“Kyai Sae
seko Purworejo” ini lahir pada 8 Agustus 1955 putra dari KHR Mawardi, Dzuriyah
KHR Imam Maghfuro (R. Hasan Benawi) keturunan Joko Umbaran trah Sultan Agung
yang di Karesidenan Kedu terkenal sebagai Tokoh Ulama Islamisasi Bagelen.
Kealiman dan Karomah yang terpancar dari Beliau Abah Thoifur tidak lantas muncul
seketika tanpa sebuah keistiqomahan dan tirakat yang kuat, yang juga didukung
pada tabarrukan beliau melanglang buana dalam Tholabul ‘Ilmi di Jawa seperti di
Pondok Sugihan Kajoran Magelang, Pondok Lasem Rembang dan yang masyhur di
Rushoifah di tempat “Imam Ahlussunnah wal Jama’ah Abad 21” Al Qutb Al Irsyad
wadda’wah Assayyid Muhammad bin ‘Alawi Al Maliki Al Hasani dari tahun 1976 –
1988.
Keluasan
beliau dalam keilmuan bahkan sampai digelari “Kitab berjalan” dan itu sangat
tidak berlebihan mengingat banyaknya Alim Ulama dan Habaib yang menaruh rasa
Hurmat wattakriman kepada Beliau.
Mimpi Bertemu Rasulullah
Di Makkah itu ada sumur yang bernama bi’ru Thoifur (sumur thoifur), sumur itulah yang digunakan keperluan sehari-hari oleh santri-santri Abuya Sayyid Maliki di Ma’had Rusaifah.
Dan sejarahnya dulu ketika Abuya ingin membuat sumur, beliau meminta saran
kepada santri kesayangannya yaitu Abah Thoifur yang sudah menjadi kebiasaan
baginya untuk bermimpi bertemu Rasulullah, agar sekiranya Rasulullah bisa
memberi petunjuk dimana tempat yang memang cocok untuk dibuatkan sumur, dan
akhirnya dibuatlah sumur yang sesuai dengan petunjuk dari Rasulullah lewat mimpi
santri tersebut, dan atas jasanya sumur itu diabadikan dengan nama beliau.
Bahkan
dulu ketika Abuya ingin berkunjung ke luar negeri, beliau sering meminta saran
kepada santrinya ini agar menanyakan kepada Rasulullah, apakah Rasulullah
merestui atau tidak, jika iya maka beliau akan berangkat tapi jika tidak
beliaupun tidak jadi berangkat.
Ahli mimpi bertemu Rasulullah, inilah citra yang sangat melekat pada
abah Thoifur, dan kisah diatas hanya sedikit dari cerita beliau bermimpi Rasulullah,
karena memang itu sudah menjadi kebiasaannya.
Dulu beliau
nyantri di Abuya selama 12 tahun, karena kealimannya, beliau sempat disuruh
mengajar oleh Abuya dan tercatat bahwa Mbah Najih MZ pun pernah belajar kepada
beliau.
Sekarang beliau
menjadi Pengasuh Pesantren Darut Tauhid Kedungsari Purworejo.
Semoga Beliau -Rohimahulloh- diberi "Yuswo" yang panjang, kekuatan lahir batin yang daimah, serta tercurahlah barokah Ilmu serta doa Beliau kepada kita semua. Aamiin
Post a Comment Blogger Disqus