Tempat Wisata Religi Kebumen Yang Paling Banyak Dikunjungi:
1. Makam Syeikh Abdul Awwal
Sebagai salah satu kawasan wisata religi terpopuler di Kebumen, menemukan makam ini tidak sulit cukup pergi ke Desa Kebonsari. Berjarak 15 km dari desa tersebut, selain menemukan Makam Syeikh Anom Sidakarsa kita juga bisa menemukan makam dari sang guru yakni Makam Syeikh Abdul Awwal.
Syeikh Abdul Awwal semasa hidupnya juga dikenal dengan nama Mangkurat Mas yang merupakan anak sulung dari Raden Pemanahan yang menguasai Keraton Yogyakarta. Karena perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh adik Raden Pemanahan, pada akhirnya Mangkurat Mas sebagai ahli waris memutuskan untuk keluar dari keraton.
Perjalanan Syeikh Abdul Awwal mengajarkan ajaran Islam di Kebumen di mulai ketika dia menyelesaikan studi dari pesantren. Lalu mempersunting Jonggrang yang merupakan putri Keraton Solo.
2. Makam Syeikh Anom Sida Karsa
Makam Ini Berada di Desa Grogol Beningsari Petanahan Kebumen. Menurut Manuskrip Kitab Syekh Anom berusia ratusan tahun yang saat ini sedang diteliti Ali Romdhoni (Dosen Universitas Wahid Hasyim Semarang) berisi ajaran diterima dari para wali (Walisongo) di Jawa dan juga silsilah beliau.
Syekh Anom merupakan cucu Sunan Prawata atau Pangeran Hadi Mu’min, raja ke-4 kesultanan Demak Bintara (bertahta 1546-1547 M). Dengan demikian, Syekh Anom juga keturunan dari pendiri Demak Bintara, Raden Fatah (bertahta 1475-1518). Kesultanan Demak Bintara (1475-1554 M)
Sebagaimana yang disebutkan di atas, Makam Syeikh Anom Sida Karsa berada persis di sekitar makam sang guru, lebih tepatnya di Desa Grogol Bening Sari. Makam ini tidak pernah sepi pengunjung, hampir setiap hari ada saja peziarah yang sengaja datang melakukan wisata makam di Kebumen.
Syeikh Anom belajar banyak dari sang guru Syeikh Abdul Awal, dia memiliki banyak sekali kelebihan bahkan rumahnya pun tampak sangat unik. Konon kabarnya, dahulu ada 200 preman yang sengaja datang untuk menyatroni rumahnya.
Syeikh Anom yang mengetahuinya justru menjamu mereka semua, uniknya meskipun dari luar rumahnya terlihat sangat mungil ternyata di dalamnya sangat luas bahkan bisa menjamu 200 orang.
3. Makam Syeikh Baribin Grenggeng
Syeikh Baribin atau Raden Saputra/ Raden Putra/ Harya Baribin adalah putra dari Prabu Brawijaya IV (Bra Tanjung) dengan isteri Putri Pajang. Dikarenakan tidak diperbolehkan adanya tahta kembar (setelah wafatnya Brawijaya IV/ Bra Tanjung), Raden Putra yang merupakan adik dari Raden Alit /Angkawijaya /Brawijaya V akhirnya meninggalkan kerajaan Majapahit dengan ikhlas. Raden Putra pun pergi ke arah barat untuk menjalani takdir besarnya. Dalam pengembaraannya, beliau sempat singgah di beberapa tempat di wilayah Kebumen, sampai akhirnya beliau pergi ke Pajajaran. Di Pajajaran, beliau kemudian menikah dengan salah satu cucu Raja Pajajaran dan dianugerahi empat orang anak.
Singkat cerita, dari Pajajaran Raden Putra kemudian kembali ke timur dan menghabiskan masa hidupnya di Gunung Grenggeng yang hingga kini dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Syeikh Baribin. Menurut penuturan masyarakat setempat, beliau adalah tokoh yang awal mengembangkan agama Islam di sekitar Gombong, Karanganyar dan Sempor pada ratusan tahun yang lalu. Konon dahulu semasa hidupnya, Eyang Syeikh Baribin dikenal sebagai orang sakti yang berjuang membela kebenaran dan menentang kejahatan, serta menolong orang yang kesusahan.
4. Makam Mbah Lancing
Nama aslinya adalah Kiai Baji yang diyakini masyarakat sebagai keturunan Prabu Brawijaya V. Mbah Lancing merupakan nama populer yang sengaja diberikan oleh masyarakat sekitar karena kebiasaannya mengenakan lancing dan kain batik. Karisma yang dimilikinya membuat Mbah Lancing sangat dihormati sebagai ulama atau wali yang berperan penting dalam penyebaran ajaran Islam.
5. Syeikh Abdul Kahfi Somalangu
Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani, ulama yang asal Hadhramaut, Yaman. Ia datang ke Jawa pada tahun 852 H/1448 M ketika masa pemerintahan Prabu Kertawijaya, penguasa Kerajaan Majapahit atau yang dikenal dengan julukan Prabu Brawijaya I (1447--1451).
Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani memiliki nama asli Sayid Muhammad ‘Ishom Al Hasani, dengan ayah bernama Sayid Abdur Rasyid bin Abdul Majid Al-Hasani, sedangkan ibunya Syarifah Zulaikha binti Mahmud bin Abdullah bin Syekh Shahibuddin Al- Huseini ‘Inath.
Ayah Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani merupakan keturunan ke-22 Rasulullah SAW dari jalur Sayidina Hasan bin Ali melalui jalur Syekh Sayid Abdul Bar, putra Syekh Sayid Abdul Qadir Al Jaelani Al Baghdadi. Jika dirunut, ia merupakan keturunan ke-10 pendiri Thariqah Qadiriyyah.
Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani sejak usia 18 bulan telah dibimbing dengan beragam disiplin ilmu pengetahuan agama oleh guru bernama Sayid Ja’far Al-Huseini, dengan kebiasaan hidup di dalam goa-goa di Yaman. Ia kemudian diberi laqob (julukan) Abdul Kahfi, yang menurut sang guru berarti orang yang pernah menyendiri beribadah kepada Allah SWT dengan berdiam diri di goa selama bertahun-tahun lamanya. Nama Abdul Kahfi tersebut kemudian masyhur dan lebih mengenalkan pada sosoknya daripada nama aslinya sendiri, Muhammad ‘Ishom.
Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani muda--saat umur 17 tahun--sempat menjadi panglima perang di Yaman selama tiga tahun. Setelah itu, ia tinggal di tanah Haram, Makkah. Ketika umur 24 tahun, ia diperintah gurunya untuk berangkat berdakwah ke Jawa. Itulah beberapa tempat wisata religi Kebumen yang banyak diperbincangkan oleh masyarakat Kebumen. Mereka terbiasa berkunjung ke tempat-tempat tersebut ketika memiliki kesempatan. (Sumber: https://jatimulyo.kec-petanahan.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/652)
Post a Comment Blogger Disqus
Post a Comment