Kegilaannya biasa datang pada malam hari atau di siang hari beliau akan bersyair dalam kegilaannya. Pada siang hari, terkadang ia berlari berkeliling di jalan dan mencari sampah atau ikut bermain dengan anak-anak. Para penduduk sudah biasa melihat tingkah lakunya. Mereka tidak khawatir pada anak mereka karena beliau tidak pernah menyakiti orang lain terlebih lagi ia sangat sayang pada anak kecil.
Ada saja orang yang kasihan dan membawakan makanan untuknya buat berbuka puasa. Setahu mereka, beliau tidak pernah terlihat berbuka siang hari. Tiada putus puasanya. Yang lebih mengherankan lagi, beliau tidak mau tidur di sembarang tempat. Ia lebih suka tidur di emper satu-satunya masjid di desa itu. Ia selalu tidur pada pagi hingga petang dan berjaga pada malam hari.
Suatu malam, kala kegilaannya datang beliau pun bersyair:
Setelah bersyair berulang-ulang memuji kekasihnya iapun mengakhiri syairnya dengan menangis.
Siang itu singgahlah seorang musafir di masjid. Setelah sholat dhuhur ia keluar dan mendekati beliau yang sedang tidur. Ia mencoba membangunkannya. Tetapi beliau tetap saja nyenyak dalam tidurnya.
"Wahai orang yang sedang tidur, tidakkah engkau ingin melaksanakan sholat dhuhur? Janganlah engkau lewatkan waktu sholatmu dengan tidur panjangmu", kata musafir itu sambil terus membangunkan beliau.
Beliau akhirnya bangun dan menatap si musafir lalu berkata,
"Apa pedulimu denganku? Aku sedang bermimpi bersama kekasihku. Tetapi engkau telah mengusik keasyikanku dengan sang kekasih"
"Tidakkah engkau ingin melaksanakan sholat untuk menyembah tuhanmu?", tanyanya.
"Tuhan? Tuhan yang mana? aku tidak menyembah Tuhan. tiada sedikitpun kusimpan kata Tuhan dalam hatiku. Tiada Tuhan.. Tiada Tuhan..", jawabnya.
"Masya Allah, mengapa kau berkata seperti itu?", tanyanya lagi pada beliau.
"Aku hanya memuja sang kekasih dan tiada tempat untuk tuhan dihatiku", tekannya dalam jawaban.
"Apakah agamamu, wahai orang yang tidak bertuhan?", tanya sang musafir sedikit geram karena tidak percayanya sang musafir akan perkataan beliau.
"Aku? Aku tidak beragama. Aku hanya bercinta kasih. Lalu apa agamamu?", kata beliau balik bertanya.
"Tidakkah engkau lihat aku berada dalam masjid. Tentunya aku adalah seorang muslim", jelas musafir masih dalam kebingungan.
"Bila engkau muslim. Aku ingin bertanya dimanakah Tuhanmu berada, wahai orang yang banyak tanya?",
Pertanyaan beliau ini membuat si musafir tak dapat berkata-kata. Ia diam bagai seorang bisu. Lalu pergi meninggalkan fulan.
"Bah, engkau mengganggu tidurku saja! Menyuruhku sholat tetapi engkau sendiri tidak tahu dimana Tuhanmu berada", kata beliau sambil melanjutkan tidur siangnya.
Musafir yang tadi siang membangunkannya, rupanya sedang mengamati dari kejauhan segala apa yang telah diperbuat beliau. Tidak percaya pada beliau yang syair-syairnya berisikan kalimat-kalimat cinta yang indah. Tidak percaya bahwa fulan adalah seorang yang gila.
Karena rasa penasaran pada apa yang telah beliau perbuat tadi siang padanya, iapun berjalan mendekati beliau. dan memberi salam,
"Assalamu'alaikum ...".
Beliau menoleh dan membalas salamnya, "'Waalaikumussalam...".
"Sedang apakah engkau disini seorang diri?", tanya musafir
"Aku sedang memuji kekasihku...", jawabnya, "Apakah keperluanmu malam begini berada disini?"
"Aku sedang memperhatikanmu dari kejauhan..", jelasnya.
"Tidak adakah pekerjaan yang bermanfaat bagimu selain memperhatikanku dalam bersyair..", tanya beliau lagi.
"Aku hanya berpikir tentang isi dari syair indah yang engkau dendangkan wahai fulan", jawabnya.
"Mengapa engkau tidak sholat menyembah Tuhanmu?", tanya beliau sambil berdiri
"Aku penasaran akan kata-katamu tadi siang yang membuat aku berpikir panjang dengan segala yang kau ucapkan. Maukah engkau memberiku penjelasan di mana Tuhan itu berada?", mohon musafir itu pada beliau.
"Selama ini engkau menyembah-Nya tetapi engkau sama sekali tidak tahu dimana Ia berada. Sungguh sia-sia segala apa yang engkau kerjakan itu, wahai musafir..", jelasnya.
"Astaghfirullah ... Maha Suci Engkau, Ya Allah, dari segala prasangka buruk hamba-Mu..", mohonnya pada Allah setelah mendengarkan penjelasan dari fulan.
"Tapi mengapa sewaktu aku menyuruhmu sholat tadi siang engkau menolak?", lanjutnya.
"Apakah setiap perbuatan selalu harus aku pamerkan kepada semua manusia?
"Apakah engkau mengetahui kapan aku sholat tadi siang?", beliau balik bertanya.
"Tidak..", jawab Musafir.
"Lalu dengan apakah caranya engkau sholat bila tubuhmu engkau biarkan terbaring dalam nyenyaknya tidur di depan masjid ini?", rasa ingin tahu musafir itu semakin menjadi.
"Aku memakai tubuh kekasihku. Yang Maha Dhohir dan Maha Bathin", jawab beliau dan lanjutnya lagi,
"Besok siang, setelah sholat dhuhur lihatlah tubuhku yang berbaring nyenyak di depan masjid. Jangan sekali-kali engkau ganggu tidurku. Lalu pergilah engkau ke hutan sana"
"Baiklah.. aku akan menuruti perkataanmu."
Musafir itu menyetujui permintaan fulan. Setelah memberi salam, iapun bergi meninggalkan beliau yang mulai bersyair lagi.
Keesokan harinya, setelah selesai sholat dhuhur, musafir itu memperhatikan beliau yang sedang nyenyak dalam tidurnya. Dan iapun bergegas pergi menuju hutan yang dimaksud. Ia mencari-cari dimana beliau berada.
Musafir itu sempat terkejut ketika mendapati beliau sedang melaksanakan sholat dhuhur di bawah teduhnya sebuah pohon tinggi. Ia menunggu hingga selesainya beliau melaksanakan sholat.
Setelah salam dan berdo'a, beliau mendekati musafir yang sejak tadi dalam kebingungan.
"Aku tidak mengerti apa yang sedang engkau lakukan. Aku dapati tubuhmu terbaring dalam tidur yang nyenyak di depan masjid. Dan aku disini mendapati pula engkau yang bertubuh melaksanakan sholat. Padahal engkau katakan semalam bahwa engkau pergi kesini dengan memakai tubuh kekasihmu", jelasnya masih belum sadar dari kebingungannya.
"Wahai anak muda, apakah engkau ragu akan kekuasaan ALLAH?," tanya beliau. Musafir itu menggelengkan kepala.
"Aku sedikit paham apa-apa yang telah engkau jelaskan, wahai guru", kata musafir itu.
"Sekarang lihatlah apa yang ada dibalik jubahku ini," kata beliau sambil memperlihatkan sesuatu di balik jubahnya.
Cahaya terang memancar dari dadanya dan menyilaukan mata musafir itu. Karena terkejut dan takjubnya akan terangnya cahaya itu, iapun pingsan. Tak berapa lama, ia sadar dari pingsan dan tidak mendapati lagi fulan di sana. Ia pun berlari untuk menemui fulan yang sedang terbaring nyenyak di depan masjid.
"Masya ALLAH... Maha Suci Engkau, Ya... ALLAH..," panjatnya dalam keheranan.
Post a Comment Blogger Disqus
Post a Comment