEMPAT BELAS :
ORANG YANG MEMBACA HADIAH (BERTAWASUL) KEPADA SYEKH ABDUL QODIR AKAN DI HASILKAN MAKSUDNYA
Diriwayatkan oleh guru-guru yang telah mendapat kehormatan, barangsiapa yang menyebut nama Syekh Abdul Qodir dengan tidak berwudhu, Allah akan menyempitkan rezeqinya. Dan barangsiapa yang bernazar akan membaca hadiah bagi Syekh Abdul Qodir, harus segera dilaksanakan agar kelak jangan disebut orang yang menantang dan dikhawatirkan akan menerima kutukan. Barangsiapa yang bersedekah makanan yang manis-manis pada malam Jum'at lalu dibagikan pada faqir miskin dan sebelumnya membaca hadiah bertawasul dengan membaca fatihah kepada Syekh Abdul Qodir lalu dimohonkan karomah dan syafa'atnya, Insya Allah akan dihasilkan segala maksudnya dan akan mendapat pertolongan dari Allah. Barangsiapa yang membaca fatihah berhadiah kepada Syekh Abdul Qodir, bagi orang tersebut akan diberi kelapangan, dan akan dikeluarkan dari segala kesulitan dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menyebut nama Syekh Abdul Qodir dengan mempunyai wudhu dengan keikhlashan serta mengagungkan dan menghormati kepada beliau, Allah akan melimpahkan kegembiraan pada hari itu baginya serta akan dilebur dosanya.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***15. MANQOBAH KELIMA BELAS:
NAMA SYEKH ABDUL QODIR SEPERTI ISMUL A'DZHOM
Di dalam kitab Haqoiqul-Haqoiq diriwayatkan, ada seorang perempuan datang menghadap Syekh Abdul Qodir mengadukan hal anaknya: "Saya hanya mempunyai seorang anak, kini ia hilang tenggelam kedasar laut, saya percaya dengan penuh keyakinan bahwa Syekh bisa mengembalikan lagi anak saya dan menghidupkan kembali, hidup seperti sedia kala, untuk hal ini saya mohon pertolongannya". Mendengar keluhan dan permohonan perempuan itu, Syekh berkata: "Sekarang juga pulanglah dan anakmu sekarang sudah berada di rumahmu". Perempuan itu pulang dengan tergesa-gesa, setibanya di rumah, anaknya itu tidak ada. Sementara itu segera ia menghadap lagi kepada Syekh sambil menangis melapor bahwa anaknya itu tidak ada di rumahnya. Syekh berkata: "Sekarang anakmu sudah berada di rumahmu, sebaiknya kamu segera pulang". Perasaan rindu pada anaknya menggebu-gebu, namun setibanya di rumah, anaknya belum juga ada. Dengan penuh keyakinan ia tidak merasa putus asa datang lagi menghadap Syekh sambil menangis menjerit-jerit, mohon supaya anaknya itu hidup lagi. Sejenak kemudian Syekh menundukkan kepalanya dan tegak kembali sambil berkata: "Sekarang tidak salah lagi, pasti anakmu saat ini juga sudah berada di rumah". Dengan penuh harap ia pulang menuju rumahnya, dan setibanya di rumah ternyata anaknya dengan selamat hidup kembali berkat karomah Syekh Abdul Qodir. Menghadapi peristiwa ini, Syekh Abdul Qodir bermunajat mengadukan halnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sambil menumpahkan isi hatinya: "Sungguh saya merasa malu, Ya Allah, oleh seorang perempuan sampai tiga kali ia mengadukan hal anaknya. Apa latar belakangnya, dan apa pula hikmah dari segala rahasia keterlambatan ini?". Allah menjawab: "Semua ucapan dan janjimu kepada perempuan itu, kesemuanya itu benar tidak salah. Dan untuk diketahui pada waktu pertama kamu mengatakan pada perempuan itu bahwa anaknya sudah berada di rumah, waktu itu malaikat baru mengumpulkan tulang belulangnya yang berserakan, dan untuk perkataan dan janjimu yang kedua kalinya, juga tidak salah, karena waktu itu seluruh anggota tubuhnya baru utuh kembali dan dihidupkan, dan ketiga kalinya pada waktu perempuan itu tiba di rumahnya, si anak itu baru diangkat dari dasar laut dan dikembalikan kerumahnya." Kemudian Syekh mengadu lagi pada Tuhan : "Ya Allah, Engkau menciptakan makhluk penghuni dunia yang berlimpah ruah banyaknya dan beraneka ragam jenisnya, hal itu sangat mudah bagi-Mu, hanya sekilas lintas dan sepatah kata saja sudah terwujud, demikian pula halnya pada waktu mengumpulkan makhluk-Mu di Padang Mahsyar hanya dalam tempo yang singkat sudah berkumpul, dibandingkan dengan hanya seorang anak yang saya mohonkan sampai ia terlambat dan cukup makan waktu yang lama, apa pula hikmahnya Ya Allah?". Ketika itu Allah bersabda: "Wahai Abdul Qodir, kamu jangan merasa sakit hati, sekarang kamu silakan minta pasti Kuberi". Dengan spontan Syekh merebahkan kepalanya bersujud syukur sambil berkata: "Engkau Kholiq pencipta semua makhluq, dan saya makhluk yang diciptakan oleh-Mu, semuanya juga pemberian-Mu, rasa syukur yang tiada terhingga saya ucapkan atas segala anugerah-Mu yang kuterima". Lalu Allah memberi hadiah kehormatan kepada Syekh dan bersabda: "Barangsiapa melihatmu pada hari Jum'at, ia akan Ku-jadikan wali, dan kalau kamu melihat ketanah tentu akan jadi emas". Syekh berkata lagi: "Ya Allah, semua anugerah pemberian-MU itu rasanya kurang bermanfaat bagiku, saya mohon karunia-Mu yang lebih bermanfaat dan lebih mulia setelah saya meninggal dunia". Allah bersabda: "Namamu dibuat seperti nama-Ku pada imbalan pahalanya. Barangsiapa menyebut namamu, pahalanya sama dengan orang yang menyebut nama-KU".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Allahummansyur 'alaihi rohmatau waridhwana waamiddana bi asrorihi fii kulli waqti wamakaan. ***16. MANQOBAH KEENAM BELAS:
SYEKH ABDUL QODIR MENGHIDUPKAN ORANG YANG SUDAH MATI DALAM KUBUR
Dalam kitab Asrorut Tholibin diriwayatkan Syekh Abdul Qodir pada waktu melewati suatu tempat, beliau bertemu dengan seorang umat Islam sedang hangat bersilat lidah, berdebat dengan seorang umat Nasrani. Setelah beliau mengadakan penelitian dan pemeriksaan yang seksama apa yang menjadi sebab sehingga terjadi perdebatan yang sengit itu, kata seorang Muslim: "Sebenarnya kami sedang membanggakan Nabi kami masing-masing, siapa di antara Nabi kami yang paling baik, dan saya berkata padanya Nabi Muhammad-lah Nabi yang paling utama". Kata orang Nasrani: "Nabi Isa-lah yamg paling sempurna". Syekh bertanya kepada orang Nasrani: "Apa yang menjadi dasar dan apa pula dalilnya kamu mengatakan bahwa Nabi Isa-lah lebih sempurna dari Nabi lainnya". Lalu orang Nasrani itu menjawab: "Nabi Isa mempunyai keistimewaan, beliau menghidupkan kembali orang yang sudah mati". Syekh melanjutkan lagi pertanyaannya: "Apakah kamu tahu aku ini bukan Nabi, aku hanya sekedar pengikut dan penganut agama Nabi Muhammad SAW?". Kata orang Nasrani: "Ya benar, saya tahu". Lebih jauh Syekh berkata lagi: "Kalau kiranya aku bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati, apakah kamu bersedia untuk percaya dan beriman kepada agama Nabi Muhammad SAW ?". "Baik, saya mau beriman kepada agama Islam", jawab orang Nasrani itu. "Kalau begitu, mari kita mencari kuburan". Setelah mereka menemukan sebuah kuburan dan kebetulan kuburan itu sudah tua, sudah berusia lima ratus tahun, lalu Syekh mengulangi lagi pertanyaannya: "Nabi Isa kalau akan menghidupkan orang yang sudah mati bagaimana caranya?". Orang Nasrani menjawab: "Beliau cukup mengucapkan QUM BIIDZNILLAH (Bangun kamu dengan Izin Allah)". "Nah sekarang kamu perhatikan dan dengarkan baik-baik!", kata Syekh, lalu beliau menghadap pada kuburan tadi sambil mengucapkan: "QUM BIIDZNII (Bangun kamu dengan izinku)". Mendengar ucapan itu orang Nasrani tercengang keheranan, belum habis herannya, kuburan terbelah dua, keluar mayat dari dalamnya. Mayat itu keluar sambil bernyanyi. Konon pada waktu hidupnya mayat itu seorang penyanyi. Menyaksikan peristiwa aneh tersebut, ketika itu juga, orang Nasrani berubah keyakinannya dan beriman masuk agama Islam.
Dalam kitab Asrorut Tholibin diriwayatkan Syekh Abdul Qodir pada waktu melewati suatu tempat, beliau bertemu dengan seorang umat Islam sedang hangat bersilat lidah, berdebat dengan seorang umat Nasrani. Setelah beliau mengadakan penelitian dan pemeriksaan yang seksama apa yang menjadi sebab sehingga terjadi perdebatan yang sengit itu, kata seorang Muslim: "Sebenarnya kami sedang membanggakan Nabi kami masing-masing, siapa di antara Nabi kami yang paling baik, dan saya berkata padanya Nabi Muhammad-lah Nabi yang paling utama". Kata orang Nasrani: "Nabi Isa-lah yamg paling sempurna". Syekh bertanya kepada orang Nasrani: "Apa yang menjadi dasar dan apa pula dalilnya kamu mengatakan bahwa Nabi Isa-lah lebih sempurna dari Nabi lainnya". Lalu orang Nasrani itu menjawab: "Nabi Isa mempunyai keistimewaan, beliau menghidupkan kembali orang yang sudah mati". Syekh melanjutkan lagi pertanyaannya: "Apakah kamu tahu aku ini bukan Nabi, aku hanya sekedar pengikut dan penganut agama Nabi Muhammad SAW?". Kata orang Nasrani: "Ya benar, saya tahu". Lebih jauh Syekh berkata lagi: "Kalau kiranya aku bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati, apakah kamu bersedia untuk percaya dan beriman kepada agama Nabi Muhammad SAW ?". "Baik, saya mau beriman kepada agama Islam", jawab orang Nasrani itu. "Kalau begitu, mari kita mencari kuburan". Setelah mereka menemukan sebuah kuburan dan kebetulan kuburan itu sudah tua, sudah berusia lima ratus tahun, lalu Syekh mengulangi lagi pertanyaannya: "Nabi Isa kalau akan menghidupkan orang yang sudah mati bagaimana caranya?". Orang Nasrani menjawab: "Beliau cukup mengucapkan QUM BIIDZNILLAH (Bangun kamu dengan Izin Allah)". "Nah sekarang kamu perhatikan dan dengarkan baik-baik!", kata Syekh, lalu beliau menghadap pada kuburan tadi sambil mengucapkan: "QUM BIIDZNII (Bangun kamu dengan izinku)". Mendengar ucapan itu orang Nasrani tercengang keheranan, belum habis herannya, kuburan terbelah dua, keluar mayat dari dalamnya. Mayat itu keluar sambil bernyanyi. Konon pada waktu hidupnya mayat itu seorang penyanyi. Menyaksikan peristiwa aneh tersebut, ketika itu juga, orang Nasrani berubah keyakinannya dan beriman masuk agama Islam.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohummansyur 'alaihi rohmataw waridlwaanaa wa amiddanaa bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***17. MANQOBAH KE TUJUH BELAS :
SYEKH ABDUL QODIR MEREBUT RUH DARI MALAKUL MAUT
Abu Abas Ahmad Rifa'i meriwayatkan, ada seorang pelayan Syekh Abdul Qodir meninggal dunia, kemudian isterinya datang menghadap beliau mengadukan halnya sambil menangis. Maka terbitlah belas kasihan dalam hati beliau karena ratap tangis itu. Lalu pada sore harinya terbanglah beliau ke angkasa mengejar malaikat maut yang sedang kelangit membawa keranjang maknawi penuh berisi ruh-ruh manusia dan baru selesai tugasnya mencabut nyawa orang pada hari itu. Kemudian beliau meminta kepada malaikat maut supaya menyerahkan kepada beliau nyawa muridnya atau mengembalikan nyawa tersebut pada badannya semula. Permintaan itu ditolak oleh malaikat maut. Karena penolakan itu, beliau merebut dan menarik keranjang maknawi, maka tumpahlah semua nyawa yang ada dalam keranjang, nyawa-nyawa itu pun kembali ke jasadnya masing-masing. Menghadapi peristiwa ini malaikat dengan segera mengadukan halnya kepada Tuhan Yang Maha Esa : "Ya Allah, Engkau mengetahui tentang kekasih-Mu dan wali-Mu Abdul Qodir. Allah bersabda : "Memang benar, Abdul Qodir itu kekasih-Ku, karena tadi nyawa pelayannya tidak kamu berikan, akibatnya seluruh ruh itu terlepas, dan sekarang kamu menyesal karena kamu tidak memberikannya.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Allahummansyur 'alaihi rohmatau waridhwana waamiddana bi asrorihi fii kulli waqti wamakaan. ***18. MANQOBAH KEDELAPAN BELAS:
BERKAT KAROMAH SYEKH ABDUL QODIR BAYI PEREMPUAN MENJADI BAYI LAKI-LAKI
Syekh Hawad Al-Qodiri meriwayatkan, ada seorang laki-laki datang menghadap Syekh Abdul Qodir dengan permohonan ingin memperoleh anak laki-laki karena Syekh tempat berlindungnya orang banyak, dan do'anya selalu di terima Allah SWT. Kata Syekh : "Permohonanmu itu wajar-wajar saja, nanti juga kamu akan memperoleh anak laki-laki". Mendengar pernyataan yang menggembirakan itu setiap hari ia selalu hadir di madrosah majelis ta'lim Syekh Abdul Qodir. Beberapa hari kemudian isterinya melahirkan anak bayi perempuan, lalu dengan segera ia membawa bayi itu menghadap Syekh, sambil menyerahkan bayinya ia berkata diiringi keluhan: "Dari dahulu saya selalu mengharap ingin memperoleh anak lelaki, namun kenyataannya kini bayi perempuan, bukan bayi laki-laki". Kata Syekh : "Segera balut burit bayimu itu dan bawa pulang, nanti juga kamu akan memperoleh bayi laki-laki". Kemudian dibalutnya bayi itu dengan pemburitan lalu diemban dibawa pulang. Setibanya di rumah lalu dibuka pembebat bayinya, dan dengan diliputi rasa bahagia si mungil bayi itu menjadi bayi laki-laki berkat karomah Syekh Abdul Qodir dan seijin Allah Yang Maha Kuasa.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Allahummansyur 'alaihi rohmatau waridhwana waamiddana bi asrorihi fii kulli waqti wamakaan. ***19. MANQOBAH KESEMBILAN BELAS :
DISELAMATKANNYA ORANG YANG FASIQ KARENA MENJAWAB SYEKH ABDUL QODIR KEPADA MALAIKAT MUNKAR NAKIR
Diceritakan pada zaman Syekh Abdul Qodir ada orang yang fasiq, tetapi sangat mahabbah/mencintai Syekh Abdul Qodir. Setelah orang itu meninggal, kemudian di dalam kubur ditanya oleh Malaikat Munkar Nakir. Jawaban orang tersebut hanyalah Abdul Qodir. Kemudian datanglah sebuah jawaban dari Allah: "Wahai Munkar Nakir, orang itu memang betul-betul fasiq, dan harus disiksa, tetapi karena dia sangat mahabbah /mencintai kepada kekasih-Ku maka diampuni oleh-Ku.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohummansyur 'alaihi rohmataw waridlwaanaa wa amiddanaa bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***20. MANQOBAH KEDUA PULUH :
SEEKOR BURUNG PIPIT TERBANG DIATAS KEPALA SYEKH ABDUL QODIR, LALU JATUH DAN MATI
Sebagian dari karomah Syekh Abdul Qodir sedang berwudhu, tiba-tiba beliau dikotori oleh seekor burung pipit yang sedang terbang diatas kepala beliau, kemudian Syekh mengangkat kepala dan dilihatnya burung pipit itu, maka jatuhlah burung itu dan mati. Kemudian pakaian yang sedang beliau pakai yang dikotori tadi lalu dicucinya dan disedekahkan sebab kematian seekor burung pipit, beliau berkata : "Kalau sekiranya kami berdosa karena matinya seekor burung pipit, maka kain ini sebagai kifaratnya".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohummansyur 'alaihi rohmataw waridlwaanaa wa amiddanaa bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***21. MANQOBAH KEDUA PULUH SATU :
SYEKH ABDUL QODIR MENGUSAP BURUNG ELANG YANG TERPUTUS KEPALANYA DAN TERBANG KEMBALI
Diriwayatkan sebagian dari karomah Syekh Abdul Qodir, pada suatu hari Syekh Abdul Qodir sedang mengadakan pengajian di hadapan murid-muridnya di madrosah yang beliau pimpin. Waktu itu keadaan cuaca sangat buruk angin berhembus dengan kencangnya, tiba-tiba muncul seekor burung elang melewati atap madrosah dengan suara yang keras hingar bingar mengganggu orang yang hadir di majelis pengajian, maka beliau berkata : "Wahai angin, potonglah kepalanya!". Lalu angin bertiup dengan kencangnya memotong kepala burung elang sehingga terpisah dari badannya dan jatuh dihadapan Syekh. Kemudian beliau turun dari kursinya mengambil bangkai burung elang itu dan meletakkannya di atas tangan beliau, diusapnya burung itu dengan membaca : بسم الله الرحمن الرحيم tiba-tiba burung elang hidup kembali kemudian terbang lagi dengan ijin Allah SWT, dan hal ini disaksikan oleh segenap jama'ah pengajian.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Allahummansyur 'alaihi rohmatau waridhwana waamiddana bi asrorihi fii kulli waqti wamakaan. ***22. MANQOBAH KEDUA PULUH DUA :
SYEKH ABDUL QODIR TIAP TAHUN MEMBEBASKAN HAMBA SAHAYA DARI PERBUDAKAN, SERTA NILAI BUSANA
Pada sebagian kitab manaqib meriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qodir tiap hari raya sudah menjadi tradisi beliau membeli beberapa hamba sahaya untuk dimerdekakan dari belenggu perbudakan. Setelah dimerdekakan demi membina kemantapan lebih lanjut Syekh mewusulkan mereka kepada Allah SWT. Syekh Abdul Qodir bila berpakaian, beliau memakai pakaian yang serba indah, bagus dan mahal harganya. Nilai kainnya harga perkilonya (0, 6888 M) seharga 10 dinar, dan tutup kepalanya seharga 70 ribu dinar. Terompahnya untuk alas kaki yang beliau pakai bertaburan intan berlian dan jamrud. Paku terompahnya terbuat dari perak, namun pakaian yang serba mewah dan indah itu bila ada orang yang memerlukannya saat itu juga beliau berikan.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohummansyur 'alaihi rohmataw waridlwaanaa wa amiddanaa bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***23. MANQOBAH YANG KEDUA PULUH TIGA :
SYEKH ABDUL QODIR MENERIMA MAKANAN YANG TURUN DARI LANGIT
Diriwayatkan, pada waktu Syekh Abdul Qodir sedang berkhalwat selama empat puluh hari lamanya, beliau bermaksud dengan niat yang kuat, yaitu tidak akan minum dan makan berupa makanan dunia, terkecuali kalau makanan itu turun dari langit, dan air untuk minum pada waktu berbuka puasa. Tinggal dua puluh hari lagi menuju hari yang keempat puluh, terbukalah langit-langit atap rumahnya. Dikala itu datang seorang laki-laki membawa wadah tempat buah-buahan yang dipegang dengan kedua belah tangannya yang berisikan aneka ragam buah-buahan yang langka adanya, rupanya bagus serta mengagumkan mata. Lalu dihidangkan kepada Syekh, beliau berkata : "Ini makanan dari mana?" Sang pembawa tadi menjawab : "Ini dari alam malakut dan jamuan ini untuk Syekh". Syekh menjawab : "Jauhkan wadah itu dari pandanganku, karena emas dan perak diharamkan oleh Rosululloh SAW". kemudian wadah yang terbuat dari emas dan perak itu dibawa kembali. Pada waktu akan berbuka puasa datang berkunjung malaikat sambil berkata : "Wahai Abdul Qodir, ini jamuan dari Allah SWT". Disodorkan baki yang penuh diisi makanan, lalu beliau terima dan beliau makan bersama-sama dengan para pelayannya.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***24. MANQOBAH KEDUA PULUH EMPAT :
MASYARAKAT YANG MENDERITA PENYAKIT THO'UN/KOLERA SEMBUH DENGAN RUMPUT DAN AIR MADROSAH SYEKH
Para ulama meriwayatkan, pernah terjadi pada zaman Syekh Abdul Qodir telah berjangkit wabah penyakit tho'un / kolera sehingga ratusan ribu orang yang meninggal dunia. Berduyun-duyun masyarakat datang minta pertolongan kepada Syekh, beliau mengumumkan kepada masyarakat : "Barangsiapa yang memakan rerumputan yang tumbuh di sekitar madrosahku, Allah akan menyembuhkan penyakit yang diderita masyarakat". Karena terlalu banyak yang sakit dan rerumputan sebagai obat penangkal tidak cukup malah sudah habis, lalu Syekh mengumumkan lagi : "Barangsiapa yang meminum air madrosahku akan disembuhkan Allah SWT." Mendengar pengumuman itu, para penderita penyakit, mereka beramai-ramai minum air yang ada di sekitar madrosah Syaikh, seketika itu juga mereka menjadi sembuh kembali, sehat wal'afiat. Penyakit tho'un yang mengganas segera lenyap.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***25. MANQOBAH KEDUA PULUH LIMA :
TULANG BELULANG AYAM HIDUP KEMBALI BERKAT KAROMAH SYEKH ABDUL QODIR
Diriwayatkan, ada seorang perempuan datang menghadap Syekh Abdul Qodir mengantarkan anaknya untuk berguru pada Syekh, untuk mempelajari ilmu suluk, Syekh memerintahkan agar si anak harus belajar dengan tekun mengikuti cara-cara orang salaf dan ditempatkan di ruang kholwat. Beberapa hari kemudian si ibu selaku orangtua murid datang menengok anaknya dan dilihat tubuh anaknya itu menjadi kurus, makannya hanya roti kering dan gandum. Si ibu kemudian masuk keruang Syekh dan melihat di hadapannya tulang-tulang sisa makanan daging ayam yang sudah bersih. Ibu itu berkata : "Menurut penglihatan saya Tuan Syekh makan dengan makanan yang serba enak. Sedang anak saya badannya kurus karena makanannya hanya bubur gandum dan roti kering, untuk hal itu apa maknanya sehingga ada perbedaan?". Mendengar pertanyaan itu lalu Syekh meletakkan tangannya di atas tulang-belulang ayam sambil bekata : قومي باذن الله تعالى الذي يحي العظام وهي رميم QUUMII BI IDZNILLAHI TA'ALA ALLADZI YUHYIL 'IDZOMA WA HIYA ROMIIM (berdirilah dengan izin Allah yang menghidupkan tulang belulang yang sudah hancur). Lalu berdirilah tulang-belulang itu menjadi ayam kembali sambil berkokok : لا اله الا الله محمد رسول الله الشيخ عبد القادر ولي الله (Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah, Syekh Abdul Qodir kekasih Allah). Syekh berkata pula kepada orang tua anak itu : "Kalau anakmu dapat berbuat seperti ini, maka ia boleh makan seenaknya asal yang halal". Ibu itu merasa malu oleh Syekh dan mohon maaf atas prasangka yang buruk. Dengan keyakinan yang bulat, ibu itu menyerahkan anaknya kepada Syekh untuk dididik.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***26. MANQOBAH KEDUA PULUH ENAM:
ANJING PENJAGA ISTAL SYEKH ABDUL QODIR MEMBUNUH SEEKOR HARIMAU
Diriwayatkan, bahwa Syekh Ahmad Zandah bila berkunjung bersilaturrohmi kepada para waliyulloh, ia selalu menunggang seekor harimau, dan bagi pribumi yang dikunjunginya harus menyediakan seekor sapi untuk pangan harimaunya. Pada waktu ia berkunjung kepada Syekh Abdul Qodir, dimintanya seekor sapi yang digunakan sebagai penarik timba air setiap harinya, karena kebetulan sapi itu yang dilihatnya. Sementara harimau sedang mengintai sapi yang menjadi mangsanya, tidak diketahui sebelumnya bahwa di situ ada seekor anjing galak penjaga istal kuda kepunyaan Syekh, tiba-tiba anjing itu menyerang, menerkam harimau dan digigitnya hingga mati. Ahmad Zandah terkejut, timbul perasaan malu pada dirinya, dengan merendahkan diri dan sikap hormat segera ia menghadap Syekh lalu mencium tangan beliau.
Diriwayatkan, bahwa Syekh Ahmad Zandah bila berkunjung bersilaturrohmi kepada para waliyulloh, ia selalu menunggang seekor harimau, dan bagi pribumi yang dikunjunginya harus menyediakan seekor sapi untuk pangan harimaunya. Pada waktu ia berkunjung kepada Syekh Abdul Qodir, dimintanya seekor sapi yang digunakan sebagai penarik timba air setiap harinya, karena kebetulan sapi itu yang dilihatnya. Sementara harimau sedang mengintai sapi yang menjadi mangsanya, tidak diketahui sebelumnya bahwa di situ ada seekor anjing galak penjaga istal kuda kepunyaan Syekh, tiba-tiba anjing itu menyerang, menerkam harimau dan digigitnya hingga mati. Ahmad Zandah terkejut, timbul perasaan malu pada dirinya, dengan merendahkan diri dan sikap hormat segera ia menghadap Syekh lalu mencium tangan beliau.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***27. MANQOBAH KEDUA PULUH TUJUH :
SYEKH ABDUL QODIR MEMBELI EMPAT PULUH EKOR KUDA UNTUK CADANGAN OBAT ORANG SAKIT
Diriwayatkan, ada seseorang yang bertempat tinggal di suatu tempat agak jauh dari kota Baghdad. Terbetik berita yang sampai kepadanya tentang kemasyhuran Syekh Abdul Qodir, ia bermaksud akan berziarah berkunjung ke rumah Syekh karena terdorong rasa mahabbah. Setiba di kota Baghdad, ia tercengang keheran-heranan melihat bangunan istal kuda kepunyaan Syekh sangat megah dan bagus, papan lantai istalnya dibuat dari emas dan perak, pelananya dibuat dari sutra dewangga yang indah warnanya, kudanya ada 40 ekor semuanya bagus dan mulus sehingga kebagusannya tidak ada tolok bandingannya. Terlintas dalam hatinya prasangka yang kurang baik, bisikkan hatinya berbicara: "Konon dikatakan orang ia seorang wali, tetapi mengapa kenyataannya jauh berbeda sekali?. Ia seorang penggemar pencinta dunia. di mana ada seorang wali yang cenderung mencintai dunia?. Sikap prilaku semacam begini tidak pantas diberikan gelar waliyulloh (Kekasih Allah)". Semula ia ingin bertemu dengan Syekh. seketika itu juga dibatalkan niatnya tadi, lalu ia bertamu kepada seseorang di kota itu. Selang beberapa hari kemudian ia jatuh sakit, dan penyakitnya sangat parah, tidak ada seorang dokter pun di kota itu yang mampu mengobati penyakitnya. Kebetulan ada seorang ulama ahli hikmah, ia memberi petunjuk, katanya: "Menurut diagnosa penyakitnya itu sangat canggih, sulit untuk bisa sembuh, kecuali kalau diobati dengan terapi hati kuda sebanyak empat puluh hati kuda, baru bisa sembuh, dengan persyaratan kudanya harus memiliki, mempunyai sifat dan bentuk khas tertentu." Di antara mereka ada yang memperhatikan, dan menyarankan segera menghubungi Syekh, "Karena beliaulah yang memiliki beberapa ekor kuda dan mempunyai sifat bentuk khas yang diperlukan itu. Mintalah kepada beliau pertolongan dan bantuannya. Beliau seorang dermawan dan suka memberi pertolongan." Di waktu mereka menghadap Syekh, dengan suka rela beliau mengabulkan permintaan mereka, setiap harinya disembelih seekor kuda untuk diambil hatinya, sehingga kuda yang empat puluh ekor itu habis semuanya. Dengan pengobatan empat puluh hati kuda, sembuhlah orang itu dari penyakitnya, ia sembuh sehat seperti sedia kala. Dengan rasa syukur yang tiada hentinya diiringi rasa malu, ia datang menghadap Syekh untuk mohon ampunannya. Syekh berkata: "Untuk dikatahui olehmu, bahwa sejumlah ekor kuda yang ku beli itu sebenarnya cadangan dan bagian untukmu, karena aku tahu bahwa kamu akan mendapat musibah menderita penyakit parah yang tidak ada obatnya kecuali harus dengan empat puluh kerat hati kuda. Aku tahu maksudmu, semula kamu datang berziarah kepadaku semata-mata didorong rasa cinta kepadaku, namun waktu itu kamu berprasangka buruk, dan kau tidak tahu hal yang sebenarnya sehingga kamu bertamu kepada orang lain." Setelah mendengar penjelasan itu, ia merasa banyak bersalah dan segera ia bertobat, lalu Syekh meluruskan dan memantapkan keyakinannya.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***28. MANQOBAH KEDUA PULUH DELAPAN :
JIN DAN SYETAN DIBAWAH KEKUASAAN SYEKH ABDUL QODIR
Diriwayatkan, pada waktu Nabi Sulaiman a.s. memusatkan perhatian pada renungannya, terlintas dalam hati beliau kekhawatiran terhadap ummat nanti di akhir zaman. Kekhawatiran dari gangguan jin dan kenakalan syaithan yang demikian jahatnya dengan perbuatan yang tidak sopan. Tiba-tiba terdengar suara dari alam ghaib, sabda Allah : "Kamu jangan khawatir, sebab nanti akan lahir Nabi penghabisan yaitu Muhammad SAW. Diantara salah seorang anak cucunya ada yang bernama Abdul Qodir, ia akan diberi kekuasaan menguasai jin dan syethan, tidak ada jin dan syetan yang tidak tunduk kepadanya."
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***29. MANQOBAH KEDUA PULUH SEMBILAN :
MENGAMPUNINYA RAJA JIN KEPADA ORANG YANG TELAH MEMBUNUH ANAKNYA
Ulama Baghdad meriwayatkan, bahwa di Baghdad ada seorang ulama', seusai sholat Jum'at berangkatlah ia diiringi para santri-santrinya berziarah ke pemakaman. Di tengah perjalanan ia menemukan seekor ular hitam yang sedang melata. Dipukulnya ular itu dengan tongkat sampai mati. Setelah ular dibunuh langsung saja alam sekitar daerah itu diliputi kabut kelam dan menjadi gelap. Para santrinya tambah terkejut karena gurunya mendadak hilang. Mereka berusaha mencari ditiap-tiap tempat namun tidak ditemukan. Tiba-tiba gurunya muncul kembali dengan pakaian serba baru. Mereka heran, dan segera menghampiri gurunya sambil menanyakan kejadian yang dialaminya. Kemudian diceritakannya bahwa asal kejadian itu begini permulaannya: "Tadi waktu cuaca gelap, aku dibawa oleh Jin menuju sebuah pulau. Lalu aku dibawa menyelam kedasar laut menuju suatu daerah kerajaan jin, dan aku dihadapkan kepada sang raja jin. Pada waktu aku bertemu, ia sedang berdiri di atas singgasana mahligai kerajaannya. Dihadapannya membujur sesosok mayat di atas panca persada yang sangat indah bentuknya. Kepala mayat itu pecah, darah mengalir dari tubuhnya. Sejurus kemudian sang raja jin bertanya kepada pengawalnya yang membawa aku: "Siapa orang yang kau bawa itu?". Para pengawalnya menjawab : "Inilah orang yang telah membunuh putera tuanku raja". Lalu raja jin menatap tajam padaku dengan muka marah. Wajahnya merah padam, dengan geramnya raja jin menghardikku: "Mengapa kamu membunuh anakku yang tidak berdosa? Bukankah kamu lebih tahu tentang dosanya membunuh, padahal kamu katanya seorang ulama' yang mengetahui masalah-masalah hukum?!", Dia berkata dengan suara lantang muka berang menakutkan. Segera aku menjawab menolak tuduhan itu: "Perkara membunuh anakmu aku tolak, apalagi yang namanya membunuh, bertemu muka pun aku belum pernah." Raja jin menjawab : "Kamu tidak bisa menolak, ini buktinya, para saksinya juga banyak!". Lalu dengan tegas tuduhan itu kusanggah: "Tidak, tidak bisa, semuanya bohong, itu fitnah semata!". Para saksi jin mengusulkan supaya raja memeriksa darah yang melekat diujung tongkatnya. Lalu sang raja bertanya: "Itu darah apa yang ada ditongkatmu?". Aku menjawab: "Darah ini bekas cipratan darah ular yang kubunuh". Raja jin berkata dengan geramnya: "Kamu manusia yang paling bodoh. Kalau kamu tidak tahu ular itu anakku!". Dikala itu, aku bingung tidak bisa menjawab lagi, sehingga aku pusing, bumi dan langit terasa sempit karena sulit mencari jalan pemecahannya. Raja jin melirik kepada seorang hakim selaku aparatnya seraya berkata: "Manusia ini sudah mengakui kesalahannya, ia telah membunuh anakku, kamu harus segera memutuskan hukumannya yaitu ia harus dibunuh!". Setelah jatuh keputusan, aku diserahkan kepada seorang algojo. Pada waktu kepalaku akan dipancung, algojo sedang mengayunkan pedangnya kearah leherku, tiba-tiba muncul seorang laki-laki tampan bercahaya sambil berseru: "Berhenti! Sekali-kali jangan kau bunuh orang ini, ia murid Syekh Abdul Qodir", sambil matanya menatap raja jin dengan sorotan tajam. Lalu ia berkata: "Coba apa jawabanmu kepada Syekh kalau beliau marah padamu karena membunuh muridnya?". Raja jin melirik ke arahku sambil berkata: "Karena aku menghormati dan memuliakan Syekh, dosamu yang begitu besar kuampuni, dan kamu bebas dari hukuman. Tetapi sebelum kau pulang, kamu harus jadi imam sholat untuk menyembahyangkan mayat anakku almarhum dan bacakan istighfar mohon diampuni dosanya". Setelah selesai menyembahyangkan, pada waktu pulang aku diberi hadiah pakaian bagus dan diantarkan ketempat semula tadi".
Ulama Baghdad meriwayatkan, bahwa di Baghdad ada seorang ulama', seusai sholat Jum'at berangkatlah ia diiringi para santri-santrinya berziarah ke pemakaman. Di tengah perjalanan ia menemukan seekor ular hitam yang sedang melata. Dipukulnya ular itu dengan tongkat sampai mati. Setelah ular dibunuh langsung saja alam sekitar daerah itu diliputi kabut kelam dan menjadi gelap. Para santrinya tambah terkejut karena gurunya mendadak hilang. Mereka berusaha mencari ditiap-tiap tempat namun tidak ditemukan. Tiba-tiba gurunya muncul kembali dengan pakaian serba baru. Mereka heran, dan segera menghampiri gurunya sambil menanyakan kejadian yang dialaminya. Kemudian diceritakannya bahwa asal kejadian itu begini permulaannya: "Tadi waktu cuaca gelap, aku dibawa oleh Jin menuju sebuah pulau. Lalu aku dibawa menyelam kedasar laut menuju suatu daerah kerajaan jin, dan aku dihadapkan kepada sang raja jin. Pada waktu aku bertemu, ia sedang berdiri di atas singgasana mahligai kerajaannya. Dihadapannya membujur sesosok mayat di atas panca persada yang sangat indah bentuknya. Kepala mayat itu pecah, darah mengalir dari tubuhnya. Sejurus kemudian sang raja jin bertanya kepada pengawalnya yang membawa aku: "Siapa orang yang kau bawa itu?". Para pengawalnya menjawab : "Inilah orang yang telah membunuh putera tuanku raja". Lalu raja jin menatap tajam padaku dengan muka marah. Wajahnya merah padam, dengan geramnya raja jin menghardikku: "Mengapa kamu membunuh anakku yang tidak berdosa? Bukankah kamu lebih tahu tentang dosanya membunuh, padahal kamu katanya seorang ulama' yang mengetahui masalah-masalah hukum?!", Dia berkata dengan suara lantang muka berang menakutkan. Segera aku menjawab menolak tuduhan itu: "Perkara membunuh anakmu aku tolak, apalagi yang namanya membunuh, bertemu muka pun aku belum pernah." Raja jin menjawab : "Kamu tidak bisa menolak, ini buktinya, para saksinya juga banyak!". Lalu dengan tegas tuduhan itu kusanggah: "Tidak, tidak bisa, semuanya bohong, itu fitnah semata!". Para saksi jin mengusulkan supaya raja memeriksa darah yang melekat diujung tongkatnya. Lalu sang raja bertanya: "Itu darah apa yang ada ditongkatmu?". Aku menjawab: "Darah ini bekas cipratan darah ular yang kubunuh". Raja jin berkata dengan geramnya: "Kamu manusia yang paling bodoh. Kalau kamu tidak tahu ular itu anakku!". Dikala itu, aku bingung tidak bisa menjawab lagi, sehingga aku pusing, bumi dan langit terasa sempit karena sulit mencari jalan pemecahannya. Raja jin melirik kepada seorang hakim selaku aparatnya seraya berkata: "Manusia ini sudah mengakui kesalahannya, ia telah membunuh anakku, kamu harus segera memutuskan hukumannya yaitu ia harus dibunuh!". Setelah jatuh keputusan, aku diserahkan kepada seorang algojo. Pada waktu kepalaku akan dipancung, algojo sedang mengayunkan pedangnya kearah leherku, tiba-tiba muncul seorang laki-laki tampan bercahaya sambil berseru: "Berhenti! Sekali-kali jangan kau bunuh orang ini, ia murid Syekh Abdul Qodir", sambil matanya menatap raja jin dengan sorotan tajam. Lalu ia berkata: "Coba apa jawabanmu kepada Syekh kalau beliau marah padamu karena membunuh muridnya?". Raja jin melirik ke arahku sambil berkata: "Karena aku menghormati dan memuliakan Syekh, dosamu yang begitu besar kuampuni, dan kamu bebas dari hukuman. Tetapi sebelum kau pulang, kamu harus jadi imam sholat untuk menyembahyangkan mayat anakku almarhum dan bacakan istighfar mohon diampuni dosanya". Setelah selesai menyembahyangkan, pada waktu pulang aku diberi hadiah pakaian bagus dan diantarkan ketempat semula tadi".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***30. MANQOBAH KETIGA PULUH :
BERKAT KAROMAH SYEKH ABDUL QODIR BISA MENOLAK GANGGUAN JIN DAN ORANG JAHAT
Syekh Jalal al-Bukhori meriwayatkan, barangsiapa diganggu/kemasukan jin supaya dibacakan ketelinga orang itu bacaan ﻳﺎ ﺣﻀﺮﺓ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻘﺎﺩﺭ ﺍﻟﺠﻴﻼﻧﻲ "Ya hadhrotas Syaikh Quthubul 'alamiin Muhyiddin Abdul Qodir al- Jailaniy". Insya Allah ia akan sembuh. Dan barangsiapa merasa takut dari gangguan orang jahat atau musuh, maka ambil segenggam tanah hitam dan baca nama Syekh Abdul Qodir pada tanah itu lalu sebarkan kearah yang ditakuti, insya Allah akan terpelihara dari kejahatan. Barangsiapa yang mendapat kesusahan hidup, lalu ia bertawassul kepada Syekh Abdul Qodir, Allah akan mengganti kesusahan dengan kesenangan, dan kesulitan dengan kemudahan.
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***
31. MANQOBAH KETIGA PULUH SATU :
SYEKH ABDUL QODIR BERZIARAH KE MAKAM ROSULULLOH SAW DAN MENCIUM TANGAN BELIAU
Pada waktu Syekh Abdul Qodir berziarah ke pusara Rosululloh SAW. di Madinah Munawwaroh, setibanya di Madinah langsung beliau masuk ke ruang pusara Rosululloh SAW. yaitu "ruang yang mulia" (hujroh syarifah). Selama empat puluh hari beliau berdiri di hadapan pusara Rosululloh SAW. Kedua tangannya diletakkan pada dadanya sambil bermunajat mengharap rahmat-Nya, menumpahkan isi hati nuraninya dengan makna bait dibawah ini : ﺫﻧﻮﺑﻲ ﻛﻤﻮﺝ ﺍﻟﺒﺤﺮ ﺑﻞ ﻫﻲ ﺍﻛﺜﺮ *** ﻛﻤﺜﻞ ﺟﺒﺎﻝ ﺍﻟﺸﻢ ﺑﻞ ﻫﻲ ﺍﻛﺒﺮ ﻭﻟﻜﻨﻬﺎ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻜﺮﻳﻢ ﺍﺫﺍ ﻋﻔﺎ *** ﺟﻨﺎﺡ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﻌﻮﺽ ﺑﻞ ﻫﻲ ﺍﺻﻐﺮ dzunubi kamaujil bahri bal hiya aktsaru kamitslil jibalis Syummi bal hiya akbaru walakinnaha 'indal karimi idza 'afaa janahum minal bu'uudhi bal hiya ashghoru "Besar dosaku seperti gulungan ombak dilaut bahkan lebih banyak. Tinggi setinggi puncak gunung Syam bahkan lebih tinggi lagi. Namun bila daku Kau ampuni, ringan dosaku seringan sayap nyamuk, kecil bahkan sekecil amat sangat". Lalu beliau meneruskan munajat pengharapannya dengan bait dibawah ini: ﻓﻲ ﺣﺎﻟﺔ ﺍﻟﺒﻌﺪ ﺭﻭ ﺣﻲ ﻛﻨﺖ ﺍﺭﺳﻠﻬﺎ *** ﺗﻘﺒﻞ ﺍﻻﺭﺽ ﻋﻨﻲ ﻭ ﻫﻲ ﻧﺎﺋﺒﺘﻲ ﻭﻫﺬﻩ ﻧﻮﺑﺔ ﺍﻻﺷﺒﺎﺡ ﻗﺪﺣﻀﺮﺕ *** ﻓﺎﻣﺪﺩ ﻳﻤﻴﻨﻚ ﻛﻲ ﺗﺤﻈﻰ ﺑﻪ ﺷﻔﺘﻲ fii halatil bu'di ruuhii kuntu ursiluhaa tuqobbilul ardho 'anni wahya naibaatii wahadzihi naubatul asybaahi qod hadhorot famdud yamiinaka kai tuhzho bihaa syafatii "Kala jauh dari kekasih, kau utus roh pengganti diri, ulurkan tanganmu kini kasih, kan kukecup sepuas hati untuk terima syafaat kekasih". Selesai beliau meluapkan isi hati nuraninya, tangan Rosululloh SAW. yang mulia terulur keluar lalu dipegang, diciumnya sepuas hati, dan diletakkan pada ubun-ubun kepala Syekh.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***32. MANQOBAH KETIGA PULUH DUA:
SYEKH ABDUL QODIR BERBUKA PUASA DI RUMAH MURID-MURIDNYA PADA SATU WAKTU YANG BERSAMAAN
Diriwayatkan pada suatu hari di bulan Romadhon, Syekh Abdul Qodir diundang berbuka puasa oleh murid-muridnya sebanyak tujuh puluh orang di rumahnya masing-masing. Mereka berkeinginan agar Syekh berbuka puasa dirumahnya. Mereka tidak mengetahui bahwa diantara mereka masing-masing mengundang Syekh untuk berbuka puasa pada waktu yang bersamaan. Tiba waktunya berbuka puasa bertepatan Syekh berbuka puasa di rumah beliau, detik itu pula rumah muridnya yang tujuh puluh orang itu masing-masing dikunjunginya dan berbuka puasa tepat dalam waktu yang bersamaan. Peristiwa ini di kota Baghdad sudah masyhur terkenal di kalangan masyarakat, dan sudah menjadi buah bibir masyarakat dalam setiap pembicaraan dan pertemuan.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***33. MANQOBAH KETIGA PULUH TIGA :
MENYELAMATKAN SEORANG PEREMPUAN MURIDNYA SYEKH ABDUL QODIR DARI KHIANATNYA SEORANG LELAKI FASIK
Diriwayatkan, di kota Baghdad ada seorang wanita rupawan wajahnya cantik dam manis sedap dipandang mata. Sebelum ia masuk jama'ah murid Syekh Abdul Qodir, ada seorang lelaki fasik, hidung belang, dan tuna susila. Dia menaruh cinta mengharap pada wanita itu, namun cintanya tidak dibalas. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Si lelaki jahat itu berusaha mencari jalan untuk melaksanakan niat jahatnya itu. Pada suatu hari, wanita itu berangkat menuju sebuah gua pada suatu gunung untuk berkholwat, beruzlah yakni mengasingkan diri dengan tujuan ibadah. Tidak diketahui sebelumnya, bahwa ia sedang diintai dan diikuti dari belakang oleh si lelaki perayu wanita itu. Ketika wanita itu tiba dan akan masuk kedalam gua, si lelaki jahat itu berusaha dengan sekuat tenaga akan masuk kedalam gua memperkosa kehormatan wanita itu. Sebaliknya, sang wanita berusaha menghindar dari nafsu angkara murka kejahatan si lelaki itu sambil berteriak-teriak memanggil-manggil nama Syekh Abdul Qodir: "Ya Syekh Tsaqolein, Ya Ghoutsal A'dhom, Ya Syekh Abdul Qodir, tolonglah saya!", demikian ratap wanita bertawassul dan beristighotsah minta pertolongan. Di kala itu Syekh sedang mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat di madrosah, lalu dilepas bakiaknya. Sepasang bakiak itu dipegang Syekh lalu dilemparkan kearah gua dan tepat sekali mengenai sasaran kepala lelaki jahat itu, di kala laki-laki jahat itu akan melakukan aksinya, bertubi-tubi sepasang bakiak memukul, menampar laki-laki itu dengan pukulan-pukulan yang mematikan. Dan seketika itu juga ia mati. Sang wanita segera mengambil sepasang bakiak milik Syekh, gurunya. Kemudian ia mengucapkan terimakasih atas pertolongannya, lalu bakiak itu diserahkan sambil melaporkan peristiwa yang dialaminya kepada Syekh dan juga kepada khalayak yang mengerumuninya.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***34. MANQOBAH KETIGA PULUH EMPAT:
SYEKH ABDUL QODIR MEMBERIKAN PERTOLONGAN KEPADA SEORANG WALI YANG TELAH DILEPAS PANGKAT KEWALIANNYA
Diriwayatkan, pada zaman Syekh Abdul Qodir, ada seorang wali yang telah dilepas pangkat kewaliannya. Ia minta pertolongan kepada rekan-rekannya sesama wali memohon kepada Allah SWT. agar ia dapat diangkat kembali mendapatkan pangkat kewaliannya. Wali rekannya itu berkata : "Saya sudah berusaha berdo'a memohon kepada Allah SWT. agar dapat diangkat kembali pangkat kewalianmu, bahkan menurut anggapan saya persoalan ini tidak diterima oleh Allah SWT., dan saya dianjurkan sebaiknya meminta pertolongan dan syafa'at Syekh, supaya beliau berdo'a memohon kepada Allah SWT. agar dapat dikembalikan pangkat kewalianmu itu". Kemudian Syekh dapat menerima usulan mereka, lalu beliau berdo'a, sementara itu datang sabda Allah: "Sudah banyak para wali yang berdo'a mereka mohon supaya dikembalikan lagi pangkat seorang wali yang sudah dicopot itu. Untuk hal ini kamu jangan minta syafaat baginya". Mendengar sabda itu lalu Syekh mengambil sajadah berangkat menuju suatu lapangan. Pada waktu beliau akan melangkahkan kaki, terdengar ada yang memanggil dari alam ghaib : "Wahai Ghoutsul A'dhom Abdul Qodir, bagi orang itu dan seribu orang yang senasib dengan dia, Ku ampuni dosanya". Dan langkah kaki yang kedua terdengar lagi suara yang bersabda: "Bagi orang itu dan dua ribu orang yang senasib dengan dia". Dan pada waktu akan memijakkan langkah kaki yang ketiga kembali terdengar: "Bagi dia dan tiga ribu orang yang senasib dengan dia, dosanya Ku ampuni, disebabkan karena pangkat kewalianmu dan kedudukanmu". Syekh mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT. atas anugerah yang telah diterima. Berkat karomah dan syafaat Syekh, wali yang dilepas pangkatnya itu dapat diterima kembali.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***35. MANQOBAH KETIGA PULUH LIMA :
SYEKH AHMAD KANJI MENJADI MURID SYEKH ABDUL QODIR ATAS PETUNJUK GURUNYA
Diriwayatkan, pada suatu hari Syekh Ahmad Kanji sedang mengambil air wudhu, terlintas dalam hatinya bahwa Thorekat Syekh Abdul Qodir itu lebih disukai daripada thorekat-thorekat lainnya. Gurunya yaitu Syekh Abi Ishaq Maghribi mengetahui pula apa yang terlintas dalam hati muridnya, lalu beliau bertanya : "Apakah kamu mengetahui tentang kedudukan Syekh Abdul Qodir?". Dijawab oleh Syekh Ahmad Kanji : "Saya tidak tahu". Lalu gurunya menjelaskan: "Perlu diketahui bahwa Syekh Abdul Qodir itu memiliki dua belas sifat-sifat kemuliaan. Kalau lautan dijadikan tintanya, dan pepohonan dijadikan penanya, manusia, malaikat, dan jin sebagai penulisnya, maka tidak akan mampu menuliskan sifat-sifat jati diri yang dimiliki beliau itu". Mendengar penjelasan dari gurunya itu, ia makin bertambah mahabbah kecintaannya kepada Syekh Abdul Qodir, hatinya berbisik : "Salah satu harapanku jangan dahulu aku meninggal sebelum aku mendalami dan mengamalkan thoriqohnya". Kemudian dengan kemauan yang keras berangkatlah ia menuju kota Baghdad, setibanya disebuah gunung di wilayah Ajmir, dibawah gunung mengalir sungai, lalu ia mengambil air wudhu untuk bersembahyang serta beristirahat di tempat itu. Angin bertiup sepoi-sepoi basah mengipasi badan yang letih sehingga ia terlena dan tertidur dengan nyenyaknya. Didalam keadaan tidur ia bermimpi dikunjungi Syekh Abdul Qodir. Beliau membawa mahkota merah dan sorban hijau, Syekh Ahmad Kanji berdiri menghormati kedatangan beliau. "Mari kesini lebih dekat lagi", kata beliau sambil mengenakan mahkota merah dan sorban hijau di atas kepala Syekh Ahmad Kanji, dan berkata : "Wahai Ahmad Kanji, sekarang kamu sudah menjadi muridku, dan menjadi anakku dan menjadi Rijalulloh (Pahlawan Allah)". Lalu beliau menghilang dan bangunlah Syekh Ahmad Kanji dari tidurnya, mahkota dan sorban sudah melekat terpakai di atas kepalanya, lalu ia bersujud syukur atas nikmat Allah yang telah diterimanya. Kemudian ia pulang kembali kepada gurunya sambil memperlihatkan mahkota merah dan sorban hijau hadiah pelantikan dari Syekh Abdul Qodir, dan menceritakan tentang peristiwa yang telah dialaminya. Gurunya berkata : "Wahai Ahmad Kanji, mahkota dan sorban itu adalah suatu hirqoh kemuliaan dan keberkahan bagimu, dan kamu sangat dikasihi Syekh Abdul Qodir. Sekarang berdirilah tegak, dan kamu telah menjadi wali yang utama". Dengan mengharap keberkahannya, Syekh Abi Ishaq Maghribi memakai mahkota dan sorban itu di kepalanya, lalu diserahkan kembali kepada Syekh Ahmad Kanji.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***36. MANQOBAH KETIGA PULUH ENAM :
SYEKH AHMAD KANJI MENJUNJUNG KAYU BAKAR DIATAS KEPALANYA
Syekh Ahmad Kanji pekerjaannya adalah mencari kayu bakar untuk memasak roti bagi faqir-faqir. Setelah mengenakan mahkota dari Syekh Abdul Qodir, gurunya berkata : "Sekarang engkau tidak layak mencari kayu bakar, sebab kepalamu telah dimahkotai dengan mahkota yang mulia". Lalu Syekh Ahmad Kanji memohon ijin dari gurunya untuk mencari kayu bakar. Ujar gurunya: "Ya kalau kamu ngotot, silakan saja". Ia pun berangkat ke gunung mengumpulkan kayu bakar dan diikat. Waktu akan diangkat ke kepalanya, kayu bakar itu melayang diatas kepala Syekh Ahmad Kanji kira-kira sehasta dari kepalanya. Lantas Syekh Ahmad Kanji pulang kepada gurunya. Ikatan kayu bakar terus melayang mengikuti Syekh Ahmad. Setibanya di tempat gurunya yaitu Syekh Abi Ishaq Maghribi, gurunya berkata : "Nah, Syekh Ahmad, tadi kataku bagaimana, kepalamu tidak pantas dipakai membawa kayu bakar, sebab sudah ditempati mahkota dan sorban yang mulia. Sejak kini, sudahlah jangan mencari kayu bakar. Engkau oleh Sayyid Abdul Qodir sudah ditunjukkan dalam pangkat Rijalulloh".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***37. MANQOBAH KETIGA PULUH TUJUH :
BERKAT DO'A SYEKH ABDUL QODIR SEORANG PEREMPUAN MEMPUNYAI TUJUH ANAK LAKI-LAKI
Dalam kitab Muntakhob Jawahiril Qolaid diriwayatkan, ada seorang perempuan datang menghadap Syekh Abdul Qodir, maksudnya ia mohon do'a restu dan karomah Syekh agar ia dikaruniai seorang anak yang menjadi dambaan hati buah pelerai lara. Lalu Syaikh melihat tulisannya di Lauhil Mahfudz, ternyata bagi perempuan itu tidak ada tulisan akan mempunyai anak. Disaat itu pula Syekh berdo'a kepada Allah Yang Maha Berkuasa agar perempuan itu diberi dua orang anak. Selesai beliau berdo'a terdengar sabda Allah : "Bukankah kamu sudah melihat di Lauhil Mahfudz bahwa seorang anak pun tidak ada tulisannya bagi perempuan itu, dan sekarang malah kamu minta dua orang anak?". Syekh berkata lagi : "Saya mohon tiga anak". Dikala itu datang lagi sabda Allah : "Kamu sudah melihat di Lauhil Mahfudz ia tidak ada lukisannya seorang anak pun, kini kamu minta tiga anak". Syekh berkata lagi: "Ya Allah saya mohon empat orang anak". Demikian seterusnya permohonan Syekh bertambah meningkat sampai pada permohonan tujuh orang anak. Pada waktu sampai batas tujuh orang anak, datang sabda Allah: "Sekarang sudah cukup, jangan lebih dari tujuh, dan permohonan itu Ku-terima". Atas anugerah karunia itu lalu beliau bersujud syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kemudian Syekh mencomot segumpal tanah, dan sedikit dari tanah itu diberikan kepada perempuan itu. Dengan mengharap barokahnya lalu perempuan itu membuat liontin mata kalung dari tanah itu yang dilapisi perak. Beberapa hari kemudian perempuan itu hamil, dan sampai masa sembilan bulan ia melahirkan bayi kembar siam tujuh bayi laki-laki semuanya dalam keadaan sehat dan selamat. Kian hari bayi itu menjadi besar dan meningkat menjadi anak-anak dewasa. Beberapa tahun kemudian, keyakinan perempuan itu menjadi berubah. Tercetus dalam bisikan hati perempuan itu prasangka buruk terhadap Syekh. Ia berkata sambil memegang perhiasan liontin mata kalung yang dipakai: "Untuk apa gunanya tanah ini tiap hari selalu bergantung di bawah leherku, sekarang aku sudah punya anak, untuk apalagi kalung ini kupakai, tidak ada gunanya". Seusai ia berkata dalam hati nuraninya dengan spontanitas ketujuh anaknya itu mati. Melihat kejadian yang tidak terduga itu, segera perempuan itu berangkat menghadap Syekh sambil menangis tersedu-sedu dan bertobat mohon ampunannya karena jauh sebelumnya sudah berprasangka buruk kepada Syekh. Menerima pengaduan dan keluhan itu, Syekh berkata "Sekarang juga kamu cepat pulang, dan apa yang menjadi niat dan harapanmu itu akan diterima juga nanti". Setibanya dirumah dengan penuh cemas ternyata anaknya yang sudah mati, semuanya hidup kembali.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 38. MANQOBAH KETIGA PULUH DELAPAN :
SYEKH ABDUL QODIR MENYELAMATKAN MURIDNYA DARI SIKSAAN MALAIKAT MUNKAR WA NAKIR
Diriwayatkan, Syekh Abdul Qodir mempunyai murid yang bodoh dan buta agama, namun ia menaruh cinta, rindu, kepada gurunya yaitu Syekh Abdul Qodir. Pada waktu ia mati ditanya dialam kubur oleh malaikat Munkar Nakir: "Apa agamamu, siapa Tuhanmu dan siapa Nabimu?". Si mayat menjawab : "Saya tidak tahu, yang saya ketahui hanya guruku Syekh Abdul Qodir, beliaulah yang sangat kucintai". Mayat itu selalu memanggil-manggil Syekh Abdul Qodir, sehingga malaikat Munkar Nakir merasa bingung menghadapi kejadian ini, lalu hal ini diajukan kepada Allah SWT: "Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui tentang jawaban mayat hamba-MU ini, untuk hal itu saya serahkan kepada-Mu". Allah bersabda : "Beri siksaan dia sebagaimana mestinya". Pada waktu malaikat Munkar Nakir akan melaksanakan siksaan sebagaimana perintah Allah SWT, tiba-tiba Syekh Abdul Qodir muncul sambil berkata : "Wahai malaikat Munkar Nakir, mayat muridku jangan disiksa karena dia waktu hidupnya termasuk orang yang bodoh, dan tidak tahu tentang agama, yang dia ketahui hanyalah aku ini". Lalu Syekh melanjutkan pembicaraannya : "Akulah yang yang akan memberi jawaban terhadap segala pertanyaan yang kalian akan tanyakan, nah sekarang mau menanyakan masalah apa?". Untuk kedua kalinya kejadian ini malaikat Munkar Nakir bertambah bingung dan dengan segera dilaporkan kepada Allah SWT. Allah bersabda sebagaimana tadi : "Siksa dia sebagaimana mestinya!". Setelah malaikat itu menerima perintah dari Allah lalu diambilnya godam, ketika mayat akan disiksa, tiba-tiba Syekh menghadang dan menggagalkan serta merebut godam dari tangan malaikat Munkar Nakir lalu dilemparkan, beliau berkata : "Semuanya minggir! Demi panasnya kecintaanku yang membara dalam batinku kepada Allah, siapapun juga tidak ada yang menandingiku. Ingat, kalau mayat muridku disiksa, surga dan neraka semuanya akan kubakar (artinya dalam surga tidak akan senang dan dineraka tidak akan susah)". Ketika itu datang sabda Allah : "Sekarang Ku ampuni dosa mayat orang itu, jangan kamu siksa, disebabkan karena kekasihku Abdul Qodir. Aku menanggung rindu padanya, dan lebarkan pula kubur mayat orang itu!".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***39. MANQOBAH KETIGA PULUH SEMBILAN :
SETIAP DATANG TAHUN BARU TAHUN ITU MEMBERI TAHU KEPADA SYEKH ABDUL QODIR PERISTIWA YANG AKAN TERJADI PADA TAHUN INI
Di dalam kitab Bahjatul Asror meriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qodir suatu saat beliau terbang melayang-layang diatas ribuan manusia pada jamaah majelis pengajian yang beliau pimpin. Beliau berkata : "Tiada terbit matahari melainkan mengucapkan salam padaku, dan menginformasikan segala kejadian atau peristiwa yang akan terjadi pada tahun itu. Pada setiap datang bulan senantiasa memberi salam padaku dan menceritakan peristiwa apapun yang akan terjadi pada bulan itu. Demikian setiap datang minggu dan hari, minggu dan hari itu memberi salam padaku dan memberitahukan masukan peristiwa yang akan terjadi pada minggu dan hari itu. Demi Dzat Kemuliaan Tuhan orang-orang yang akan mendapat kecelakaan dan kebahagiaan semuanya itu diajukan kepadaku. Pandangan mataku ada di lauhil mahfudz, dan aku tenggelam dalam lautan ilmunya Allah dan dalam lautan musyahadah-Nya. Akulah yang menjadi hujjah Allah bagimu. Akulah yang menjadi pengganti dan penerus Rosululloh SAW. Akulah yang menjadi pewarisnya dibumi. Manusia ada gurunya, malaikat ada gurunya, demikian pula jin ada gurunya, dan aku adalah guru semuanya".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***40. MANQOBAH KEEMPAT PULUH :
SYEKH ABDUL QODIR DIBERI BUKU, DAFTAR UNTUK MENCATAT MURID-MURIDNYA SAMPAI HARI KIAMAT
Di dalam kitab Bahjatul Asror diriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qodir pernah berkata: "Aku diberi sebuah buku luasnya sepanjang mata memandang untuk menuliskan dan mencatat nama-nama muridku sampai hari kiamat. Semua jumlah catatan murid dan ikhwanku itu telah Allah berikan padaku dan telah menjadi milikku. Aku pernah bertanya kepada malaikat Malik penjaga pintu neraka: "Apakah ada padamu murid ataupun ikhwanku?" Malaikat Malik menjawab "Tidak ada dalam neraka". Syekh berkata: "Aku bersumpah demi Dzat Kemuliaan dan Keagungan Tuhan, sesungguhnya tanganku terhadap murid-muridku seperti langit menutupi bumi. Andaikan murid-muridku itu buruk dan salah, maka akulah yang baik dan benar. Dan aku bersumpah demi Dzat Kemuliaan dan Keagungan Tuhan, dua telapak kakiku tidak akan bergeser setapak pun di hadapan Tuhan, terkecuali sudah mendapat keputusan bahwa aku bersama murid-muridku berangkat masuk surga". Lebih lanjut beliau berkata: "Senantiasa tanganku ini tidak akan lepas dari kepala murid-muridku, walaupun aku sedang berada di Timur (masyriq) dan muridku berada dibarat (Maghrib), lalu muridku itu terlihat dan tersingkap auratnya maka tanganku akan segera menutupinya. Demi Dzat Kemuliaan dan Keagungan Tuhan, pada hari kiamat nanti aku akan berdiri tegak di hadapan pintu gerbang neraka, sekali lagi aku tidak akan bergeser dan berdiri tegak sebelum semua muridku sudah masuk ke surga, karena Allah Yang Maha Kuasa telah menjanjikan padaku bahwa murid-muridku tidak akan dimasukkan kedalam neraka. Barangsiapa yang berguru serta cinta/ mahabbah padaku pasti aku menghadap (menaruh perhatian) padanya. Dan malaikat Munkar Nakir telah berjanji padaku bahwa mereka tidak akan menakut-nakuti, atau menimbulkan rasa kaget/terkejut pada murid-muridku".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***41. MANQOBAH KEEMPAT PULUH SATU:
SALAH SEORANG MURID SYEKH ABDUL QODIR TIDAK MERASA LAPAR DAN HAUS SETELAH MENGHISAP JARI TANGAN SYEKH ABDUL QODIR
Syekh Arif Abu Muhammad Syawir As-Sibti berkata: "Pada suatu hari saya berangkat menuju Baghdad berziarah kepada Syekh Abdul Qodir, lalu saya membantu beliau beberapa hari lamanya. Pada waktu saya akan pulang, lebih dahulu saya menghadap guruku Syekh untuk mohon diri. Beliau berkata padaku: "Silahkan kamu pergi, aku do'akan semoga kamu selamat di perjalanan dan selamat sampai di tempat tujuan." Kemudian beliau mengulurkan tangannya menyuruh padaku supaya jari tangannya dihisap. Lalu kuhisap jari tangan beliau itu. Beliau berwasiat kepadaku: "Agar nanti di perjalanan jangan meminta-minta." Setelah saya pamit, berangkatlah saya menuju Mesir. Berkat karomah Syekh, di perjalanan saya tidak pernah merasa lapar atau haus, juga tidak mengurangi kekuatan fisik, dengan selamat tidak kurang suatu apapun sampailah saya di kampung halaman".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***42. MANQOBAH KEEMPAT PULUH DUA :
SYEKH SON'ANI KARENA TIDAK TAAT KEPADA SYEKH ABDUL QODIR NASIBNYA MENJADI PENGGEMBALA BABI
Pada waktu Syekh Abdul Qodir menerima sabda Rosululloh saw, bahwa telapak kaki beliau bakal memijak pundak-pundak para waliyulloh, sabda Rosululloh itu diumumkan dan disebarkan kepada seluruh para wali, baik yang hadir maupun yang tidak hadir/raib. Mendengar pengumuman itu, mereka para waliyulloh menghadap syekh, dan mereka meletakkan kaki beliau di atas pundaknya masing-masing karena menghormati dan mengagungkannya, kecuali sorang wali namanya Syekh Son'ani, ia berkata: "Saya juga cinta mahabbah kepada Syekh, tetapi untuk diinjak pundakku nanti dahulu, dan rasanya tidak perlu." Ucapan Syekh Son'ani itu terdengar oleh Syekh, dan beliau berkata: "Telapak kakiku akan menginjak pundaknya si penggembala babi". Tidak berapa lama kemudian, Syekh Son'ani berangkat berziarah menuju kota Mekkah diiringi sampai ratusan santri-santrinya. Takdir tidak bisa ditolak, demikianlah ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa berlaku bagi hambanya. Pada waktu Syekh Son'ani berjalan melewati sebuah kampung yang penduduknya mayoritas menganut agama nasrani, kebetulan ia melihat sebuah kedai, penjual warung itu seorang perempuan beragama nasrani penjual minuman keras. Keistimewaan perempuan itu pandai menarik para pembeli karena wajahnya cantik tiada bandingnya, badannya mulus dan mantap, mendebarkan hati para pemuda. Konon tiada seorang lelaki pun yang tidak terpikat olehnya. Demikian pula Syekh Son'ani, melihat kecantikan perempuan itu terpesona sehingga luluh hatinya, hilang rasa malu pada dirinya, wibawanya jatuh di hadapan santri-santri pengiringnya, sehingga dengan senang hati ia rela menyerahkan dirinya untuk menjadi pelayan perempuan itu. Dengan suka rela serta sungguh-sungguh ia mau bekerja, dan pekerjaan apapun ia kerjakan demi untuk menyenangkan perempuan cantik itu. Pada suatu hari perempuan itu menyuruh Syekh Son'ani menggembalakan babi piaraannya, memangku anak babi yang masih kecil agar jangan sampai terinjak induknya. Ia tidak merasa hina disuruh menggembala babi itu, malah merasa bangga dan gembira diperintah kekasihnya itu. Melihat kejadian itu, seluruh santri-santri pengiringnya itu mereka pulang meninggalkan gurunya, karena secara menyolok Syekh Son'ani gurunya itu telah mencemarkan dan menodai agama. Yang masih tinggal dua orang, yaitu Syekh Fariduddin dan Syekh Mahmud Maghribi. Kedua santri itu berunding mencari jalan pemecahan musibah yang menimpa pada gurunya. Hasil perumusannya mereka berpendapat bahwa: "Musibah ini harus diperbaiki dari sumbernya dan ditelusuri sebab akibatnya, kemungkinan karena tidak adanya loyalitas murid terhadap gurunya dan kata bertuah yang dikatakan Syekh Abdul Qodir kepada Syekh Son'ani, maka untuk hal ini saya akan menghadap yang mulia Syekh". Kata Syekh Fariduddn: "Kamu Syekh Mahmud tinggal di sini." Kemudian Syekh Fariduddin berangkat menuju kota Baghdad, setibanya di kota itu lalu ia mencari pekerjaan berat dan hina, akhirnya terpaksa pekerjaan itu diterima dan dikerjakan, yaitu membuang kotoran dari kakus. Pada suatu hari Syekh mengetahui dan menyaksikan Syekh Fariduddin sedang bekerja berat yaitu sedang menjunjung wadah yang penuh dengan kotoran dan pada saat itu turunlah hujan dengan derasnya sehingga wadah kotoran itu penuh dengan air hujan melimpah dan membasahi badan Syekh Fariduddin. Memperhatikan beban berat yang dipikul Syekh Fariduddin, Syekh merasa iba hatinya, lalu beliau memanggil Syekh Fariduddin dan menanyakan namanya. Setelah Syekh Fariduddin memperkenalkan diri, dan ia juga teman Syekh Son'ani, Syekh bertanya lagi: "Kamu sebenarnya mau apa? Dan silahkan mau minta apa?". Dijawab oleh Syekh Fariduddin: "Kiranya yang bertanya lebih arif bijaksana, lebih mengetahui maksud saya sebenarnya". Syekh berkata: "Kamu mendapat maqom, yakni kedudukan yang lebih tinggi, dan juga gurumu kuampuni". Kata Syekh Fariduddin: "Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi selain diampuni dosa guruku". Kata Syekh: "Memang benar, gurumu telah kuampuni karena kedudukanmu itu". Bertepatan dengan saat memberi ampun, detik itu pula Syekh Son'ani siuman sadar kembali dari kelalaiannya, lalu ia membaca istighfar, dan ketika itu juga hatinya menjadi berubah tertanam dan berkembang perasaan cinta, rindu mahabbah pada Syekh, dan segera ia berangkat menuju kota Baghdad dengan kebulatan tekad yang kuat akan bertobat kepada Syekh. Demikian pula tidak kurang pentingnya perempuan cantik yang beragama nasroni itu dan juga kekasih Syekh Son'ani ikut terbawa bersama Syekh Son'ani berziarah dengan keyakinan yang kuat akan masuk agama islam berikrar di hadapan Syekh.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***43. MANQOBAH KEEMPAT PULUH TIGA:
SYEKH ABDUL QODIR DUDUK DI ATAS SAJADAH MELAYANG-LAYANG DI ATAS SUNGAI DAJLAH
Syekh Sahal bin Abdullah At-Tastari di kala mukasyafah berkata: "Pada suatu hari masyarakat Baghdad merasa kehilangan Syekh Abdul Qodir, mereka sibuk mencari di mana Syekh itu berada. Setelah diadakan pencarian yang seksama, diketemukan beliau sedang duduk di atas air sungai Dajlah, beliau dikerumuni berbagai jenis ikan menciumi tangan dan kaki beliau". Kata Syekh Sahal: "Saya tidak merasa bosan melihat keajaiban beraneka jenis ikan dengan nuansa beraneka warna dan dengan gerakan gaya yang berbeda pula, sehingga tidak terasa sampai datang waktu dzuhur. Di kala itu saya melihat sajadah warnanya hijau disulam dengan benang emas dan perak bermotifkan tulisan dua baris, baris pertama: 'ALAA INNA AULIYAA ALLOOHI LA KHOFUN 'ALAIHIM WALAAHUM YAHZANUN (Sesungguhnya para kekasih Allah itu mereka tidak merasa takut dan bagi mereka tidak merasa sedih duka nestapa). Dan baris kedua dengan tulisan: SALAAMUN 'ALAIKUM AHLAL BAITI INNAHU HAMIIDUN MAJIID (Keselamatan dan kesejahteraan tetap bagimu sekalian wahai Ahli Bait Nabawi, sesungguhnya Allah Maha Terpuji, Maha Agung). Sajadah itu terhampar melayang di atas sungai Dajlah, lalu Syekh duduk di atas sajadah itu. Tidak lama kemudian datang rombongan kawula muda rata-rata tubuhnya tegap semampai, wajahnya tampan, ganteng ceria penuh wibawa mengiringkan seorang pria yang kegantengan dan kharismanya melebihi dari yang lainnya. Di hadapan mereka terhampar sejadah, dengan serempak mereka berdiri menghormati Syekh dengan sopan santun dan rasa khidmat seolah-olah mereka terkendali dengan kewibawaan beliau. Lalu Syekh berdiri untuk melaksanakan sholat berjama'ah, beliau menjadi imam dan yang lainnya menjadi makmum, termasuk para wali Baghdad. Di kala Syekh mengucapkan takbir, para malaikat pemangku 'arasy dengan serempak pula mengucapkan takbir. Di waktu membaca tasbih, seluruh malaikat yang di langit mengikuti membaca tasbih. Pada waktu beliau membaca tahmid keluar dari mulut Syekh sinar cahaya memancar menjulang ke atas. Seusai melaksanakan sholat, lalu beliau membaca do'a: ALLAHUMA INNII AS ALUKA BIHAQQI JADDIL NABIYYIKA WAKHIYAROTIKA MIN KHOLKIKA ALLA TAQBADO RUUHA MURIIDII WA MURIIDATAN LII ILLA 'ALAA TOOBATI (Ya Allah, aku mohon pada-Mu dengan bertawassul pada kakek moyangku Nabi Muhammad saw pilihan-Mu dan makhluk-Mu. Semoga Engkau Ya Allah, jangan merenggut nyawa muridku baik pria maupun wanita sebelum mereka itu bertobat lebih dahulu pada-Mu). Seluruh Malaikat membaca amin atas doa itu, demikian pula seluruh kaum muslimin yang hadir. Di kala itu datang hatif dari alam gaib, firman Allah: "Wahai Abdul Qodir, bergembiralah, karena doamu telah Ku terima".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***44. MANQOBAH KEEMPAT PULUH EMPAT :
BERKAT SYAFAAT SYEKH ABDUL QODIR, WALI YANG MARDUD (DITOLAK) DAPAT DITERIMA KEMBALI MENJADI WALI MAQBUL (DITERIMA)
Diriwayatkan dalam kitab Malfudhul Ghoyyatsiyyah pada zaman Syekh Abdul Qodir ada seorang wali yang dikeluarkan, dilepas oleh Allah dari pangkat kewaliannya. Umumnya masyarakat telah mengetahui tentang ditolaknya wali tersebut oleh Allah, telah tercatat dari daftar waliyulloh. Namun ia berusaha dengan sekuat tenaga, dengan didukung oleh semangat juang tinggi, minta bantuan dan syafaat rekaan-rekannya. Sebanyak tiga ratus enam puluh wali, merasakan rasa solidaritas mengajukan permohonan kepada Allah agar ia dapat diangkat kembali dan diterima disisi-Nya. Merasakan nasib malang yang diderita rekannya itu, seluruh wali yang tiga ratus enam puluh orang itu mereka bersama-sama bermunajat mengadukan halnya, berdo’a memohon kepada Allah supaya rekannya wali yang dilepas itu diangkat kembali menjadi waliyulloh. Namun dari seluruh permohonan mereka itu, tidak ada seorang pun do’anya yang diterima Allah. Maka untuk meyakinkan lagi para waliyyulloh itu masing-masing melihat ketentuan suratan yang tertulis di Lauhil Mahfudz, ternyata tampak dengan jelas tertulis bahwa wali rekannya itu sudah disatukan dengan kelompok orang-orang celaka. Atas kesepakatan bersama dianjurkan supaya ia dengan segera menghadap Syekh Abdul Qodir untuk memohon syafaatnya. Lalu dengan merendahkan diri ia menghadap Syekh, beliau berkata: “Mari sini lebih dekat lagi, sesungguhnya Allah telah mencopot pangkat kewalianmu. Mudah-mudahan aku bisa mengusahakan, dan menjadikan agar kamu dapat diterima kembali menjadi waliyulloh dengan ijin Allah". Kemudian Syekh berdo’a kepada Allah, mohon supaya wali yang ditolak itu dapat diangkat kembali, diterima menjadi waliyulloh. Di kala itu datang hatif dari Yang Maha Kuasa: “Wahai Abdul Qodir, ada tiga ratus enam puluh orang wali mereka berdo’a minta pertolongan untuk wali yang Ku tolak itu, dan tidak seorang pun do’a permohonannya yang Ku terima, sebab wali itu telah tertulis di Lauh Mahfud termasuk orang yang celaka”. Syekh menjawab: ”Ya Allah, apa halangannya, Engkau Maha Kuasa, siapa yang ditolak, Engkau dapat menolaknya, demikian pula siapa yang diterima Engkau bisa saja menerimanya, dan mengapa lidahku Engkau jadikan supaya aku bisa menyanggupi orang, bahwa ia dapat diterima bila Engkau telah memutuskan dan menjadikan orang itu ditolak”. Kemudian datang hatip, Allah bersabda: ”Wahai Abdul Qodir, sekarang silahkan siapa yang dianggap olehmu ditolak akan Ku tolak, dan Aku serahkan padamu dengan tugas untuk mengangkat dan memberhentikan dari pangkat kewalian”. Lalu syekh berkata kepada wali mardud itu: ”Segera kamu membersihkan diri, mandi tobat, karena kedudukanmu sekarang sudah di angkat kembali menjadi waliyyulloh.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***45. MANQOBAH KEEMPAT PULUH LIMA:
SYEKH ABDUL QODIR MENYELAMATKAN MURIDNYA DARI API DUNIA DAN AKHIRAT
Syekh Miyan Udhmatulloh dari golongan Imam Ulama Arifin berkata: "Di negeriku Burhaniyun, saya bertetangga dengan seorang kaya. Ia beragama Hindu penyembah api (agni), namun ia sangat rindu cinta kepada Syekh Abdul Qodir. Setiap tahun diundang para pejabat pemerintah, para ulama, dan tidak terkecuali para fakir miskin untuk berpesta bersuka ria, makan bersama di rumahnya. Untuk lebih semarak lagi, rumahnya dihiasi dengan dekorasi yang beraneka ragam wama keindahannya, ditaburi dengan bunga-bunga yang harum semerbak serta minyak yang harum mewangi. Tujuan diadakan pesta itu semata-mata terdorong rasa cinta mahabah kepada Syekh, malah ia merasa bangga mengaku menjadi muridnya. Rupanya ajal telah tiba baginya, dan setiap jiwa harus merasakan mati. Pada waktu mati, keluarganya merawat mayat itu sesuai dengan keyakinannya, yaitu tata cara agama Hindu, si mayat harus dibakar. Timbul keanehan, di luar kebiasaan sosok mayat itu tidak hangus terbakar menjadi abu, bahkan sehelai rambutpun tidak lenyap dimakan api. Akhirnya keluarganya sepakat bahwa mayat itu lebih baik dihanyutkan ke sungai. Menghadapi kejadian ini, di negeri tersebut berdiam seorang wali. Pada malam harinya ia bermimpi dikunjungi Syekh. Beliau berpesan: "Mayat orang Hindu yang te•rapung-apung dihanyutkan air itu ialah muridku, dan ia telah diberi nama Sa‘dullah, supaya ia segera diangkat dari sungai dan dikubur sebagaimana mestinya menurut kewajiban dan ketentuan agama Islam, karena ia seorang muslim. Mengapa sosok mayat itu tidak lenyap dimakan api sehingga api tidak mempan untuk membakarnya? Hal ini tiada lain karena Allah telah berjanji padaku bahwa Allah tidak akan membakar murid-muridku baik dari api dunia maupun api neraka.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***46. MANQOBAH KEEMPAT PULUH ENAM :
KEBERADAAN, PERWUJUDAN, SYEKH ABDUL QODIR ADALAH WUJUD NABI MUHAMMAD SAW
Syekh Abdul Qodir berkata: "Haadzal Wujuud Wujuudu Jaddi La Wujuudu Abdul Qodir (Keberadaan/perwujudanku ini adalah wujud kakek moyangku Nabi Muhammad SAW. bukan wujud Abdul Qodir)". Para ulama meriwayatkan bahwa pada suatu hari, Syekh berangkat pulang menuju rumah beliau. Di belakang beliau diikuti sang putra Abdul Jabbar. Sesampainya di rumah, Abdul Jabbar tidak melihat bahwa ayahnya itu berada di rumah, lalu ditanyakan kepada ibunya, "Tadi saya berjalan mengikuti ayah ke sini, pada waktu sampai di ambang pintu, saya tidak melihat ayah masuk ke dalam rumah". Ibunya berkata: "Sebenamya ayahmu itu sudah lima belas hari tidak pulang-pulang ke rumah". Lalu Abdul Jabbar berangkat menuju tempat berkhalwat ayahnya, terlihat pintunya terkunci, ia berkeyakinan pasti ayahnya itu ada di ruang khalwat. Di ambang pintu ruang khalwat lama ia menunggu sampai tengah malam. Pada pertengahan malam, baru pintu ruang khalwat itu dibuka oleh Syekh sambil beliau berkata: "Menurut penglihatan orang banyak, ayah berangkat menuju rumah, padahal masuk ke ruang khalwat ini, sama seperti penglihatanmu tadi". Kemudian Abdul Jabbar bertanya kepada ayahnya: "Rosululloh bila beliau qodo hajat atau buang air kecil, seketika itu juga bumi menghisapnya sehingga tidak ada bekasnya. Keringatnya harum semerbak seharum minyak kasturi, dan lalat pun enggan hinggap pada badan beliau. Semua yang saya sebut terbukti khususiah, keistimewaan itu sekarang ada pada ayah". Syekh menjawab "Sesungguhnya Abdul Qodir telah fana secara konstan pada kelestarian diri kakek moyangnya, Nabi Muhammad SAW." Lalu Abdul Jabbar berkata lagi: "Nabi Muhammad bila beliau berjalan biasanya dipayungi awan berarak, rasanya tidak ada salahnya ayah juga kalau berjalan dipayungi awan?". Beliau menjawab: "Hal itu sengaja kita tinggalkan, jangan sampai nanti disangka menjadi Nabi".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***47. MANQOBAH KEEMPAT PULUH TUJUH:
SYEKH ABDUL QODIR DIGODA SYETAN
Diriwayatkan, bahwa pada suatu hari syetan menghadap Syekh Abdul Qodir, memperkenalkan diri sebagai Jibril, dan berkata bahwa ia membawa buroq dari Allah dan mengundangnya untuk menghadap Allah di langit tertinggi. Syekh segera menjawab bahwa si pembicara tiada lain syetan si iblis, karena baik buroq maupun Jibril tiada akan turun ke dunia selain turun kepada Nabi Muhammad SAW. Syetan masih punya cara lain, katanya : "Baik Abdul Qodir, engkau telah menyelamatkan diri dengan keluasan ilmumu". "Enyahlah!", bentak Syekh, "Jangan kau goda aku, dan bukan karena ilmuku, tapi karena rahmat Allah, aku selamat dari perangkapmu". Ketika Syekh sedang di rimba belantara, tanpa makan dan minum untuk waktu yang lama, awan menggumpal di angkasa, dan turunlah hujan. Syekh meredakan dahaganya dengan curahan hujan itu. Muncullah sosok terang di cakrawala dan berseru: "Akulah Tuhanmu, kini kuhalalkan bagimu segala yang haram". Syekh berkata: "Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk". Sosok itu pun berubah menjadi awan, dan terdengar berkata: "Dengan ilmumu dan rahmat Allah, engkau selamat dari tipuanku, padahal aku telah menggoda dan menyesatkan tujuh puluh orang yang sedang menuntut ilmu Ketauhidan". Lalu muridnya bertanya tentang kesigapan Syekh dalam mengenal bahwa ia syetan. Jawaban beliau dengan pernyataan yang menghalalkan segala yang haram yang membuatnya tahu. sebab pernyataan semacam itu tentu bukan dari Allah.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***48. MANKQOBAH KEEMPAT PULUH DELAPAN :
SYEKH ABDUL QODIR MENAMPAR SYETAN
Pada suatu hari, Syekh Abdul Qodir didatangi syetan, sosok tubuhnya buruk menjijikkan, pakaiannya compang-camping dan badannya bau busuk, lalu ia berucap: "Saya datang jauh-jauh untuk menghadapmu semata-mata dengan maksud menjadi pelayan Syekh. Semoga saya dapat diterima". Permintaannya itu diacuhkan Syekh, lalu ditampar mukanya, seketika itu juga ia menghilang tanpa bekas. Saat muncul lagi, ia membawa obor yang menyala, maksudnya ingin membakar Syekh. Lalu beliau mengambil pedang dan ketika akan dilepas, ia kabur terbirit-birit. Tidak lama kemudian ia datang lagi sambil menangis pura-pura minta ampun tidak akan menggoda lagi, padahal diam-diam ia memperlihatkan peralatan untuk menggoda manusia. Syekh berkata: "Enyah kamu!. Berkali-kali kamu datang lagi menggodaku, dan aku tidak akan terpedaya dengan rayuan gombalmu". Lalu dengan cepat beliau merampas alat-alat itu dari tangan syetan dan diredamnya. Akibat kegagalan usahanya, syetan itu kabur.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***49. MANKOBAH KEEMPAT PULUH SEMBILAN :
RAJA BAGHDAD MEMBERI HADIAH UANG KEPADA SYEKH ABDUL QODIR, UANG ITU BERUBAH MENJADI DARAH
Diriwayatkan, raja Baghdad yang bernama Yusuf bin Abi Mudhoffar memberi hadiah kepada Syekh Abdul Qodir berupa sepuluh pundi-pundi uang yang diantarkan oleh sepuluh kawula pengawalnya, namun hadiah itu tidak diterima Syekh. Akhirnya raja itu sendiri terjun datang kepada Syekh sambil berkata: "Saya sengaja datang ke sini untuk memberi hadiah bagi Syekh berupa sepuluh pundi uang, jangan sampai tidak diterima". Lalu Syekh mengambil dua pundi sambil dipijit-pijit pundi uang itu dengan tangan beliau, tiba-tiba terpancarlah darah dari pundi uang itu mengalir keluar. Syekh berkata: "Coba lihat pundi itu isinya bukan uang melainkan darah manusia melulu, hasil dari pemerasan manusia terhadap manusia, bagaimana mungkin saya harus menerima hadiah ini?". Menyaksikan kejadian itu, sang raja merasa malu tersipu-sipu. Syekh berkata: "Dengan adanya peristiwa ini, demi dzat keagungan Allah, kalau sekiranya nasab keturunannya, silsilahnya tidak sampai menyambung kepada Rosululloh SAW. pasti darah ini akan mengalir menjadi sungai, dan darah itu nantinya akan mengalir ke rumahnya".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 50. MANQOBAH KELIMA PULUH :
SYEKH ABDUL QODIR DIMINTA MEMBERIKAN BUAH APEL OLEH RAJA BAGHDAD BUKAN PADA MUSIM BERBUAH
Diriwayatkan, pada suatu hari raja Baghdad datang berkunjung kerumah Syekh Abdul Qodir dengan maksud meminta karomah beliau untuk ketentraman hatinya. Syekh berkata: "Kiranya apa saja yang perlu saya bantu?". Dijawab oleh sang raja, "Saya minta buah apel". Sedangkan pada waktu itu, buah apel belum musimnya berbuah. Lalu tangan beliau diangkat ke atas, pada waktu diturunkan kembali tangannya menggenggam buah apel, yang sebuah diberikan kepada raja, dan yang sebelah lagi dibelah oleh beliau sendiri. Pada waktu sang raja membelah dan mengupas apel ternyata di dalamnya penuh dengan ulat-ulat (belatung) yang menjijikan. Lalu raja bertanya, "Mengapa buah apel ini penuh dengan belatung?", Syekh menjawab "Yah, karena buah itu telah dipegang oleh tangan kotor kedurhakaan". Mendengar penjelasan dari Syekh, raja terkejut lalu dibacanya istighfar, kemudian ia bertobat di hadapan Syekh. Untuk perkembangan selanjutnya, raja Bagdad itu menjadi mitra Syekh sampai ia mangkat.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***51. MANQOBAH KELIMA PULUH SATU :
WASIAT SYEKH ABDUL QODIR KEPADA PUTRANYA ABDUL ROZAK
Syekh Abdul Qodir telah berwasiat kepada putranya yang bernama Abdul Rozak. Beberapa wasiatnya di antaranya: "Wahai anakku, semoga Allah senantiasa melimpahkan taufik dan hidayahNya bagimu dan segenap kaum muslimin. Wahai Ananda, ayah berwasiat bertakwalah kepada Allah, pegang syara’ dan laksanakan dengan sebaik-baiknya dan pelihara pula batas-batas agama. Ketahuilah bahwa thorekatku dibangun berdasarkan al-Qur'an dan sunnah Rosululloh SAW. Hendaknya kamu berjiwa bersih, dermawan, murah hati, dan suka memberi pertolongan kepada orang lain dengan jalan kebaikan. Kamu jangan bersikap tegar hati atau berlaku tidak sopan. Sebaiknya kamu bersikap sabar dan tabah menghadapi segala ujian dan cobaan, serta musibah yang dihadapimu. Hendaknya kamu bersikap suka mengampuni kesalahan orang lain, dan bersikap hormat pada sesama ikhwan dan semua fakir miskin. Jaga dan pelihara olehmu kehormatan guru-guru, dan berbuat baiklah jika kamu bertemu dengan orang lain, beri nasihat yang baik bagi orang-orang besar tingkat kedudukannya, demikian pula bagi masyarakat kecil di bawahmu. Jangan dibiasakan suka berbantah-bantahan dengan orang lain, kecuali dalam masalah agama. Ketahuilah bahwa hakikat kemiskinan secara agama berupa ketidakbutuhan akan ciptaan, semisal diri. Tasawuf dicapai lewat kelaparan dan pantangan dari hal-hal yang disukai dan dihalalkan, dan pribadi yang bersikap tidak banyak bicara apalagi besar mulut. Jika kamu berhadapan dengan orang miskin, jangan berpintar diri. Jangan dimulai dengan ilmu, sebab unjuk ilmu membuatnya tak senang, dan ia akan jauh darimu. Sebaliknya, hendaklah dimulai dengan kasih sayang, bersikap lembut karena kelembutan membuatnya senang dan lebih dekat padamu. Tasawuf itu dibangun di atas kerangka landasan yang kokoh pada delapan hal yakni : 1) kedermawanan; 2) rido / pasrah, merasa senang menghadapi kegetiran qodo dan qodar; 3) sabar; 4) isyarat /memberi petunjuk; 5) mengembara / melanglangbuana; 6) berbusana wool/bulu; 7) pelintas rimba belantara / rimbawan; dan 8) fakir / bersahaja, sederhana. Kedelapan nilai moral itu telah dimiliki oleh: 1) kedermawanan Nabi Ibrahim as; 2) keridoan, kepasrahan Nabi Ishak as; 3) kesabaran Nabi Ayub as; 4) isyaratnya Nabi Zakaria as; 5) berlanglangbuana seperti Nabi Yusuf as; 6) berbusana wool seperti Nabi Yahya as; 7) rimbawannya Nabi Isa as; dan 8) kefakiran, kesederhanaan Nabi Muhammad SAW. Bila kamu berkumpul bersama-sama dengan orang kaya, perlihatkan kegagahan dan keberanianmu, namun sebaliknya perlihatkan kerendahan hati bila kamu berkumpul dan bergaul dengan orang miskin. Hendaknya kamu mengikhlaskan diri dalam setiap laku perbuatan, dan kegiatan. Seharusnya bermudawamah dzikrullah, artinya tiada putus-putusnya mengingat Allah. Kamu jangan berprasangka buruk kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi apapun. Demikian pula harus berserah diri kepada Allah dalam segala tindak perbuatan. Jangan menggantungkan diri kepada orang lain, percayalah kepada kemampuan dirimu sendiri, baik terhadap keluarga maupun teman sejawat. Layani, dan selalu perhatikan para fakir miskin, terutama dalam tiga hal yakni: pertama, bersikap tawadu (merendahkan diri); kedua berbudi pekerti yang baik dan mulia, dan ketiga, kebeningan hati, dan mengekang hawa nafsu, agar kelak kamu menjadi hidup. Perhatikan olehmu, bahwa yang paling dekat kepada Allah ialah orang yang berbudi pekerti yang luhur. Dan amal yang paling utama, ialah memelihara hati dari melirik kepada yang lain, selain hanya kepada Allah saja. Bila kamu bergaul bersama orang miskin berwasiatlah dengan jalan kebenaran dan kesabaran. Tentang masalah dunia, kiranya cukup bagimu dua hal : pertama bergaul dengan orang miskin, kedua menghormati wali. Selain dari pada Allah, segala sesuatu itu jangan dipandang cukup, menyerang di bawahmu adalah pengecut, berlagak gagah terhadap sesama, adalah lemah, dan berlaku sombong kepada orang yang lebih tinggi kedudukannya, menunjukkan ketidaksopanan. Ketahuilah, bahwa Tasawuf dan fakir merupakan dwi tunggal kebenaran yang hakiki, bukan bercanda atau main-main. Oleh karena itu jangan dicampur dengan bercanda. Sekianlah wasiat ayahanda padamu. Semoga Allah senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya padamu dan pada murid-muridku atau siapapun yang mendengar wasiat yang disampaikan ini, semoga dapat mengamalkannya dengan diiringi keagungan dan syafaat jungjungan kita Nabi Muhammad SAW., Amin Ya Robbal ‘alamin".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***52. MANQOBAH KELIMA PULUH DUA:
PRAKTEK SHOLAT HAJAT DAN TAWASUL KEPADA SYEKH ABDUL QODIR
Dalam kitab Bahjatul Asror, Syekh Abdul Qodlr Jaelani menerangkan: "Barangsiapa yang bertawasul minta pertolongan kepadaku dalam kesusahan hidup, akan dihilangkan kesusahan itu. Barangsiapa memanggil namaku (istigosah) dalam kesulitan akan diberi kegembiraan. Dan barangsiapa yang bertawasul kepadaku untuk keperluan hidup akan dihasilkan maksudnya". Barangsiapa yang sholat sunat Hajat dua rokaat. pada tiap rokaat setelah membaca Fatihah lalu membaca surat lkhlas sebanyak sebelas kali, jadi dalam dua rokaat itu sebanyak dua puluh dua kali surat al-ikhlas. Setelah mengucapkan salam terakhir, lalu bersujud dan mengucapkan do’a permohonan: 1. Minta diampuni dari segala dosa kesalahan; 2. Mengucapkan rasa terima kasih atas nikmat yang telah diterima; 3. Memohon semoga dihasilkan segala maksud/ cita-cita yang baik. Setelah usai berdoa lalu berdiri menghadap ke kota Baghdad, dari kita menghadap ke arah barat daya, lalu langkahkan kaki selangkah-selangkah, dan pada setiap langkah disebut maksudnya dan disebut pula nama Syekh Abdul Qodir Jaelani, Insya Allah akan dihasilkan maksudnya. Bacaan tiap langkah : Langkah ke-l : يا شيخ محي الدّين عبد القادر الجيلاني "Ya, Syekh Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-2 : يا سيد محي الدّين عبد القادر الجيلاني "Ya, Sayyida Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-3 : يا مولانا محي الدّين عبد القادر الجيلاني "Ya, Maulana Muhyiddin Abdul Qodir Jailani" Langkah ke-4 : يا مخدوم محي الدّين عبد القادر الجيلاني "Ya, Makhduma Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-5 : يا خاوجه محي الدّين عبد القادر الجيلاني "Ya, Khowajah Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-6 : يا شاه محي الدّين عبد القادر الجيلاني "Ya, Syaah Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-7: يا درس محي الدّين عبد القادر الجيلاني "Ya, Darrisa Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-8 : يا قطب محي الدّين عبد القادر الجيلاني "Ya, Qutba Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-9 : يا سلطان محي الدّين عبد القادر الجيلاني "Ya, Sulthona Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-10 : ٠ يا غوث محي الدّين عبد القادر الجيلاني: "Ya, Gaotsa Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani " Langkah ke-11 : يا سيّد السادات محي الدّين عبد القادر الجيلاني "Ya, Sayyidas Saadaati Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" • Lalu ditutup dengan doa : أللهم لك الكل و بك الكل ومنك الكل و إليك الكل وأنت الكل و كل الكل برحمتك يا أرحم الرحمين Allahumma lakal kullu, wa bikal kullu, wa minkal kullu, wa ilaikalkullu, wa antal kullu, wa kullul kulli, birohmatika ya, arhamarrohimiin. Kemudian membaca: يا عبيد الله أغثني بإذن الله ويا شيخ الثقلين أغثني و أمددني في قضاء حواءجي Ya ubaidAllah agisnii bi idznilah wa yasyaikhos sakolain agisnii waamdidniifi qo doi hawaaiji. *Dalam praktek melangkah hendaknya disesuaikan dengan situasi tempat. Sholat sunnat Hajat ini sebaiknya dilaksanakan setiap malam sebelum tidur atau setelah sholat Isya, yang diawali sholat Lisyukril Wudu (sholat sunnat Tohur), sholat Mutlak, sholat Istikhoroh, lalu sholat sunnat Hajat seperti di atas.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***53. MANQOBAH KELIMA PULUH TIGA:
SYEKH ABDUL QODIR WAFAT
Menjelang akhir hayat Syekh, malaikat Izroil datang mengunjungi Syekh di kala matahari akan terbenam ke peraduannya. Malaikat Izroil itu datang membawa surat dari Allah SWT. Buat Syekh dengan alamat sebagai berikut: يصل هذا المكتوب من المحب الى المحبوب "Yashilu Hadzal Maktuubu Minal Muhibbi Ilal Mahbubi (Surat ini dari Dzat Yang Maha Pengasih disampaikan kepada wali yang dikasihi)". Kemudian surat tersebut diterima oleh putranya yang bernama Sayyid Abdul Wahab. Setelah diterima, masuklah dia bersama malaikat Izroil, sebelum surat dihaturkan kepada Syekh, beliau sudah mengerti bahwasanya beliau akan pindah ke alam 'uluwi, alam tinggi yakni meninggal dunia. Syekh berkata kepada putra-putranya: "Jangan terlalu dekat, supaya menggeser agak jauh, karena lahiriahnya aku bersama-sama dengan kamu, sedang batiniahnya aku bersama dengan selain kamu, dan supaya diperluas ruang ini, karena hadir selain daripadamu, tunjukkan sopan santunmu. Siang dan malam harinya, tak henti-hentinya beliau mengucapkan: وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته غفر الله لي ولكم تاب الله عليّ وعليكم بسم الله غير مودعين "Wa 'alaikus Salam Warahmatullahi wabarakatuh Gofarollohu Lii Walakum, Taa-ballahu alaiyya wa alaikum. Bismillahi gaeri Muu-di-'ina". Dan membaca: وادخلوا في صفّ الأول أذا أجيء عليكم رفقا رفقا وعليكم السلام أجيء إليكم " Wadkhuluu fi shaffi-l awwali. Idzan ajii-u Ilaikum. Rifqon Rifqon Wa 'alaikumussalaam Ajiu Ilaikum". Dan dibaca: قفوا اتاه الحقّ وسكرة الموت "Qifuu Ataa—hul Haqqu Wa Sakaratul Mauti". Beliau berpesan: "Jangan ada yang menanyakan apapun kepadaku, karena aku sedang bolak-balik dalam lautan ilmunya Allah", lalu dibacakan : إستعنت بلاإله إله إلا الله سبحانه وتعالى والمحي اللذي لا يخش الفوت سبحان من تعزز بالقدرة و قهر عباده بالموت لاإله إلا الله لاإله إله إلا الله سبحانه وتعالى والمحي اللذي لا يخش الفوت سبحان من تعزز بالقدرة و قهر عباده بالموت لاإله إلا الله محمد رسول الله تعزز تعزز الله الله الله........... "Ista'antu Bi Laa ilaaha illAllahu, Subhanahuu Wata'ala Wal Muhyil-ladzi Laa Yakhsyal Fautu. Subhaana Man taaz-zaza Bil Qudrati Waqahri ’Ibaa-dahu Bil Mauti La Ilaa-ha IllAllahu, Subhaa-nahu Wata'alaa Walhayyil-ladzi La Yakhsal gautsu, Subhaana Man taaz-zaza Bil Qudrotika Waqohri 'ibaa-dahu Bil Mauti Laa i1aa-ha illAllahu Muhammadur Rosulullohil Taaz-zaza. Ta‘az-zaza, Allahu, Allahu, Allahu". Terdengar suaranya nyaring, lalu suara lembut tidak terdengar lagi, dan meninggallah. Ridwanallahu ‘Anhu. Syekh wafat pada malam Senin ba‘da Isya. pada tanggal 11 Rabi'ul Akhir tahun 561 Hijriyah (1166 Masehi) pada usia 91 tahun.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***54. MANQOBAH KELIMA PULUH EMPAT :
SYEKH ABDUL QODIR BERTEMU DENGAN WALI PEMBIMBING SYEKH HAMAD WALI BESAR PADA ZAMANNYA BELIAU
Selama belajar di Baghdad, karena sedemikian jujur dan murah hati, beliau mesti tabah menderita. Berkat bakat dan kesalehannya, beliau cepat menguasai ilmu pada masa itu. Beliau membuktikan diri sebagai ahli hukum terbesar di masanya. Tetapi kerinduan rohaniah yang mendalam dalam gelisah ingin mewujudkan diri. Bahkan dalam masa mudanya tenggelam dalam belajar. Beliau gemar mujahadah yakni penyaksian langsung akan segala kekuasaan dan keadilan Allah melalui mata hatinya. Beliau sering berpuasa dan tidak mau meminta makanan dari seseorang, meski harus pergi berhari-hari tanpa makan. Di Baghdad beliau sering menjumpai orang-orang yang berpikir secara rohaniah dan bergaul dengan mereka. Dalam masa pencarian inilah beliau bertemu dengan Syekh Hamad, seorang penjual sirup yang merupakan wali besar pada zamannya. Lambat laun wali ini menjadi pembimbing rohani Syekh Abdul Qodir. Syekh Hamad adalah seorang wali yang sangat keras, karenanya diperlakukan sedemikian keras sufi yang sedang tumbuh ini. Namun calon Ghaots ini menerima semua ini sebagai koreksi bagi kecacatan rohaninya.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***55. MANQOBAH KELIMA PULUH LIMA :
SYEKH ABDUL QODIR DENGAN LATIHAN-LATIHAN ROHANINYA
Setelah menyelesaikan studinya, beliau kian keras terhadap dirinya. Beliau mulai mematangkan diri dari semua kebutuhan dan kesenangan hidup. Waktu dan tenaganya tercurah pada sholat dan membaca al-Qur‘an. Sholat demikian menyita waktunya sehingga beliau sering sholat Subuh tanpa berwudu lagi karena belum batal. Diriwayatkan pula, beliau kerap kali tamat membaca al-Qur'an dalam satu malam. Selama latihan rohaninya ini, dihindarinya berhubungan dengan manusia, sehingga beliau tidak bertemu atau berbicara dengan seorang pun. Bila ingin berjalan-jalan, beliau berkeliling padang pasir. Akhirnya beliau tinggalkan Baghdad dan menetap di Syutsar, l2 hari perjalanan dari Bagdad. Selama sebelas tahun beliau menutup diri dari keramaian dunia. Akhir masa ini menandai berakhirnya latihannya. Beliau menerima Nur yang dicarinya. Dari sifat kehewanannya kini telah digantikan oleh wujud mulianya.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***56. MANKOBAH KELIMA PULUH ENAM:
SYEKH ABDUL QODIR MELAKSANAKAN KEGIATAN IBADAHNYA DAN WIRID YANG BELIAU BACA
Diriwayatkan, para ulama menerangkan bahwa Syekh Abdul Qodir mempunyai murid yang tetap sebanyak enam puluh orang. Mereka belajar tiap hari, bagi mereka yang tidak mempunyai pena Syekh memberi hadiah baginya, dan mereka yang ingin mempunyai sejarah silsilah guru, beliau sendiri yang menulisnya. Apabila beliau batal dari wudu, beliau melaksanakan mandi wajib pengganti wudu. Pernah terjadi pada suatu malam beliau menderita sakit perut, sampai lima puluh kali beliau bolak-balik pergi ke kakus untuk qodo hajat, dan setiap balik itu selalu beliau melaksanakan mandi wajib. Adakalanya beliau langsung sendiri pergi ke pasar berbelanja untuk makanan fakir miskin, hal ini kalau terlihat pelayannya sedang istirahat. Syekh tidak merasa canggung bekerja seperti menumbuk, memasak makanan lalu membagikannya kepada fakir miskin. Syekh sangat menghormati para penziarah yang datang berkunjung kepada beliau. Jarang sekali beliau makan daging atau makan makanan yang serba enak dan mewah. Pribadi beliau sangat tawadu, ikhlas lillahi ta’ala. Beliau sering berbelanja ke pasar untuk memenuhi keperluan dan permintaan keinginan anak-anak. Karomah beliau jarang diperlihatkan atau dipamerkan kepada umum, malah seringkali disembunyikan. Pernah beliau berkata: "Barangsiapa yang memperlihatkan, memamerkan karomah, tiada lain ia hanya mengharapkan duniawiyahnya saja, kecuali kalau diperintah Allah, atau karena motivasi hikmah". Pada setiap hari beliau melaksanakan sholat sunnat seribu rokaat banyaknya, yang dibaca surat Mujammil, Surat Rohman. Bila membaca surat Al-lkhlas sekurang-kurangnya dibaca seratus kali. Setiap melaksanakan sholat fardu diakhiri dengan khatarn al-Qur'an. Tiap malam beliau membaca Asma Arbainiyyah enam ratus kali banyaknya, demikian pula pada siang harinya. Seusai sholat Dhuha, sholat Ashar, dan ba’da sholat Tahajud beliau membaca doa Saefi, lalu beliau membaca Sholawat Kubro, Asmaul Husna. Asmaun Nabawi, dan setiap bacaan sebanyak seribu kali.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***57. MANQOBAH KELIMA PULUH TUJUH :
SYEKH NAQSYABANDI MENERIMA TALKIN ZIKIR ISMU DZAT DARI SYEKH ABDUL QODIR
Syekh Abdullah Al Balko meriwayatkan dalam kitab Khawariqul Ahtab Fi Ma'rifatil Akhtob pada bab kedua puluh lima: "Saya menerima berita dari Khowajaki Sarmasat, ia mendengar pembicaraan guru-guru (para Syekh Kamilin) yang bertempat tinggal di negara Bukhori, mereka menceritakan bahwa Syekh Abdul Qodir Ghaotsal 'Adhom pada suatu hari beliau berdiri diatas pagu, loteng sebuah rumah menghadap ke arah kawasan Bukhoro. Di sana beliau bersama-sama dengan jamaah ikhwan, beliau mencium wangi kemuliaan, lalu Syekh berkata: "Nanti sepeninggalku, pada masa seratus lima puluh tujuh tahun yang akan datang, akan lahir seorang anak lelaki Qolandi Muhamadi, nama lengkapnya Syekh Bahauddin Muhammad An-Naqsyabandi. Dia akan memperoleh limpahan nikmat keistimewaanku", dan hal ini terbukti seperti apa yang dikatakan Syekh. Diriwayatkan pula, pada waktu Syekh Naqsyabandi setelah beliau menerima baiat pentalkinan dari gurunya As-Sayyid Amir Kulal, gurunya memerintahkan kepada Syekh Naqsyabandi agar thorekatnya itu dihayati dengan sungguh-sungguh, dengan menguatkan ingatannya kepada lsmul 'Adhom. Dirasakan oleh beliau bahwa Ismu Dzat itu masih labil, belum mantap dalam hatinya, sehingga timbul rasa cemas, lalu berangkatlah menuju suatu lapangan, kebetulan di sana beliau bertemu dengan Nabi Khidir a.s. Setelah disambut dengan ucapan salam, Nabi Khidir a.s. berkata: "Wahai Bahauddin, sesungguhnya Ismu Dzat itu telah sampai padaku, telah kuperoleh dari Syekh Abdul Qodir, oleh karena itu saya anjurkan padamu agar kami bertawajjuh rabithoh kepada Syekh Abdul Qodir untuk memperoleh keberkahannya". Pada malam harinya, Syekh Bahauddin mimpi bertemu dengan Syekh Abdul Qodir, langsung beliau memberi isyarat dengan jari tangan kanannya ke arah dada Syekh Bahauddin, lalu beliau mencap mentalkin lsmul 'Adhom itu pada hatinya. Setelah ditalkin, terasa kemantapan dan bisa menghayati sesuatu yang dicemaskan tadi. Keesokan harinya telah dikenal di kalangan masyarakat di tempat itu hal yang telah dialami Syekh Bahauddin, lalu mereka menanyakannya. Syekh Bahauddin menjawab: "Sesungguhnya ini suatu pelimpahan dari segala kelimpahan suatu inayah, pada malam keberkahan itu, saya telah memperoleh limpahan kenikmatan dari Gaotsal 'Adhom dan pada malam itu saya melihat bertambahnya peningkatan kondisi mental kerohanianku". Pada masa itu telah mashur di kalangan masyarakat dan para wali bahwa Syekh Bahauddin telah dicap Ismudzat pada hatinya oleh Syekh Abdul Qodir. Demikian pula halnya Syekh Abdul Qodir mencap, mentalkin lsmul 'Adhom (Ismu Dzat) pada hati murid-muridnya. Kemudian banyak para wali yang datang berkunjung kepada Syekh Bahauddin, mereka menanyakan tentang pandangannya atas perkataan Syekh Abdul Qodir: "Qodamii ‘Alaa Roqobati Kulli Waliyulloh". Syekh Bahauddin menjawab "Sesungguhnya menurut pandanganku beliau itu bukan hanya sekedar memijak pundak, tapi "’Alaa ‘aeni au ’alaa Bashirotti (Memijak pada mataku atau pada mata hati nuraniku)".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
Alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***DOA MANQOBAH
Ilà hadlroti sulthònul auliyå-i wa qudwatil ashfiyà-i quthbir robànì wal ghoutsush shomadànì sayyidì assayyid 'abdul qòdir aljailànì -alfàtihah- allòhhumma sholli wa sallim 'alà sayyidinà wa habìbìna wa syafi'ìnà wa maulànà muhammadiw wa 'alà àlihhì wa ashhàbihhì ajma'ìna. -àmìn- allòhhumma bi asmà-ikal husnà wa bi-asmà-i nabiyyikal mushthofà wa bi-asma-i waliyyika 'abdul qòdiril mujtabà thohhhir qulùbanà min kulli washfiy yubà'idunà 'ang musyàhhadatika wa mahabbatika wa amitnà 'alàs sunnati wal jamà'ati wa syarrih bihhà shudùronà wa yassir bihhà umùronà wa farij bihhà hhumùmanà waksyif bihhà ghumù manà waghfir bihhà dzunùbanà waqdli bihhà duyùnanà wa ashlih bihhà ahwàlanà wa balligh bihhà åmàlanà wa taqobal bihhà taubatanaa waghshil bihhà haubatanà wangshur bihhà hujjatanà waj 'alnà bihhà minal muttabi'ìna lisyarì'ati nabiyyikal muttashifìna bimahabbatihhìl muhtadìna bihhadyihhì wa sìrotihhì wa taffanà bihhà 'alà sunnatihhì wa là tahrimnà fadl-la syafà'atihhì wahsyurnà fì zumrotihhì wa atbà'ihhìl ghurril muhajjalìna wa asy-yà'ihhis sàbiqìna wa ash-hàbihhil yamìni yå arhamar ròhimìna.
Ilà hadlroti sulthònul auliyå-i wa qudwatil ashfiyà-i quthbir robànì wal ghoutsush shomadànì sayyidì assayyid 'abdul qòdir aljailànì -alfàtihah- allòhhumma sholli wa sallim 'alà sayyidinà wa habìbìna wa syafi'ìnà wa maulànà muhammadiw wa 'alà àlihhì wa ashhàbihhì ajma'ìna. -àmìn- allòhhumma bi asmà-ikal husnà wa bi-asmà-i nabiyyikal mushthofà wa bi-asma-i waliyyika 'abdul qòdiril mujtabà thohhhir qulùbanà min kulli washfiy yubà'idunà 'ang musyàhhadatika wa mahabbatika wa amitnà 'alàs sunnati wal jamà'ati wa syarrih bihhà shudùronà wa yassir bihhà umùronà wa farij bihhà hhumùmanà waksyif bihhà ghumù manà waghfir bihhà dzunùbanà waqdli bihhà duyùnanà wa ashlih bihhà ahwàlanà wa balligh bihhà åmàlanà wa taqobal bihhà taubatanaa waghshil bihhà haubatanà wangshur bihhà hujjatanà waj 'alnà bihhà minal muttabi'ìna lisyarì'ati nabiyyikal muttashifìna bimahabbatihhìl muhtadìna bihhadyihhì wa sìrotihhì wa taffanà bihhà 'alà sunnatihhì wa là tahrimnà fadl-la syafà'atihhì wahsyurnà fì zumrotihhì wa atbà'ihhìl ghurril muhajjalìna wa asy-yà'ihhis sàbiqìna wa ash-hàbihhil yamìni yå arhamar ròhimìna.
***(Ya Allah, Hamparkanlah bau harum keridhoanMu kepada kanjeng Syaikh, dan anugerahkan kepada kami berkat rahasia kewalian yang Engkau titipkan kanjeng Syaikh)
Sumber:
http://www.dokumenpemudatqn.com/2012/05/manaqib-syekh-abdul-qodir-jailani-qs.html#ixzz2kG1hbN00
http://www.dokumenpemudatqn.com/2012/05/manaqib-syekh-abdul-qodir-jailani-qs.html#ixzz2kG1hbN00
Post a Comment Blogger Disqus