Ketika sahabat Nabi, Sayyidina Jaabir (RA), bertanya kepada Nabi SAW, "Biarlah ayah dan ibuku dikorbankan bagimu, wahai Nabi Allah! Apakah yang pertama kali diciptakan Allah (SWT)?" Nabi (SAW) menjawab, "Yang pertama kali Allah (SWT) ciptakan adalah Cahaya Nabimu dari Cahaya-Nya, wahai Jaabir." (Musannaf 'Abdu 'r-Razzaq)
Imam Tirmidzi mengatakan bahwa Allah menciptakan Sayyidina Muhammad (SAW) dari Cahaya Esensi (Dzat) tanpa perantaraan. Karena itulah Grandsyaikh 'Abdullah (QS) mengatakan bahwa Allah (SWT) mula-mula menciptakan Cahaya Nabi (SAW). Ini adalah tafsir ayat:
اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ
Allaahu nuuru 's-samaawaati wa 'l-ardi matsala nuurihi kamisykaatin fiihaa misbaah.
Allah adalah Cahaya Langit dan Bumi. Perumpamaan Cahaya-Nya adalah seperti suatu ceruk yang di dalamnya ada sebuah lampu. (QS. An-Nuur, 24:35)
Cahaya itu adalah Sayyidina Muhammad (SAW), kaukabun durriyyun, "suatu planet yang cemerlang" atau "suatu bintang yang terang benderang". Allah (SWT), dengan Nama-Nama dan Sifat-Sifat Indah-Nya- dan Ia bukan hanya memiliki Sembilan Puluh Sembilan Nama, tetapi Tak Berhingga Nama-Nama!--jika kita dapat mengatakan "memandang", Ia SWT memandang ke Cahaya ini dalam Cahaya-Nya selama 70.000 tahun dan pada setiap kali pandangan, Allah SWT meliputi Sayyidina Muhammad (SAW) dengan atribut-atribut yang tak seorang pun mampu memahaminya dan dengan Cahaya-Cahaya yang datang dari Esensi Ilahiah, Dzaat al-Buht.
Dan lihatlah pada ungkapan indah dari Grandsyaikh 'Abdallah (QS) yang dengannya kalian dapat membayangkannya: "Ada suatu Cahaya yang ia berkeringat karena rasa malu kepada Allah (SWT), dan rasa malu tersebut menimbulkan panas dalam Lampu tersebut, hingga muncul kondensasi surgawi yang tidak dapat kita ungkapkan, 124.000 tetes kondensasi, dan dari tetesan-tetesan ini Allah SWT menciptakan 124.000 Nabi-nabi, dan mereka masih berada di dalam Lampu itu. Kemudian Allah (SWT) memandang cahaya itu selama 70.000 tahun lagi dan muncul 124.000 tetesan kondensasi yang darinya muncul 124.000 Sahaabah."
Dan bilangan itu, 70.000 tahun, adalah amat penting dalam Syari'ah, sebagaimana bilangan "7007" dan "70" serta "7". Sebagai contoh, Allah (SWT) berfirman dalam Qur'an Suci bahwa bahkan seandainya Nabi (SAW) memohonkan ampunan 70 kali bagi kaum Munafiqun, maka tidak akan diterima; ini menjadikan bilangan tadi sesuatu yang amat penting! Setelah 124.000 Anbiya', Allah (SWT) menciptakan 124.000 Awliya' (Kekasih-kekasih-Nya), dan setelah itu Ia SWT menciptakan Ummat an-Nabi (SAW) dan jumlah mereka adalah 400 miliar.
Hakikat kesejatian diri kita masih berada dalam Lampu itu, mereka tidak pernah keluar, dan karena itu setiap orang di sini adalah citra pantulan dari bentuk sejatinya di sana! Di dunia ini, kita memiliki citra dari hakikat sejati kita. Karena itulah ketika beberapa Awliyaullah dilahirkan, mata mereka terbuka, tidak terhijab, dan bagi yang lainnya, mata mereka terhijab lalu melalui ibadah mereka, mereka maju hingga akhirnya hijab-hijab tersebut disingkapkan. Grandsyaikh (QS) berkata, "Ketika aku dilahirkan, tidak ada hijab atas diriku, mataku selalu terbuka dan aku membaca dari Lauh al-Mahfuzh (Papan Surgawi yang Terpelihara, red.)." Rahasia ini diteruskan kepada Mawlana Syaikh Nazim (QS) dan beliau dibusanai dengannya. Jadi, sebagian Awliyaullah mesti maju melalui banyak maqam tingkatan sebelum mata mereka terbuka.
Mawlana Shaykh Hisham Kabbani
____
FB: Naqshbandi Haqqani
Telegram: https://t.me/nazimiyya
Twitter: @IDNazimiyya
____
FB: Naqshbandi Haqqani
Telegram: https://t.me/nazimiyya
Twitter: @IDNazimiyya
Post a Comment Blogger Disqus
Post a Comment