Beliau adalah seorang Ulama Besar dalam madzab Syafi’i penganut I’itiqad Ahlussunnah wal Jama’ah (Sunny). Pada waktu muda beliau pindah-pindah dari satu negeri ke negeri lain mencari ilmu, dari Baghdad sampai ke Syria (Syam), sampai ke Hijaz, Yaman, India, Marokko, Tekruri dan lain-lain daerah Islam ketika itu.
Beliau mengarang kitab-kitab agama sampai 300 buah banyaknya, yang terdiri dari kitab-kitab hadits, fiqih, tafsir, nahwu, sharaf, bayan, ma’ni, badi’i dan lain-lain.
Di antara kitab-kitab hasil karya beliau yang terpakai sampai sekarang di seluruh dunia Islam, adalah “Tafsir Jalalein”,. yaitu karya dua orang yang bernama Jalal. Tafsir Jalalein ini merupakan lanjutan dari karya Al Mahalli.
Walaupun beliau salah seorang yang sangat luas dan dalam ilmunya, namun beliau belum berani menda’wakan diri sebagai Imam Mujtahid, akan tetapi masih tetap menganut Madzhab Syafi’i Rhl. Ini adalah satu bukti bahwa derajat Imam Mujtahid Muthlaq itu sangat sulit untuk dicapai karena mempunyai banyak syarat.
Nama, Garis keturunan, dan Nisbat
As-Suyuthi nama lengkapnya adalah Al-Hafizh Abdurrahman ibnu Al- Kamal Abi Bakr bin Muhammad bin Sabiq ad-Din Ibn Al-Fakhr Utsman bin Nazhir ad-Din al-Hamam al-Khudairi al-Sayuthi. Penulis Mu’jam al-Mallifin menambahkan: Athaluni al-Mishri Asy-Syafi’i, dan diberi gelar Jalaluddin, serta di panggil dengan nama Abdul Fadhal.
Ia berasal dari keturunan non Arab, yang dalam hal ini Asy-Sayuthi sendiri pernah mengatakan: ”Ada seorang yang bisa saya percaya pernah menuturkan kepada saya, bahwa dia pernah mendengar ayah saya mengatakan bahwa kakek buyut ayah adalah orang non Arab dari timur. Ia menghubungkan garis keturunannya demikian: ”Kakek buyut saya adalah Damam ad-Din, seorang ahli hakikat dan guru tarekat. Darinya lahir tokoh-tokoh dan pemimpin, antara lain ada diantara mereka yang menjadi kepala pemerintahan di daerahnya, ada pula yang menjadi Hakim Perdata, dan ada pula yang menjadi pedagang. Namun tidak ada seorangpun diantara mereka yang saya ketahui menekuni ilmu secara sungguh-sungguh kecuali ayah saya.
Kelahiran dan Pertumbuhannya
As-Suyuthi dilahirkan di wilayah Asyuth sesudah Magrib pada malam Ahad, bulan Rajab 849 H, begitulah ia mengatakannya sendiri, dan para sejarawan sepakat tentang tahun kelahiran ini, kecuali ibnu Iyas dan Ismail Pasha al-Baghdadi yang menganggap bahwa kelahiran As-Suyuthi adalah pada bulan Jumadil Akhir. Ia dibesarkan dalam keadaan yatim piatu. Ayahnya meninggal dunia pada malam Senin, 5 Safar 855 H, pada saat ia masih berusia 6 tahun.
Perjalanan dan Masa Menuntut Ilmu
Pada usia yang amat sangat muda ia telah hafal Al-Quran, dan hafalan ini menjadi sempurna betul ketika ia menginjak usia 8 tahun. Setelah itu ia lanjutkan dengan menghafal kitab-kitab semisal al-‘Umdab, Minhaj Fiqh, Al-Ushul, dan Al-Fiyah ibn Malik.
Selanjutnya ia menekuni berbagai bidang ilimu dan saat itu usianya baru menginjak usia 16 tahun, yakni pada tahun 864 H. Ia mempelajari Fiqh dan Nahwu dari beberapa guru, dan mengambil ilmu Faraid dari ulama di jamannya yakni Syeikh Syihab ad-Din asy-Syarmasahi, lalu menimba ilmu Fiqh kepada syeikhul Islam Al-Balqini sampai yang disebut terakhir ini wafat, dan dilanjutkan oleh putranya ‘Ilmuddin Al-Balqini. Ia kemudian berguru kepda Al-Ustadz Muhyiddin Al-Kafayaji selama 14 tahun. Dari ulama ini ia menyerap ilmu Tafsir dan Ushul, bahasa dan ma’ani, lalu menyusun buku-buku ringkas tentang ilmu-ilmu ini. Ia banyak melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu, antara lain ke kota Al-Fayun, Al-Mihlah, Dimyat, lalu menuju Syam dan Hijaj, dan seterusnya ke Yaman, India dan al-Maghrib (Maroko). As-Suyuthi kemudian dikenal dengan orang yang begitu dalam ilmunya, dalam tujuh disiplin ilmu : Tafsir Hadist, Fiqh, Nahwu, Ma’ani, Bayan dan Badi’, melalui para ahli bahasa dan Balaqhah.
Kegiatannya Menuntut Ilmu
Di dalam usahanya menuntut ilmu As-Suyuthi telah mendatangi Syeikh Safuddin Al-Hanafi dan berulangkali mengkaji kitab Al-Mukasyaf dan At-Taudhih. Ia pernah pula dikirim orang tuanya mengikuti majelis yang diselenggarakan oleh al-Hafidz ibnu Hajar, dan mengkaji shahih Muslim sampai hampir tamat. Kepada ash-Shyairafi di samping kita-kitab lain seperti As Syifa’, Al-Fiyah ibnu Malik, Syarh-Asyudur, al Mughni - sebuah kitab Ushul Fiqh Mazhab Hanafiyah dan syarhnya pada Syams al-Marzabani al-Hanafi, dan mendengarkan pengajian kitab al-Mutawassith serta as-Safiyah berikut syarhnya yang ditulis oleh al-Jarudi yang disampaikan oleh ulama ini. Selain itu, juga mempelajari Alfiah karya al-‘Iraqi, dan menghadiri pengajian ilmiah yang diberikan al-Balqini. Dari ulama yang disebut terakhir itu, As-Suyuthi menyerap ilmu yang tidak terhingga jumlahnya. Sesudah itu ia tinggal bersama asy-Syaraf al-Manawi, hingga ulama ini meningggal dunia. Dari ulama ini As-Suyuthi menimba ilmu yang tidak terbilang juga banyaknya. Lalu secara tetap pula mengikuti pengajian yang diberikan oleh Saifudin muhammad bin muhammad al-Hanafi, serta pengajian-pengajian yang diberikan oleh al-'alamah asy-Syamani dan al-Kafiji.
Kendatipun demikian, ia tetap mengatakan bahwa ia tidak banyak mempelajari ilmu-ilmu riwayat, melebihi perhatiannya terhadap masalah yang dianggapnya paling penting dalam disiplin ilmu ini, yakni ilmu dirayah hadits.
Guru, Murid dan Sejawatnya
As-Suyuthi mengakui sekitar seratus lima puluhan orang ulama sebagai gurunya, dan yang menonjol diantaranya adalah:
- Ahmad zas-Syarmasahi
- 'Umar al-Balqini
- Shalih bin Umar bin Ruslan al-Balqini
- Muhyidin al-Kafiji
- Al-Qadhi syarafudin al-Manawi
Sementara itu beribu-ribu orang telah pula berguru kepada dirinya, dan diantara mereka yang paling menonjol antara lain:
- Syamsudin asy-Sakhawi.
- 'Ali al-Asymuni.
Akidahnya
Dari karangan-karangan yang membela para sahabat dan tetap berpijak pada sunnah, maka tampaklah bahwa mazhab yang dipilihnya adalah mazhab ahlus sunnah. Tidak ada hal lain yang dapat diketahui tentang dirinya dalam persoalan ini, selain kecendrungannya kepada tasawuf yang telah dirintis oleh kakek buyutnya Hamam.
Kendatipun demikian, ilmunya yang demikian mendalam tentang Al-Quran dan sunnah, telah mampu membentengi dirinya dari penyimpangan-penyimpangan yang banyak dialami oleh para pengikut aliran sufi, yang jauh menyimpang dari Al-Quran dan Sunnah.
Pengaruh Intelektualitasnya
Begitu usianya menginjak 40 tahun, ia segera mengasingkan diri dari keramaian, dan menunjukkan perhatian dalam bidang karang-mengarang, sehingga hanya dalam waktu 22 tahun saja ia telah membanjiri perpustakaan-perpustakaan Islam dengan karya-karyanya dalam berbagai bidang, ilmu dalam jumlah sekitar 600 judul, semisal tafsir dan ilmu tafsir, Hadits dan ilmu Hadits, Fiqh dan Ushul Fiqh, bahasa Arab dengan berbagai cabang ilmunya, sirah Nabawiyah, dan Tarikh.
Penullis Hidayah al-A’rifin mengemukakan sejumlah besar karangan yang telah ditulis oleh asy-Sayuthi yang jumlahnya mendekati apa yang kami sebutkan itu, yang diakui kebenarannya oleh yang bersangkutan.
Cukuplah sekiranya di sini bisa kami sebutkan saja beberapa diantara karya-karyanya yang paling menonjol dalam ilmu Hadits lantaran kaitannya yang demikian erat dengan topik kajian kita sekarang ini.
Pertama: tentang Hadits
- Zahr ar-Rabbiy “Ala Mujtaba Li an-Nasa’i
- Al-Hawalik ‘Ala Muwaththa’ Malik.
- Marqat ash-Shu’ud Syarkh Sunan Abi Dawud.
- Jam’u aljawami’ Aw al-jami’ al-Kabir.
- al-Jami’ ash-Shaghir wa Dzailuh.
Kedua: Dalam ilmu Hadits.
- Tadrib ar-Rawi bi syarkh Tawqrib an-Nawawi.
- Al al-fiyah fi al-Hadits.
- As’af al-mabtha’ bi Rijal al-Muhtha’.
- Durr as-sahabah Fi Man Nazal al-Nishir Min al shahabah.
- Natsr al-“Abir fi Takhrij Ahadits asy-syarkh al-Kabir
Karyanya
Semasa hidupnya, Imam Suyuthi menulis banyak buku tentang berbagai hal, seperti hadits, Al-Quran, bahasa, hukum Islam, dan lainnya. Berikut adalah beberapa karya tulisnya yang terkenal:
- Al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an, kitab tafsir yang menjelaskan bagian-bagian penting dalam ilmu mempelajari al-Qur'an
- Tafsir al-Jalalain, yang ditulis bersama Jalaluddin al-Mahalli
- Jami' ash-Shagir, merupakan kumpulan hadits-hadits pendek
- Al-Asybah wa an-Nazhair, dalam ilmu qawa'id fiqh
- Syarh Sunan Ibnu Majah, merupakan kitab yang menjelaskan kitab hadits sunan ibnu majah
- Al-Asybah wa an-Nazhair, dalam ilmu nahwu
- Ihya'ul Mayyit bi Fadhaili Ahlil Bait
- Al-Jami' al-Kabir
- Al-Hawi lil Fatawa
- Al-Habaik fi Akhbar al-Malaik
- Ad-Dar al-Mantsur fi at-Tafsir bil Ma'tsur
- Ad-Dar al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Musytahirah
- Ad-Dibaj 'ala Shahih Muslim bin al-Hajjaj
- Ar-Raudh al-Aniq fi Fadhli ash-Shadiq
- Al-'Urf al-Wardi fi Akhbari al-Mahdi
- Al-Gharar fi Fadhaili 'Umar
- Alfiyatu as-Suyuthi
- Al-Kawi 'ala Tarikh as-Sakhawi
- Al-La āli' al-Mashnu'ah fi al-Ahadits al-Maudhu'ah
- Al-Madraj ila al-Mudraj
- Al-Mazhar fi Ulum al-Lughah wa Anwa'uha
- Al-Mahdzab fimā Waqa'a fi al-Qur'ān min al-Mu'rab
- Asbāb Wurud al-Hadits
- Asrār Tartib al-Qur'ān
- Anmudzaj al-Labib fi Khashāis al-Habib
- Irsyad al-Muhtadin ilā Nashrati al-Mujtahidin
- I'rāb al-Qur'ān
- Ilqām al-Hajar liman zakā sāb Abi Bakr wa 'Umar
- Tārikh al-Khulafā'
- Tahdzir al-Khawash min Ahadits al-Qashash
- Tuhfatu al-Abrār binakti al-Adzkār an-Nawawiyyah
- Tadrib ar-Rāwi fi Syarhi Taqrib an-Nawāwi
- Tazyin al-Mamālik bi Manaqib al-Imām Mālik
- Tamhid al-Farsy fi al-Khishāl al-Maujibah li Zhil al-'Arsy
- Tanwir al-Hawalik Syarh Muwaththa' Mālik
- Tanbih al-Ghabiyy fi Tibra'ati Ibni 'Arabi
- Husnu al-Muhādharah fi Akhbār Mishr wa al-Qāhirah
- Durr as-Sihābah fiman dakhala Mishr min ash-Shahābah
- Dzam al-Makas
- Syarh as-Suyuthi 'ala Sunan an-Nasā'i
- Shifatu Shāhibi adz-Dzauqi 'Aini al-Ishābah fi Ma'rifati ash-Shahābah
- Kasyf
- As-Salim
- Thabaqāt al-Huffādz
- Thabaqat al-Mufassirin
- 'Uqudul Jimān fi 'ilmi al-Ma'āni wa al-Bayān
- 'Uqudu az-Zabarjid 'ala Musnad al-Imām Ahmad fi I'rāb al-Hadits
- Al-Mughthi fi Syarhi al-Muwaththa'
- Lubb al-Lubbāb fi Tahrir al-Ansāb
- Al-Bāb al-Hadits
- Al-Bāb an-Nuqul fi Asbāb an-Nuzul
- Mā Rawāhu al-Asāthin fi 'Adami al-Maji'i ilā as-Salāthin
- Musytahā al-Uqul fi Muntaha an-Nuqul
- Mathla' al-Badrain fiman Yu'ti Ajruhu Marratain
- Miftāhu al-Jannah fi al-I'tishām bi as-Sunnah
- Miftahamāt al-Aqrān fi Mubhamāt al-Qur'ān
- Nazham al-Aqyān fi A'yān al-A'yān
- Ham'u al-Hawami' Syarhu Jam'u al-Jawami'
- At-Tahadduts bi Ni'matillah
- Mu'jam al-Mu'allafāt as-Suyuthi
- Fahrusat Mu'allafātii
- Al-Fāruq baina Al-Mushanif wa as-Sariq
- Thibb an-Nufus
- Nawadhir al-Ayak fi Ma'rifati al-Niyak
- Ar-Rahmah fi ath-Thibbi wa al-Hikmah
Wafatnya
Hidup Syaikh As-Suyuthi sarat dengan kegiatan menghimpun ilmu dan mengarang. Untuk itu ia mengeram dirinya di rumah dalam kamar khusus yang di sebut Raudhah al-Miqyas dan hampir-hampir tidak beranjak dari situ. Ia terus menerus terlibat dalam hal ini hingga akhir hayatnya sesudah menderita sakit dan kelumpuhan total pada tangan kirinya selama seminggu. Nampaknya karena sakit yang di derita inilah ia lalu meninggal dunia pada hari kKamis, 19 Jumadil Ula 911 H di tempat kediamannya, lalu dimakamkan di Hausy Qousun.
Referensi:
- Sejarah dan Keagungan Madzab Syafi’i, karangan KH. Siradjuddin Abbas, Pustaka Tarbiyah, 1994.
- Proses lahirnya sebuah Hadits karya: Al-Hafizh Jalauddin As-Suyuthi, hal: 41-45. Penerbit: PUSTAKA, Bandung, 1406 H – 1985 M.
Post a Comment Blogger Disqus