Di Pekalongan, kita mengenal nama Siti Ambariyah yang makamnya terletak di desa Bukur, kecamatan Bojong, masyarakat sekitar menyebutnya Ibu Agung Siti Fatimah Ambariyah. Siti Ambariyah ialah seorang putri dari Ki Ageng Rogoselo, seorang wali, ulama, dan pejuang nusantara yang makamnya berada di Desa Rogoselo Kecamatan Doro.
Sebuah kisah yang berdasar dari cerita turun temurun menuturkan, bahwa Ki Penatas Angin, salah satu Pangeran dari Mataram Islam diutus oleh Sultan Agung untuk tapa brata dan belajar kepada Ki Ageng Rogoselo (Ayahanda Siti Ambariyah). Ki Penatas Angin belajar kepada Ki Ageng Rogoselo, bertujuan untuk memperluas ilmu Agama Islam sekaligus belajar ilmu kanuragan dan strategi untuk melawan penjajah (Belanda).
Sebuah kisah yang berdasar dari cerita turun temurun menuturkan, bahwa Ki Penatas Angin, salah satu Pangeran dari Mataram Islam diutus oleh Sultan Agung untuk tapa brata dan belajar kepada Ki Ageng Rogoselo (Ayahanda Siti Ambariyah). Ki Penatas Angin belajar kepada Ki Ageng Rogoselo, bertujuan untuk memperluas ilmu Agama Islam sekaligus belajar ilmu kanuragan dan strategi untuk melawan penjajah (Belanda).
Suatu hari, Ki Penatas Angin merasa katresnan dan ingin menikahi Siti Ambariyah (putri gurunya, Ki Ageng Rogoselo), namun siapa sangka Siti Ambariyah lebih dulu memilih untuk berjuang melawan penjajah sekaligus menyebarkan syiar Islam dan pengetahuan di wilayah lain, yaitu di daerah Bojong (Pekalongan bagian barat). “Lebih dulu memilih berjuang demi kedaulatan nusantara, pendidikan, dan syiar agama dari pada dinikahi oleh salah seorang Pangeran”, sebuah pilihan yang sangat bijak dari seorang wanita. Siti Ambariyah pun dikenang oleh masyarakat Pekalongan sebagai wanita sholehah, penuh ketegaran, welas asih dan perjuangan. Setiap tahun diadakan peringatan haul di makamnya di desa Bukur, Bojong, Pekalongan.
Post a Comment Blogger Disqus
Post a Comment